She Is Psycho 27 : Dia Pasti Kembali

Começar do início
                                    

Entah ayahnya menyuruh paman Xavier membunuh orang di jalanan atau apa, sangat sulit untuk mendapatkan jantung yang amat cocok untuknya. Itu seolah keajaiban yang muncul di drama-drama biasanya. Mengambil jantung orang lain, sama dengan mengambil nyawa orang lain. Jadi, untuk transplantasi jantung, orang yang mendonorkan jantung itu harus dalam keadaan hidup. Biasanya, adalah orang-orang yang memiliki penyakit mati otak dan tidak dapat bangun lagi. Namun yang mati otak pun, sangat jarang untuk keluarganya setuju mendonorkan jantung. Karena ada banyak kasus di mana orang mati otak tiba-tiba hidup kembali dari koma.

Alva Damian Philips yang merupakan anak Alarick adalah salah satu kasusnya.

Perasaan Samuel setelah menerima jantung adalah, dia sudah bukan bagian dari keluarga ini. Orang-orang berkata bahwa itu adalah kelainan yang dirasakan oleh penerima donor jantung, namun orang-orang tidak tahu bahwa Samuel sudah merasakan hal ini sedari ia kecil.

Diasuh oleh Felly dan mendapati fakta bahwa ibunya bukan ibu kandungnya, merupakan salah satu faktor untuk Samuel pergi.

Dan hal itu diperparah saat Galaxy lahir. Anak kandung yang lahir setelah kedua orang tuanya menikah.

Samuel merasa terasingkan, saat itu.

Namun, melihat bagaimana kamar ini selalu dibersihkan oleh Felly, Samuel merasakan hatinya mencelos.

Dia seharusnya bertemu Alberto sedari lama. Mungkin, saat dia berumur 18?

Jika Alberto muncul saat itu, Samuel tidak akan merasakan perasaan asing di dalam keluarganya sendiri. Dan saat ini, saat Alberto tidak ada, Samuel malah teringat akan Alberto yang tidak pernah menasihatinya tentang keluarga, namun tidak pernah berhenti berkomentar tentang bagaimana wajah keluarganya yang sesungguhnya.

Bajingan Felix yang merupakan ayahnya itu, tidak pernah membagi kasih sayang. Semua kasih sayangnya hanya untuk Felly. Samuel dan Galaxy hanya beban karena Felly harus mengurusi kedua anaknya dan membagi kasih sayangnya pada kedua anak kandungnya sendiri.

Samuel mendengus geli saat dia memikirkan itu. Namun, senyumnya perlahan luntur seiring dengan dada kirinya yang berdenyut sakit. Seharusnya, dia mendengarkan Alberto saat pria itu masih berada di sini. Samuel memang selalu mendengarkan Alberto, namun itu untuk hal-hal kecil bagi Samuel saja. Selebihnya, dia enggan untuk mendengarkan apa yang Alberto suruh.

Contohnya, ketika Alberto menyuruhnya bersikap baik pada Nafelly.

Samuel menghela napas panjang untuk meredakan rasa sakitnya. "Apa yang kulakukan, sebenarnya? Alberto benar. Nama hanyalah nama."

Samuel masih berdiri di balkon saat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Dia menoleh dan mendapati Galaxy masuk ke dalam kamarnya dengan wajah tegang. Samuel berdecak sebal. "Bajingan ini tidak berubah. Tidak pernah mengetuk pintu bahkan sampai sekarang."

Galaxy melihat Samuel dan berjalan cepat ke arahnya. Wajahnya terlihat pucat dan jelas sekali dari penampilannya yang acak-acakan, Galaxy pasti buru-buru ke sini. "Aku mendengar beritanya. Itu sangat mengejutkan dan tiba-tiba."

Samuel menghela napas panjang dan berbalik kembali, menatap lampu-lampu taman dan menikmati angin malam. "Mhm."

Galaxy berdiri di samping Samuel, menepuk bahunya dengan kencang. "Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja?"

Samuel mendengus sinis. "Ini pertama kalinya aku kehilangan seseorang di sekitarku. Apa kau pikir aku akan baik-baik saja?"

"Bagaimana dengan CCTV? Kau sudah menemukannya?"

"Aku sudah menyuruh anak buahku untuk mendapatkan semua CCTV yang menunjukkan keadaan Alberto. Besok aku akan menemui mereka."

Galaxy menghela napas panjang mendengar ucapan Samuel. Hening sejenak. Galaxy tidak mengatakan kata-kata penghiburan lain, begitu pula dengan Samuel yang hanya menikmati angin malam. Samuel mencoba menyegarkan dirinya dengan angin dingin itu. Namun, hatinya masih tetap sakit sebanyak apa pun angin yang menerpanya.

"Hari ketika aku bersama Alberto ..." Galaxy mulai bersuara, merogoh sakunya dan mengeluarkan korek dan rokok di sana. Menyulut rokok dan mulai kembali berbicara. "... saat itu, dia terkena serangan panik."

Samuel mengedipkan matanya pada ucapan Galaxy. "Kapan kau bertemu—" Samuel menghentikan ucapannya. Teringat ketika dia bersama Nafelly di hotel dan Alberto tiba-tiba bertemu Galaxy di taman. "Mungkinkah ... saat itu?"

