She Is Psycho 25 : Jangan Pergi

Start from the beginning
                                    

"TAPI DIA PAMANMU!!"

"LALU, KAU PIKIR AKU MAU ALBERTO BERAKHIR SEPERTI ITU?!"

Nafelly tersentak dan terdiam seketika.

Samuel kembali terisak saat dia menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Kau pikir aku bisa kehilangan Alberto ...?"

Bibir Nafelly gemetar kuat. Ingatan indah bersama Alberto perlahan mengalir di kepalanya. Dia kembali terisak dan memeluk kedua kakinya, menyembunyikan wajah menangisnya di sana.

Samuel segera menghampiri, memeluk tubuh Nafelly dan menangis bersama.

Dua orang yang sama-sama kehilangan satu orang yang sama.

Dua orang yang sama-sama kehilangan orang yang mereka sayangi.

Dua orang yang mencoba saling menguatkan.

"Dia ..." Nafelly kembali bersuara dengan suaranya yang tersendat akibat menangis. "... padahal dia sangat ketakutan. Tapi dia tetap berdiri dengan sangat sok berani."

Samuel memejamkan matanya, membiarkan air matanya mengalir dan menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Nafelly.

"Dia berjanji padaku!" Nafelly kembali terisak kencang, memukuli tangan Samuel dengan lemah. "Dia berjanji padaku bahwa dia akan membuatkanku omelette dan omurice! Dia berjanji akan menyekolahkanku! Kami baik-baik saja, tadi pagi! Tapi kenapa tiba-tiba begini?! Hey Samuel, apa ini nyata? Apa ini benar-benar terjadi?! Katakan bahwa ini mimpi! Kumohon katakan!"

Samuel menggigit bibir bawahnya yang gemetar. Dia tidak menjawab, hanya menundukkan kepalanya dan menyembunyikan wajah menangisnya di bahu Nafelly.

"Hey, kenapa kau tidak menjawabku?!" Nafelly merengek dalam tangisnya. Dia memukul lengan Samuel lagi. "Katakan bahwa Alberto baik-baik saja! Kau kaya raya, bukan? Kau bilang kau bisa melakukan segalanya! Tapi kenapa kau tidak bisa membawa Alberto kembali?! Hey, Samuel! Hey!!"

Samuel masih tidak menjawab. Nafelly kali ini kehilangan pegangannya. Dia terisak kencang, merengek dan dipaksa menerima keadaan di mana Alberto tidak lagi berada di sisinya. "Apa yang salah, di sini? Apa namaku adalah sebuah aib? Kenapa semua orang membenci namaku? Kenapa kau juga membenci namaku? Hanya Alberto ... Hanya Alberto yang memanggilku Nafelly-Nafelly seolah namaku bukanlah sebuah dosa. Hanya Alberto yang baik kepadaku tapi kenapa malah seperti ini? Apa aku pembawa sial? Apa aku tidak seharusnya ada di dunia ini? Hey, apakah kelahiranku adalah kesalahan? Jika kematianku akan membawa Alberto kembali, maka kau bisa membunuhku."

"Hentikan ..." ucap Samuel dengan bisikan kecilnya.

"Kalau Alberto tidak ada, lalu aku akan hidup bersama siapa?" Nafelly kembali menangis kencang. "Kalau Alberto tidak ada, siapa yang akan memperlakukanku dengan baik? Kalau Alberto tidak ada, bagaimana aku bisa hidup? Bukankah percuma jika aku hidup tanpanya?"

"Kubilang, hentikan ..." Samuel mengeratkan pelukannya pada Nafelly. "Kumohon ...."

"Dia ..." Nafelly mengencangkan tangisannya, seolah dia adalah anak kecil yang baru saja kehilangan permennya. "Dia seperti ayahku ...."

Rasa sakit di dada Samuel semakin terasa saat dia memejamkan matanya rapat-rapat mendengar perkataan Nafelly.

"Ini sungguh memalukan setelah mendengar ucapan paman bodoh yang hadir saat makan malam itu. Yang mengatakan bahwa aku dan kau seperti anak Alberto. Sebenarnya, aku sangat senang, saat itu. Aku suka jika Alberto menjadi ayahku. Tidak, sebenarnya aku sudah menganggap Alberto seperti ayahku. Hanya dia yang baik padaku di dunia ini. Tapi kenapa ...? Kenapa bahkan dia juga pergi meninggalkanku ...?"

Samuel menepuk punggung Nafelly dengan lembut, mencoba menenangkannya.

Namun, Nafelly yang biasa mengucapkan kata cinta padanya itu, kini malah mendorong Samuel dan melonggarkan pelukannya. Dia menatap Samuel yang juga banjir air mata. "Hey, aku mendengarnya. Dia menyuruhmu untuk menyelamatkannya, bukan? Alberto mempercayakannya padamu!!"

Samuel mengerutkan alisnya dalam-dalam dan memalingkan wajahnya dari Nafelly.

"Samuel!!" Nafelly meraih wajah Samuel, membuat Samuel menatapnya, namun Samuel malah menundukkan kepalanya. "Kau tidak ingin menyelamatkannya, huh?! Kenapa kau tidak menjawabku?!"

Samuel menelan ludahnya dengan susah payah, dan berbisik. "Aku ingin ...."

"Lalu kenapa kau menghindari pandanganku?!"

Samuel menyentuh tangan Nafelly yang berada di wajahnya. "Aku ingin, tapi ...."

"Tapi apa?"

Samuel menggelengkan kepalanya perlahan, menggenggam tangan Nafelly erat-erat. "Tidak ada kemungkinan bahwa Alberto masih hidup ...."

"Apa ... katamu?"

Samuel tersedak tangisannya sendiri. "Jika aku bisa menyelamatkannya, aku tidak mungkin sesedih ini."

"Apa maksud perkataanmu?!" isak Nafelly, meraih pakaian Samuel dan mengguncangnya. "Kau seharusnya bisa melakukannya, bukan?!"

"Ya ... tapi ...."

"Katakanlah! Jangan membuatku bingung!!"

Samuel menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Alberto ... dia ... terjatuh dari lantai lima ...."

"... apa?"

"Petugas tadinya akan menutup kasus ini sebagai bunuh diri. Namun, kaca jendela pecah, dan tubuhnya tidak ditemukan, jadi ...."

"... apa pamanmu membawa tubuh Alberto yang terjatuh dari lantai lima?"

Samuel menganggukkan kepalanya dengan pasrah. "Jika benar Alberto dibawa olehnya, pamanku tidak akan repot-repot membawanya ke rumah sakit dan hanya akan menginterogasi Alberto sampai—"

Nafelly tidak bisa mendengarkan ucapan Samuel lagi. Karena setelahnya, Nafelly hanya merasakan telinganya berdengung dan seluruh penglihatannya gelap seketika.

AKAN DINEXT SAAT VOTE SAMPAI 15!!

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now