Prolog

14 6 0
                                    

Dipagi yang damai, tentram dan sejuk, turun hujan yang semakin menambah rasa malas seseorang yang tengah memainkan ponselnya sejak beberapa menit yang lalu tepat saat ia membukakan matanya. Ia merenggangkan tubuhnya diatas ranjang berwarna pink dengan beberapa susunan boneka kecil dan besar di sudut ranjang, terdapat lemari besar disebelah ranjangnya dengan warna tak lupa dengan meja belajar sampai cermin berhias khas dengan warna pink. Setelah ia meregangkan tubuhnya, ia menarik kembali selimutnya, dan berada di bawah selimut yang hangat, mencoba menikmati hembusan angin sejuk dari luar jendela yang terbuka dan beberapa percikan air hujan tak jarang membasahi selimutnya. Menikmati semua keindahan dan kenyamanan dari atas ranjang membuat matanya semakin sayu dan terlelap.

---

Hal indah itu nggak selalu dialami. Terkadang kita harus percaya, kalo kenyamanan itu susah digapai T_T. Pagi ini Ren yang tengah asik bermalas-malasan diatas ranjangnya kembali mendengar ocehan dari mamanya di lantai bawah. Keindahan dan kenyamanan yang ia hayalkan terpecah saat mamanya meneriaki nya dari lantai bawah.

"RENATA, BANGUN WOY, ASTAGA PUNYA ANAK KALO TIDUR KAYAK MATI KAH?!" Teriakan mama ren yang terdengar sangat nyaring.

'Astagaa... Baru juga mau istirahat lebih' batin ren

"BENTAR MAA!" Teriakan anaknya tak kalah nyaring dari pada mamanya.

Keluarga ini memang sering berteriak tak jelas setiap waktu, terkadang gue mikir nih keluarga dulunya nyemilin speaker kali ya, plus gue juga kasihan sama tetangga gue yang selalu dengerin setiap masalah dari keluarga gue dan yang tentunya dengan volume full dah kayak mau karaoke komplek.

Emng udah rutinitas keluarga gue banget kalo pagi-pagi pasti ada aja yang diteriaki ntah itu adek gue, papa gue, kucing gue bahkan gue sendiri.

Setelah membalas teriakkan mama gue langsung menuju ke kamar mandi karena gue nggak mau ada perang dunia. Gue bergegas bersiap siap memakai segala perlengkapan sekolah SMA. Setelah selesai, gue berlari ke arah lantai bawah melewati kamar adek gue.

'pasti nih bocah belum bangun hihihi' batin gue pas liat kamarnya masih tertutup.

Berlarian didalam rumah kembali mengundang amarah mama gue,
"Ren!, Jangan berlarian dalam rumah!" Ucap mama gue sambil bawa beberapa lauk pauk dari dapur.

"Mo cepet!, Ma si adek belom bangun?" Tanya gue yang
baru aja turun dari tangga.

"Siapa kata, gue udah disini duluan kali!" Ucapnya santai sambil mengayunkan sendok makannya.

"Llah kok bisa?!" Gue bingung kok tumben nih bocah bangun pagi.

"Ya bisalah, makanya jangan begadang lo, malem-malem bukannya tidur malah main handphone, pagi bukannya bersiap malah tidur, kelelawar lo?!" Yap gue diskakmatt sama adek gue sendiri. Oh My God apa kata dunia?!

"Kamu bener kai?" Dah mampus hidup gue, awas aja lo kai.

"Ya gitu deh" jawabnya santai sambil memasukkan sesendok nasi ke mulutnya

"Sorry, hehehe" gue cmn bisa pasrah menghadapi dua keluarga gue ini.

(Oh ya, karakter papanya belum keluar, mana thor??)
- buat yang nanya, author kasih tau si papanya ren itu lagi kerja diluar negeri udah sering bolak balik, sekarang udah sekitar 4 tahunan belom pulang, so dirumah ini ren cuma bareng mama,kai,sama si ochi, kucingnya.

Selesai menyantap sarapan gue dan mama gue don't forget my little brother, (uwahh sok sok an bahasa Inggris lagi) bersiap menuju sekolah baru gue yaitu SMA Moonlight, kami berangkat menggunakan mobil kai yang ia beli sendiri menggunakan uang hasil kerja kerasnya. Yah dia mungkin memang masih SMP tapi dia udah sering bantuin papa jadi pengusaha kecil diluar negeri ini aja baru beberapa bulan setelah kejadian besar yang lalu. (Weyt jan kasih tau, masih belum saatnya mwehehee). Mungkin cuma gue yang beban dikeluarga ini maybe?

Setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu jauh itu, kami sampai di SMA Moonlight, SMA terbaik sepanjang masa saat itu. Entah mengapa sebagus apapun sekolah itu, gue tetep berusaha untuk menolak karena aturan sekolah yang menurut gue sangat ngekang. Setibanya disana, gue sama mama gue langsung menuju ke ruang kepala sekolah diikuti oleh adek gue tadi.

---- memasuki ruang kepsek ----

"Permisi, pak arya?" Ucap mama gue perlahan sambil melangkah masuk kedalam ruangan diikuti kedua ekor nya, -eum maksudnya anak anak nya hehe.

"Ya silahkan, eh Ratih?!" Sapa balik dari kepsek SMA Moonlight.

"Wait, om Arya?!" Kedua kakak beradik ini terkejut, wait om?, Berarti paman kalian dong, kok lo gak tau, author capek astaga mereka itu keponakan kagak jelas:)

"Iya Ren, kamu nggak tau?" Ucapnya lembut sambil mempersilahkan kami duduk disofa.

"Lah kok bisa om?" Tanya kai sambil meluncur duduk disebelah paman berkedok kepsek itu. Meskipun ia telah tumbuh menjadi seorang yang tinggi dan tampan serta bekerja keras, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia tetap seorang siswa SMP kelas 7 yang tentunya masih sering bermanja. Terlebih lagi dengan sosok paman Arya, yang selalu merawat Kai sejak dulu karena kakaknya, Dev berangkat ke luar negeri tepat saat kai ingin memasuki dunia SMP.

Sang paman pun menjelaskan semuanya, dari awal ia masuk dan mulai mengajar dibeberapa sekolah kecil, lalu ia diangkat dan dipindahtugaskan ke sekolah sekolah ternama salah satunya SMA Moonlight ini. Karena berprestasi dan bertanggung-jawab sebagai guru, om arya akhirnya dipilih sebagai kepsek yang baru. Hingga saat ini ia telah membina sekolah SMA Moonlight ini selama 2 tahun.

"Kok kai nggak pernah dikasih tau sih ma?!" Tanya kai sedikit kesal, karena ia tahu bahwa mamanya tau namun tidak memberitahukan kepadanya.

"Kai,kai. Kamu ini masih kecil usah pikun. Mama udah pernah ngasih tau kamu tapi kamu waktu itu lagi ngambek jadi ya nggak dihiraukan" jawab mama santai sambil mengusap-usap rambut anak bungsunya itu.

// Hello, gue masih ada disini //
Batin gue dalem hati, yang kayak ngerasa kek di singkirin atau nggak dihiraukan.

"He-em" gue membuat suara agar diperhatikan

"Ohya om Arya, ini ratih mau masukin Ren kesekolah ini" ucap mama gue sambil mengajak gue duduk.

Akhirnya, batin gue. Capek berdiri terus.

"Oh iya, yaudah duduk dulu disini ambil baju kamu" ucap om arya sambil berdiri dan mengambil baju sekolah ini ukuran gue.

Wait- kok sudah ada bajunya, kan gue belom ngasih ukuran baju gue?, Simple banget kan ada mama gue..

"Kamu ganti diwc siswa aja nak, dilorong sebelah kanan" terang om Arya sambil memberikan baju yang diambilnya tadi

"Owkey, ren pegi dulu" ucap gue sambil meninggalkan ruangan kepsek itu

Setelah berjalan cukup lama gue baru nyadar gue lupa letak wcnya tadi. OMG ren goblok banget parah, batin gue

"Asli ren, sumpah lo goblok banget dah" kesal gue sendiri dengan kegoblokkan gue

Tak lama kemudian dilorong yang sepi (ya iyalah sepi kan siswa lain pada belajar ren) ada seorang siswa laki-laki yang baru saja keluar dari kelasnya.

'Apa gue tanya dia aja kali ya'  batin gue

"Wait- tunggu" ucap gue sambil menarik lengan baju siswa tadi mencoba menghentikan dia pergi menjauh

"Kenapa?" Tanyanya singkat, terdengar suara nya yang sangat dingin

"Maaf mau tanya wc dimana ya, gue baru pertama kali kesini?" Ucap gue mencoba kalem agar memberi kesan yang baik

"Anak baru?" Tanya nya sambil membalikkan tubuhnya dan menghadap gue.

Dengg!!

// Bersambung //

See you next chapter~ ❤️

Do you still remember? [✓]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