★Ch34

416 54 6
                                    

"Mereka berpikir aku tidak bisa keluar dari lingkaran jebakan mereka."

"Tapi mereka salah, aku Achlys. Tidak ada yang lebih buruk dari lingkaran kesesatan milikku."

Orang-orang itu{madam dan para nona muda} memang salah mencari lawan. Niat awal mereka–

Ah mungkin tidak semua, hanya ada beberapa saja yang memiliki keinginan untuk menjatuhkannya dan memojokkan-nya perkara iblis diajang perburuan kemarin. Tapi tentu saja mereka akan kalah saat menghadapi lidah Achlys yang tajam dan pandai berkelit.

***

Meninggalkan Achlys yang sedang berbicara pada dirinya sendiri, disisi lain seseorang tertentu tengah melewati sebuah portal sihir berwarna biru berkilauan disebuah tempat tertentu. Kaki jenjangnya telah menapak sempurna ditanah yang saat ini dipijaknya. Punggung kokohnya terbaluti sebuah kain aneh berwarna hitam sementara manik matanya berkilat tajam.

"Takdir yang tertulis harus kujalani bukan. Maka saksikanlah takdir ukiran tanganmu. Akan kupastikan kau tidak akan berpuas diri."

Entah siapa dan apa yang akan dilakukan olehnya. Takdir apa yang dia bicarakan. Dan darimanakah dia berasal. Yang pasti, kehadirannya akan menambah bumbu-bumbu dalam perjalanan panjang Achlys yang akan segera memulai rintangannya. Kilasan masa lalu yang mungkin akan membuatnya kehilangan jati dirinya.

***

"Apakah kau bersenang-senang?"

"Pertanyaan yang konyol."

Achlys berdecih sinis saat mendengar kata sambutan Aidan setelah dirinya pulang dari acara perjamuan.

"Kurangilah mulut pedasmu itu bocah, atau para lelaki akan menjauhimu bahkan saat mereka masih jauh berkilo-kulo meter didepanmu."

"OMONG KOSONG!"

Yah memangnya siapa pula yang peduli jika tidak ada lelaki yang mau mendekatinya nanti. Tapi tetap saja dia kesal saat mendengar perkataan Apollyon yang sebenarnya cukup menyentil harga dirinya.

"Apakah mereka menyudutkanmu disana?"

Atensi Achlys teralihkan pada Duke Rodriguez yang baru saja melontarkan pertanyaan. Mereka sedang berkumpul diruang kerja Duke dan duduk disofa sementara Duke duduk diam dikursi kerjanya sambil mengerjakan setumpukan dokumen.

"Itu bisa teratasi dengan baik."

Hening setelahnya. Mereka berdiam diri setelah mendengar jawaban dari Achlys.

"Sial dimana stempel ku?!" gerutu Duke yang sibuk mencari benda pentingnya.

"Mengapa tidak bertanya pada Dante."

"Dia sedang kutugaskan diluar wilayah."

Duke menjawab pertanyaan Aidan dengan tangan yang sibuk menyingkirkan kertas-kertas yang berserakan dimejanya.

"Periksa laci-mu."

Duke mengerutkan kening sejenak mendengar usulan Achlys namun dia tetap melakukan sesuai perkataan-nya. Membuka laci dan ternyata memang benar, stempel yang dia butuhkan ada disana. Bergegas mengambilnya namun netranya justru terpaku pada selembar kertas yang berhasil membuyarkan raut datarnya menjadi keruh dan suram.

"Sudah lama sekali."

"Apa yang lama?"

Duke bergumam lirih namun tentu masih terdengar helas ditelinga Aidan begitu juga Achlys.

The Decider {Second Life}Where stories live. Discover now