He Is Psycho 22 : Cinta Itu ....

Start from the beginning
                                    

Nafelly mengangkat kepalanya dan menatap Alberto dengan heran. "Bagaimana aku tahu?" herannya, lalu mengedip. Nafelly mengedikan bahunya dengan santai. "Entahlah. Kupikir memang aku jatuh cinta padanya."

Alberto terdiam dengan mulutnya yang terbuka sedikit. Matanya menatap Nafelly yang masih duduk santai di kursinya, sementara tangan Alberto menggenggam erat kenop pintu.

***

"Kau bertemu pamanku?"

Alberto menganggukkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Samuel. Masih segar di ingatannya saat dia bertemu David, Paman dari Samuel di parkiran perusahaan cabang. David memang sering mengontrol perusahaan cabang dan Alberto juga sering bertemu dengannya. Namun, yang membuat Alberto tegang adalah ....

"Hm ... jadi dia menanyakan tentang Nafelly?"

Alberto menganggukkan kepalanya lagi saat mendengar pertanyaan Samuel. Samuel sendiri masih duduk di atas kursinya dan Alberto berdiri di hadapannya.

Samuel menggeser halaman dokumen dan bertanya. "Jadi, apa yang kau katakan?"

Alberto menghela napas panjang. "Ini lebih sulit daripada menjelaskan bahwa 'kau bukan gay' pada pamanmu. Kau tahu kan jika pamanmu itu sangat tidak menyukai Nafelly Christine?"

"Semua orang di keluargaku membenci nama itu selain ibuku," kata Samuel dengan acuh dan kembali menggeser halaman. "Jadi, bagaimana itu berakhir?"

"Aku hanya berkata bahwa dia keponakanku dan bernama Christina Felly."

"Lalu?"

"Dia tidak percaya."

Samuel terkekeh pelan. "Padahal kau susah-susah mendapatkan kepercayaannya, dulu."

Alberto mengingat tentang bagaimana dia diuji oleh David di masa-masa mudanya dulu. Betapa pria yang lebih mirip seperti ayah kandung Samuel itu benar-benar selektif dan menyiksanya secara mental. Saat itu, Alberto benar-benar lelah dengan ujian David dan hampir keluar seperti sekretaris-sekretaris sebelumnya. Namun, tagihan kontrakan membuat Alberto bertahan dan bekerja seadanya saja. Walaupun begitu, saat Alberto mendapatkan kepercayaan David pun, siapa yang Alberto temui masih dipantau hingga sekarang. Takut-takut Alberto berkhianat pada Samuel.

Dan tentang Nafelly. Alberto tahu jika David tidak hanya melihat Nafelly dari rumor Samuel yang menyukai BDSM, namun dari kegiatan Alberto yang membawa-bawa Nafelly juga. Alberto yakin jika David masih menyimpan beberapa mata-mata di sisi Alberto. Dan begitulah kecurigaan David muncul.

Kakek-kakek satu itu benar-benar merepotkan.

"Jadi, apa yang akan kau minta dariku sekarang?" tanya Samuel kemudian. "Pengemis Kecil itu tidak ada hubungannya denganku. Jadi, aku tidak akan menerima apa pun permintaanmu tanpa mendapatkan bayaran."

Alberto menghela napas lelah. "Tuan, kapan terakhir kali kau makan malam dengan beliau?"

Samuel terkekeh pelan. "Jadi kau memintaku berbicara padanya?"

"Hanya menjelaskan sedikit saat kalian bersilaturahmi."

"Kau benar-benar—akh!" Samuel berhenti berbicara dan tersentak saat jari telunjuknya tergores kertas.

"Apa berdarah?" Alberto yang melihat itu pun refleks maju dan melihat jari Samuel. Setetes darah mulai mengucur dan diikuti yang lain. "Hah ... seharusnya kau lebih berhati-hati."

Alberto merogoh sakunya dan mengambil sebuah kotak kertas kecil dari saku jas dalamnya. Jika orang normal menyisipkan rokok di sakunya, Alberto mengeluarkan kotak plester dari sana.

"Kau memiliki itu?!" Samuel terkejut saat Alberto meraih jarinya dan mulai melilitkan plester di jarinya.

"Kenapa? Apa aneh?" Alberto balas bertanya sambil tersenyum dan menyimpan kembali jari Samuel.

Samuel tidak menjawab dan menatap jarinya yang diplester, mengusapnya dan melamun sejenak.

... Alberto bahkan mengobati jariku yang hanya luka satu titik karena serutan pensil! Benar-benar satu titik tapi dia memperlakukan luka ini seolah aku membutuhkan operasi!! Alberto sangat lembut hingga aku takut menyentuhnya saja bisa membuatnya lebam-lebam!! Sedangkan kau?! Kau bahkan menepis tanganku dengan kasar! Dan kau mau aku memperlakukanmu sama seperti Alberto?! Cih! ....

Alis Samuel mengerut seketika saat mengingat hal itu. Nafelly benar-benar menyebalkan. Dan Alberto juga. "Kenapa kau malah membawa yang seperti itu?!" kesalnya pada Alberto.

Alberto tersenyum tipis dan menyimpan kembali kotak plester miliknya di saku saat selesai mengobati Samuel. "Dulu, saat aku masih kecil, aku sering di-bully dan terluka. Aku adalah langganan UKS. Perawat memberikan satu kotak plester padaku karena aku selalu mengganggunya setiap hari. Dan setelah aku mendapatkan uang bantuan pemerintah, aku mulai membeli plester dan menjadi kebiasaan hingga sekarang."

Alberto dengan segala kemalangannya. Samuel jadi tidak tega untuk komplain tentang sikap lembutnya yang memberikan plester pada siapapun. Jadi, Samuel hanya mencicit dan berkata. "Te-terima kasih."

Padahal, tadinya Samuel ingin kesal tapi tidak jadi.

Alberto menatap Samuel dan seketika memikirkan tentang Nafelly yang baru saja dinasihati tentang cinta olehnya. "Tuan."

"Hm?"

"Bagaimana jika kau dipaksa menikah sekarang?"

Samuel mengedipkan matanya berkali-kali dan menatap Alberto dengan heran. "... Apa?"

AKAN DINEXT SAAT VOTE SAMPAI 20!!!

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now