"Ihhh kamu ngomongnya kok gitu! Pokoknya jangan bilangin Papa Hayden!" was-was Liona, jika Hayden tau bisa-bisa pria itu akan mengembalikan beasiswanya, bukan apa-apa Liona tidak mau orang-orang berfikiran jika dirinya mengandalkan koneksi dan melakukan hal yang tidak adil.

"Aku tau apa yang kamu pikirin, lagian tanpa aku kasih tau Papa juga bakalan tau Athena, kalau kamu khawatir sama pandangan orang-orang, terima aja tawaran aku tadi, gratis, bayarnya pake cinta, lagian dengan cara itu orang-orang gak akan tau kalau aku yang bayarin sekolah kamu." jelas Alkana panjang lebar, beberapa pengendara yang melintas melihat interaksi keduanya, percayalah mereka terlihat lucu dari kejauhan.

"Lagian kalo kamu bayar pake uang aku, uangnya bakalan balik ke aku, kan itu sekolah punya aku, di beliin Papa." bangga Alkana dengan senyum angkuhnya. Benar juga, Liona hampir lupa akan fakta itu, Alkana rela meminta Hayden membeli sekolah itu demi dirinya.

Tunggu, Alkana rela meminta Hayden membeli sekolah itu demi dirinya?!!!. Lelaki gila! Demi memastikan jika segalanya di bawah kendalinya Alkana rela melakukan apapun.

"Bener juga kan itu punya kamu!" Liona kesal sendiri. Jangan harapkan Arga, pria itu sudah lepas tanggung jawab pada Liona setelah gadis itu di usir dari rumah.

"Pokoknya mau gak mau aku yang bayarin sekolah kamu!" tegas Alkana menaikkan kecepatan motornya, berdebat dengan Liona yang keras kepala akan menguras tenaga dan kesabaran Alkana yang setipis tisu. Liona yang keras kepala dan Alkana yang tidak pernah menerima penolakan, dan sialnya mereka berjodoh.

Kini tujuan mereka adalah Mall, rencananya mereka akan menonton dan berbelanja sebentar, intinya ingin menghabiskan waktu berdua.

******

Seorang gadis melajukan mobilnya melewati jalanan yang di penuhi banyak pepohonan rindang, Gadis itu sibuk bernyanyi mengikuti musik yang dirinya putar di mobilnya, gadis itu sengaja mengambil jalan pintas dari maps agar lebih cepat sampai ke rumah.

Namun tiba-tiba laju mobilnya mulai melambat membuat gadis itu menghentikan mobilnya. Gadis itu melirik spion dan menemukan jika ban belakang mobilnya bocor.

"Shit!" makinya karena kelewat kesal. Gadis itu turun untuk memastikan. Dan benar saja ban mobilnya bocor, gadis itu melihat potongan besi besar menancap pada ban mobilnya, Florin dengan kesal menendang ban mobilnya sambil gadis itu menatap sekelilingnya.

Setelah cukup lama meninggal tanah air membuat Florin tidak begitu tau jalan dan posisi bengkel. Tapi dapat gadis itu rasakan jika di sekitar sini tidak ada bengkel! Tidak ada kendaraan yang lewat selain dirinya. Berdecak kesal gadis itu mengeluarkan ponselnya, belum jarinya menyentuh icon telpon pada kontak Alkana, suara deru motor mendekat membuat aksinya terhenti.

Seorang lelaki turun dari motor sport miliknya lalu melepaskan helmnya. "Butuh bantuan?" ucapnya menawarkan diri. Florin seketika berbalik badan untuk melihat seseorang yang berbicara padanya.

Lelaki itu tertegun melihat gadis di depannya, lelaki ini adalah lelaki ke sekian ribu yang Florin temui yang terpesona pada dirinya, wajahnya yang kurang ajar cantik membuat siapapun terkesima.

"Iya." suara halus itu membuat lelaki itu menelan ludahnya sudah payah. Gadis dengan mata tajam itu menelisik penampilan lelaki di depannya, dapat Florin ketahui jika ternyata mereka berbeda sekolah, karena seragam mereka berbeda. Merasa jika dirinya di lihat dari atas sampai bawah membuat lelaki itu salah tingkah.

ALKANA [END]Where stories live. Discover now