"Ya." Galaxy menganggukkan kepalanya dan membuang asap ke udara. Dia terkekeh pelan. "Kupikir, untuk apa orang pesakitan sepertinya datang ke taman sendirian? Ternyata, itu untukmu dan gadis itu. Aku masih tidak bisa mempercayainya. Orang lemah sepertinya berkeliaran seperti itu."

Samuel mengerutkan alisnya dalam-dalam. Rasa sakit kembali terasa di dada kirinya. Tangannya mengepal kuat. Dalam hati, Samuel mengumpat, membenci dirinya yang mungkin akan menangis lagi di hadapan adiknya. "Kenapa ... dia tidak memberitahuku?"

Galaxy mendengus geli. "Aku ingin memberitahumu lewat telepon kalau Alberto terkena serangan panik hingga pingsan dan masuk rumah sakit. Dia bahkan diinfus, saat itu. Tapi kau tahu? Tanpa mempedulikan tubuhnya, dia mencoba turun dari kasur dan membuat infusnya jatuh. Kau bayangkan saja jadi aku. Melihatnya sangat kacau dan bertekad untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rasa sakitnya. Kau pikir aku membenci gadis itu karena namanya? Tidak. Aku membencinya karena dia bahkan membuat Alberto harus terpaksa keluar dari rumah sakit dan merawatnya semalaman. Dia sudah seperti orang tuanya saja. Dan yang lebih mengesalkan, mereka terkena serangan panik di waktu yang sama seolah memiliki koneksi terhadap satu sama lain."

Samuel terdiam, membayangkan Alberto yang pucat itu mencoba berdiri dengan tubuh gemetar dan tiang infus yang jatuh di sekitar kakinya. Dan dalam kondisi seperti itu, Alberto menatap Galaxy dengan penuh tekad agar tidak memberitahu orang lain bahwa dia juga sedang kesusahan. Dan Alberto seperti itu karena Nafelly merengek dan menangis ingin bertemu Alberto. Sementara Alberto kesusahan, Samuel dan Nafelly sedang bermesraan di hotel hingga Alberto tiba.

Samuel membuang napasnya yang bergetar. "Dia berkata bahwa Alberto seperti ayahnya." Kata 'dia' di sini, mengacu pada Nafelly.

"Yah ... setelah aku mendengar penjelasan Alberto, aku mulai berpikir bahwa semua itu pilihan Alberto. Kembali pada gadis itu dalam keadaan mentalnya yang masih buruk, adalah keputusan Alberto. Lalu, mengorbankan dirinya untuk keselamatan gadis itu, juga adalah keputusan Alberto sendiri. Dia sangat hobi menyiksa dirinya sendiri."

"Ya ... itu adalah kebiasaannya." Entah datang tengah malam untuk memberikan makanan atau bertahan dalam pekerjaan-pekerjaannya yang menumpuk, adalah apa yang Alberto sukai. Dia suka menyiksa dirinya sendiri. "Padahal ... cita-citanya adalah hidup tenang di pedesaan setelah memiliki banyak uang."

"Benarkah?"

"Mhm. Alberto tidak berencana menikah sama sekali. Dia tidak ingin anaknya kelak menjadi anak yang tidak memiliki kakek atau nenek di pihak ayahnya. Dia takut anaknya kebosanan karena ayahnya sebatang kara."

Galaxy mendengus. "Dia bahkan memikirkan orang yang belum lahir."

"Ya. Dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri." Samuel menundukkan kepalanya. Matanya mulai memanas dan berkaca-kaca. Padahal, Samuel mencari angin malam agar tidak menangis lagi. Namun, sangat sulit untuknya setelah mendapatkan berita yang tiba-tiba ini. Samuel berdeham keras dan berkata pada Galaxy. "Apa kau memiliki rokok lain?"

Galaxy mengangkat kedua alisnya namun tetap mengeluarkan bungkus rokok serta koreknya kembali. "Bukankah kau sudah berhenti merokok?"

"Ya. Tapi, orang yang alergi rokok itu sudah tidak ada lagi di sini," kata Samuel, mengambil rokok dan segera menyulutnya. "Alberto sangat tidak bisa mencium bau rokok. Dia bahkan masih batuk walaupun hanya mencium sisa bau rokok di bajuku. Dia tidak pernah menyuruhku, tapi aku mulai berhenti merokok setelah itu."

"Oh?" Galaxy menatap bungkus rokoknya dengan pandangan tertegun. Dia mengusapnya sejenak sebelum menyimpan rokoknya ke dalam saku lagi. "Kau hanya mengenalnya beberapa tahun, tapi dia sudah merubahmu sampai seperti ini."

Samuel membuang asap rokok ke udara saat perasaannya mulai membaik. "Kau akan sepertiku juga jika kau berada di sisinya selama beberapa tahun."

Galaxy memandang Samuel dan tersenyum, menepuk bahunya berkali-kali seolah menghibur. "Ya, kita akan tahu nanti."

Kata-kata yang diucapkan Galaxy seolah menyatakan bahwa Alberto pasti kembali. Kata-kata yang tidak memiliki penghiburan, namun memiliki kata-kata positif yang menyatakan bahwa Alberto pasti kembali dan mereka akan tahu itu setelah Alberto kembali.

Samuel tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

I Love My President Though He Is PsychoOnde histórias criam vida. Descubra agora