She Is Psycho 25 : Jangan Pergi

Start from the beginning
                                    

Rasa sakit itu semakin terasa saat darah yang tercecer di atap mobil itu, mengalir dengan deras bersamaan dengan tetesan air hujan.

***

Nafelly terjaga dari tidurnya, namun matanya enggan untuk terbuka. Dia bisa mendengar suara rintikan hujan di telinganya, begitu pun suara napas tenang milik seseorang.

Mata Nafelly berat.

Terasa amat sangat berat.

Kepalanya mulai memutar ulang kejadian yang dialaminya. Entah kenapa dia merasa itu semua hanyalah mimpi. Begitu tiba-tiba namun begitu terasa nyata. Apakah benar bahwa ada orang yang mengincarnya? Apakah benar Alberto meninggalkannya setelah membuat Nafelly pingsan?

Tapi Alberto berjanji akan membuatkannya omelette dan omurice. Alberto juga masih tersenyum hangat, sebelumnya. Namun, kenapa senyum hangat itu kemudian terasa berbeda? Kenapa ada kesedihan yang terlihat di dalamnya?

"Apakah kau tidak akan bangun? Nafelly!"

Nafelly tersentak bangun dan menoleh ke samping, namun yang Nafelly lihat hanyalah sebuah tembok polos yang sangat berbeda dengan rumah Alberto. Napas Nafelly memburu saat bayangan Alberto membuka pintu dengan apron, perlahan menghilang digantikan dengan tembok polos itu.

Itu hanya bayangan ....

Itu hanya halusinasi Nafelly yang selalu dibangunkan oleh Alberto setiap hari.

"Kau sudah bangun?"

Nafelly menatap ke sisi lainnya, dan mendapati Samuel yang duduk di sofa. Matanya terlihat memerah seperti habis menangis beberapa detik yang lalu. Dan saat menatap Nafelly, mata Samuel kembali berkaca-kaca dan Samuel membuang wajahnya dari Nafelly.

Nafelly menelan ludahnya dengan sudah payah. Dia mencoba bangkit, mendudukkan dirinya di atas sofa secara perlahan. Kepalanya menunduk, mencari-cari pertanyaan apa yang seharusnya dia ajukan terlebih dahulu. Di mana aku? Mengapa aku ada di sini? Mana Alberto? Kenapa dia tidak ada di sini?

Namun, dengan keadaan hening dan juga Samuel yang bersedih hati, Nafelly sudah tahu bahwa kejadian itu nyata. Dan Alberto benar-benar meninggalkannya. "Aku hanya menyebutkan nama, dan kemudian kami mendapatkan teror pada hari itu juga."

Nafelly mulai bersuara dan menoleh pada Samuel. Samuel tidak memandangi Nafelly dan tetap menatap tembok. Air matanya kembali mengalir dan Samuel segera menghapusnya.

Seluruh tubuh Nafelly kembali gemetar dan air matanya lagi-lagi mengalir dengan perlahan. Emosinya bercampur. Antara kesedihan dan juga kemarahan yang dirasakannya. "Aku hanya menyebutkan nama ... lalu kemudian semua orang ... MENGGILA DAN MEMBENCIKU SAAT ITU JUGA!!" Nafelly berteriak penuh emosi di akhir kalimatnya. Napasnya tidak teratur dan wajah marahnya mengalirkan air mata. "Ada apa dengan kalian?! APA YANG SALAH DENGAN NAMAKU?! BAJINGAN-BAJINGAN SEPERTI KALIAN!! SIALAN KALAU BEGITU BUNUH SAJA SEMUA ORANG YANG MEMILIKI NAMA INI!!"

Samuel menggelengkan kepalanya dan masih enggan menatap Nafelly. Dia hanya mengusap wajahnya yang lembap saja. "Hentikan ..." ucapnya tersendat.

"KATAKAN ITU PADA KELUARGAMU!! PADA PAMANMU YANG BAJINGAN!! KAU PUN SAMA SAJA!! KAU—"

"KUBILANG, HENTIKAN!!" Samuel memotong ucapan Nafelly, berteriak dan memelototi Nafelly yang juga memelototinya. "Kau pikir kau siapa?! Kau pikir karena siapa Alberto terlibat dengan ini semua?! Seharusnya, kau menjauhi kami sedari awal!! Maka Alberto tidak akan—"

"AAAKKKHHH!!!" Nafelly menjerit kuat dan menjambak rambutnya sendiri. "KENAPA MENYALAHKANKU?! PENJAHAT LAH YANG SALAH!!"

"KAU YANG LEBIH DULU MENYALAHKANKU!!"

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now