★CH11

925 103 1
                                    

Happy Reading...

"Apakah keadaan disana sudah terkendali?" Duke bertanya kepada Aidan setelah kami selesai menyantap makanan.

"Keadaan disana sudah lebih baik ayah, meskipun masih ada sisa-sisa ketegangan yang terjadi, tapi saya berhasil menekan kedua belah pihak agar tidak merugikan kita." jawab Aidan

"Lalu bagaimana tikus itu? Sudah kau bereskan?" tanya Duke lagi.

Tersenyum singkat Aidan menjawab dengan mantap,"tentu saja sudah ayah!"

"Kerja bagus!" puji Duke puas

Sementara aku hanya diam menyimak pembicaraan keduanya. Lagi pula aku tidak terlalu tau masalah yang terjadi diwilayah Yugoslavia.

"Beberapa bulan lagi kalian akan melakukan debute bersama. Pesta seperti apa yang kalian inginkan?" tanya Duke kepadaku dan Aidan.

"Kalau untuk pesta, bukankah lebih baik Achlys yang menentukan? Dia perempuan, pasti lebih tau masalah seperti itu." kata Aidan melirik kearahku.

Apa?! Kenapa jadi aku?!

"Saya akan menuruti apapun yang Duke siapkan." jawaban aman yang keluar dari mulutku. Lagi pula dikehidupan lalu aku bahkan tidak punya waktu untuk sekedar berpesta, tentu saja aku tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang pesta!

"Mengapa begitu?" tanya Duke

"Ya?" jawabku tidak mengerti, memangnya kenapa?

"Apakah kau tidak mempunyai keinginan mu sendiri?" tanya Aidan juga.

"Tidak, saya tidak memiliki nya!" jawabku mantap.

Duke dan Aidan terdiam.

"Aku akan menanyakan pendapatmu lain kali, pikirkan apa keinginanmu." kata Duke datar kearahku.

Hei hei, bukankah tadi aku sudah bilang terserah kalian saja?! Ihhh aku benar-benar buta kalau tentang pengetahuan berpesta semacam itu!

Rasanya ingin sekali aku mengeluarkan kata-kata dikepala ku ini.

"Kalian kembalilah, aku akan mengurus pekerjaan ku." Duke berkata sambil beranjak dan pergi.




"Apakah kau akan terus bersikap seperti ini Achlys?"

Deja vu. Aku sudah dua kali mendapat pertanyaan yang sama dari dua orang yang berbeda. Sebenarnya apa maksudnya?!

"Apakah saya membuat kesalahan tuan muda?" kurasa tidak.

"Mengapa kau selalu bertindak seolah kau orang asing disini Achlys?" tanya Aidan dengan sedikit menekan

Aku masih tidak mengerti apa yang dia maksud. Bukankah aku bersikap selayaknya Achlys yang dulu bersikap? Dimana salahku?

(Ciri-ciri orang nggak peka nih guys!)

"Kau keluarga kami. Orang yang kau panggil tuan Duke itu adalah ayahmu. Dan aku yang kau sebut tuan muda ini kakakmu Achlys! Sampai kapan kau akan mengasingkan dirimu didalam keluargamu sendiri?! Tidakkah kau lihat kalau ayah juga ingin pengakuan darimu? Tidakkah kau menganggap kami sebagai keluargamu selama ini?! Sebenarnya kau menganggap kami apa bagimu Achlys?!" suara Aidan yang sarat akan kemarahan. Sepertinya dia mengeluarkan semua yang ada dikepala nya.

"Jangan seperti ini Achlys, kau juga bagian dari kami!" sambung Aidan setelah meredakan sedikit amarahnya.

Aku bergeming. Kalimat itu seharusnya tidak tertuju kepadaku. Aku bukanlah Achlys, adik atau anak mereka. Aku hanyalah jiwa asing disini! Aku bukan bagian dari kalian!

"Tidak, aku bukan bagian dari kalian!" tanpa sadar aku menyuarakan apa yang ada dipikiran ku.

Aidan langsung terdiam menatap tidak percaya kearahku.

"Begitukah? Kau mengecewakan Achlys!" Aidan terkekeh hambar setelah mendengar ucapan yang tidak sengaja keluar dari mulutku. Aku jadi merasa sedikit bersalah.

Setelahnya Aidan langsung beranjak pergi meninggalkan ku diruang makan yang sunyi ini.

Pikirkan ku berkecamuk. Aku terus meyakinkan diriku kalau ini bukanlah salahku dan aku juga bukanlah bagian dari mereka. Identitasku sebagai jiwa asing akan terus melekat dalam diriku.

Achlys POV end**

***

"Jangan memaksakan keinginanmu kepadanya Aidan." entah kenapa suara Duke kali ini terdengar lebih lembut kearah Aidan yang berdiri diseberang meja kerjanya tempatnya duduk.

"Tapi ayah, sampai kapan?" suara Aidan terdengar lemah

"Entahlah, mungkin kita memang tidak akan pernah terlihat dimatanya." jawab Duke seraya menerawang kearah jendela yang terbuka.

"Jujur saja, saya mulai lelah menunggu pengakuan yang tak kunjung datang." balas Aidan menatap ayah nya yang tampak tenggelam dalam pikirannya.

"Tidak Aidan! Hari itu pasti tiba. Hari ketika Achlys yang akhirnya mau memanggilku... Ayah." Duke meyakinkan dirinya sendiri dan berkata lirih dengan nada hambar diakhir kalimat nya.

Ya, faktanya bukan Duke dan Aidan yang selama ini mengabaikan Achlys namun justru sebaliknya. Perlakuan apapun yang dilakukan Duke entah kenapa tidak terlihat dimatanya. Berapa kalipun Aidan mencoba berinteraksi dengan Achlys tidak pernah dihiraukan nya. Aidan bahkan seringkali bersikap menyebalkan hanya untuk menarik perhatian Achlys agar bisa berinteraksi lebih lama dengan nya,tapi bahkan itu masih tidak berpengaruh untuknya.

Diam-diam Duke dan Aidan selalu sabar menunggu hari, dimana Achlys benar-benar mau mengakui mereka sebagai keluarga nya. Hari dimana Achlys akhirnya bisa melihat bahwa ayah dan kakaknya susah lama menantikan nya.

TBC

Gimana guys, ceritanya ngga semengecewakan itu kan?! Jangan lupa vote and komen ok?! Jangan jadi silent rider lah! Ingat vote itu tidak dipungut biaya alias GRATIS GUYS!!!


EHEHE OK SEE YOU NEXT PART GUYS!

The Decider {Second Life}Where stories live. Discover now