19

48 13 0
                                    

"Ayah? Kau sungguh akan melakukan ini padaku?" tanya Rupert dengan tidak yakin.

"Bukankah sejak awal aku sudah menyuruhmu putus dengan wanita itu? Tapi apa yang kau lakukan? Memangkunya di ruanganmu? Di mana kau seharusnya bekerja. Kau membuat aku malu setengah mati sekarang. Jadi tutup mulutmu!"

"Ayah—"

"Sana pergi dan temui selingkuhanmu."

Kepalan tangan Rupert menguat. Dia bergerak pergi dengan kemarahan yang tampak di wajahnya.

Pierce yang melihatnya hanya mendesah pelan. Dia menatap Dreesen kemudian. "Aku harap kau tidak mengecewakan aku, Dreesen. Entah apa tujuanmu menikahi putri dari Medwin, tapi aku tidak akan senang jika kau menyakitinya."

"Aku lebih tidak akan senang jika ada yang menyakiti istriku. Dan aku menikahinya, karena dia yang menurutku bisa membersamaiku sampai ajal menjemputku. Ayah tenang saja, aku tidak akan mencari wanita lain untuk selingkuh, apalagi sampai bersama dengan pelacur. Aku hanya akan menjadikan dia satu-satunya di hati dan tubuhku."

"Kau!" Pierce melempar sendok yang hampir mengenai wajah putranya. "Beraninya kau mengatakan demikian di depan orang lain."

"Mereka sudah bukan orang lain bagiku, Ayah. Mereka adalah ayah metuaku dan istriku. Aku tidak akan menyembuikan apa pun dari mereka."

"Anak durhaka!"

Grisha meraih tangan Dreesen dan membawanya berdiri. "Paman, sebaiknya paman jangan melakukan hal apa pun yang menyakitinya lagi. Aku akan melakukan apa pun untuk melindunginya. Tidak akan kubiarkan siapa pun menggores luka di tubuhnya!"

Grisha menatap ayahnya. Ayahnya memberikan anggukan dan Grisha menarik Dreesen pergi. Dia membawa pria itu dengan setengah menariknya.

Tiba di luar restoran, Grisha menarik napasnya panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia sudah melepaskan tangan Dreesen dan menatap kesal pada pria itu.

"Kau sudah janji tidak akan terluka!" seru gadis itu tidak terima.

"Aku tidak terluka."

Grisha mendekat, dia memukul-mukul dada Dreesen dengan kesal. "Kau hampir terluka. Sendok itu hampir mengenai wajahmu. Kalau kau sampai terluka di depan mataku, aku tidak bisa memaafkan diri karena tidak bisa melindungimu."

Dreesen meraih kedua tangan Grisha. "Aku tidak apa-apa, Bee. Aku tidak apa-apa," tegas Dreesen.

Grisha menjatuhkan kepalanya di dada pria itu. Sejak awal Grisha memang tidak pernah suka melihat luka Dreesen, tapi kini segalanya menjadi lebih buruk saat pria itu sudah menjadi suaminya.

Apalagi dengan perkataan Dreesen barusan. Grisha mengerti, tidak hanya pukulan di tubuhnya yang menyakitinya melainkan kenyataan kalau dia hanya dipandang sebelah mata oleh ayahnya. Grisha juga menemukan fakta kalau Dreesen membenci fakta soal ibunya yang pelacur, dan ibunya yang menjadi selingkuhan ayahnya.

Grisha tidak pernah tahu bagaimana cara Dreesen mendapatkan lukanya. Tapi dia rasa kini dia mengerti.

"Aku harus melindungimu, Sen. Aku sungguh harus melindungimu."

Dreesen merengkuh istrinya lembut. "Kau sudah melakukannya. Bukankah kau sudah membawa aku pergi darinya. Itu lebih dari cukup."

Grisha menggeleng. "Ayahmu harus benar-benar tahu kalau dia tidak bisa memberikan luka lagi padamu. Dia benar-benar harus berhenti. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Aku tidak tahu bagaimana menghentikannya."

"Aku akan melakukannya sendiri. Kalau kau sangat tersiksa karena perlakuannya padaku, maka aku akan mengatasinya. Aku akan membuat dia tidak lagi dapat menyentuhku. Aku akan keluar dari keluarga itu."

Grisha mendongak. "Kau akan keluar? Maksudnya?"

"Aku akan mengambil nama kakekku. Aku akan menjadi bagian dari keluarga kakek, dan bukan lagi bagian dari keluarga mereka. Apa itu bisa membuatmu lebih tenang?"

"Ayahmu akan mengizinkan?"

"Sudah tidak ada haknya menahanku. Aku sudah terlalu muak juga menghadapinya. Dulu aku sempat ingin melakukannya, aku sempat ingin mengambil nama kakekku. Tapi kau hadir di keluarga itu. Aku menahannya karenamu dan sekarang sudah tidak ada yang bisa menahanku melakukannya. Perasaanmu yang utama."

Terpaksa Menikah Where stories live. Discover now