1

399 54 3
                                    

Grisha berjalan di lorong, tangan meraba ke dinding pelan. Gadis itu bersenandung dengan senyuman bahagia. Matanya cerah dan pandangannya yang lurus ke depan memberikan kesan kebahagiaan yang tergambar nyata di wajahnya.

Kakinya menapaki lantai dengan karpet tebal. Sepatunya tampak tenggelam di karpet itu, menyembunyikan langkahnya yang terukur.

Saat dia tengah melangkah melewati salah satu ruang, dia mendengar suara sayup musik yang dimainkan dengan nada yang begitu tenang dan indah. Grisha menghentikan langkah, coba terus mendengarkan suara musik itu yang semakin jelas tertangkap indera dengarnya.

Senyuman yang tadi memang lebar, malah semakin melebar. Dia tahu dari arah mana musik itu berada.

Tangan Grisha meraih gagang pintu, pelan dia mendorong pintu itu terbuka. Dan suara musik yang tapi sayup mulai terdengar jelas dan keras.

Gadis itu masuk ke ruangan itu. Melihat seseorang sedang memainkan piano dengan mata terpejam. Itu membuat sosok itu tidak tahu kalau dia datang.

Grisha mendekati pria itu dan berdiri di depan piano. Dia melihat wajah tampan di depannya yang tampak begitu tertekan dan begitu menyedihkan. Wajah itu terluka, dan Grisha tahu siapa yang memberikan luka padanya.

Pria itu memang selalu terluka. Setiap Grisha menemukannya, tidak pernah sekali pun dia melihat pria itu tidak terluka. Itu sebabnya, Grisha selalu membawa obat di sakunya.

Entah kenapa, gadis itu juga tidak bisa menjelaskan. Tapi rasa tertariknya pada pria di depannya ini sungguh begitu besar. Seolah dia ingin merangkulnya, membuatnya tetap ada di sisinya dan tidak akan dia biarkan lagi siapa pun menyentuh kulitnya.

Mata itu terbuka, tatapannya langsung mengarah pada Grisha yang berdiri di depannya. Mendapatkan tatapan seperti itu, Grisha hanya dapat memberikan kedipan matanya.

Suara piano itu berhenti, pria itu sudah mengangkat tangannya.

"Aku mengganggu permainanmu?" tanya Grisha dengan lembut.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pria itu dingin.

"Aku lewat. Tidak sengaja mendengar suara piano jadi aku masuk dan melihat. Lalu aku menemukanmu. Aku tahu, kau tidak suka diganggu. Tapi aku tidak bisa menahan diri untuk berdiri di sini. Maafkan aku."

Pria itu mengalihkan wajah.

"Kau marah padaku, Sen?"

Pria itu melirik kembali dengan tatapan tidak yakin. "Rupert yang akan marah padamu. Dia tidak suka kau terlalu dekat denganku. Kau lupa?"

Grisha mendesah. "Terserah dia. Dia boleh tidak suka, tapi aku tidak masalah. Aku tahu kau orang baik, Rupert tidak bisa melarangku."

"Meski dia kekasihmu?"

Grisha mengangguk pelan. "Ya, Dreesen. Meski Rupert kekasihku, dia tidak lantas bisa melarangku bertemu denganmu. Apalagi kau adiknya. Seharusnya hubungan kita baik. Bukankah begitu?"

"Kau akan menyesalinya."

Grisha menggeleng pelan. "Kau sudah pernah mengatakannya."

Tatapan Dreesen tajam. "Kau sungguh akan menyesal. Rupert mengatakan kalau aku pria gila, bukan? Kau harusnya mendengarnya."

Grisha menarik napasnya. Dia mendekat dan meraih dagu Dreesen. Pria itu menepis tangannya. Tapi Grisha keras kepala. "Biarkan aku melihat lukamu."

"Tidak ada masalah dengan lukaku. Sebaiknya kau pergi."

"Jangan melawan. Biar kulihat."

Beberapa saat kemudian, perlawanan Dreesen berhenti. Dia membiarkan Grisha melihat lukanya. Gadis itu juga sudah mengolekan obat di wajah itu. Grisha merasakan sakit saat menemukan luka di wajah Dreesen. Gadis itu tidak mengerti, kenapa ayah pria ini begitu suka memukul satu anaknya. Sedangkan anaknya yang lain dibuat seperti raja di rumah mereka.

Ketimpangan kasih sayang sang ayah membuat Grisha merasa kasihan pada Dreesen. Dia tidak memilih untuk dilahirkan dari ibu pelacur. Dreesen memang anak yang tidak diinginkan, meski begitu, ayahnya tidak lantas bisa memandang sebelah mata pada putra keduanya.

Tapi, itulah yang dilakukan sang ayah. Dia tidak pernah memandang Dreesen dan seolah pria itu tidak ada. Dia mengabaikannya. Tapi saat ada kesalahan, Dreesen menjadi orang pertama yang disalahkan. Entah berapa lama Grisha tahan menjadi penonton.


Terpaksa Menikah Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum