He Is Psycho 22 : Cinta Itu ....

Start from the beginning
                                    

Alberto terdiam mendengar jawaban Nafelly. Rasa syok memenuhi dadanya. Bagaimana bisa seorang anak berumur 18 tahun berkata begitu tentang cinta?! Siapa yang mengajarinya?! Ah sial seharusnya Alberto tidak memberikan ponsel pada Nafelly. Tontonan zaman sekarang benar-benar berbahaya.

Rasa pening tiba-tiba menghampiri Alberto. Alberto memejamkan matanya sejenak dan menghela napas pelan. "Nafelly, cinta bukan sesuatu yang seperti itu."

"Hm?" Nafelly mengangkat wajahnya dari buku dan menatap Alberto dengan kepalanya yang dimiringkan. "Lalu apa?"

Alberto tersenyum tipis melihat tingkah lucu Nafelly. Bagaimana pun, Nafelly adalah anak berumur 18 tahun. "Cinta itu terjadi saat kau berpikir ingin menghabiskan seluruh sisa waktumu dengannya. Cinta itu saat kau memikirkan dia ketika memakan makanan enak. Cinta itu saat kau merasa sedih ketika dia sedih. Cinta itu saat kau ingin melakukan yang terbaik untuknya. Cinta itu adalah ketika kau merasa sedih di saat dia tidak berada di sisimu dalam waktu-waktu terbaikmu. Begitulah cinta yang kutahu."

Nafelly mendengarkan Alberto dengan saksama, terdiam dan mencerna ucapan Alberto dalam pikirannya. "Aku memikirkan semua itu hanya untukmu, Alberto."

Alberto tersentak, merasa kaku dan perlahan pipinya memerah. "Jangan berkata seperti itu sembarangan pada pria lain."

"Itu sungguhan!"

"Lalu, apakah kau berpikir untuk menelanjangiku juga?"

"... Tidak?"

"Sangat mencurigakan dengan jawabanmu yang telat dan memiliki tanda tanya itu."

"Jadi, apa menelanjangi pria yang kita sukai itu termasuk cinta?"

Alberto lagi-lagi terdiam kaku saat mendengar ucapan Nafelly yang seolah memperlihatkan bahwa Alberto mengajarkan hal yang salah. "Tidak begitu. Tapi ... eum ...." merasa bingung sendiri, Alberto berdeham. "Katakanlah kau mencintai Samuel. Lalu, siapa yang kau benci?"

"Ayahnya Samuel."

Alberto tersenyum layaknya batu mendengar jawaban Nafelly yang tanpa ragu. "Kau tidak boleh membenci ayah dari orang yang kau cintai," katanya sambil mendesah lelah. "Kalau begitu, bayangkan kau mencium Samuel. Bagaimana rasanya?"

"Tentu saja menyenangkan! Aku menyukainya dan ingin meneruskannya ke hal-hal lain!" Nafelly berucap semangat dengan matanya yang membara. Dia bahkan menyeringai dengan lebar, tidak mempedulikan wajah Alberto yang sudah pucat pasi.

"Lalu, bagaimana jika kau mencium ayahnya Samuel?"

Wajah cerah ceria Nafelly seketika menjadi cemberut. Alisnya mengernyit jijik dan bibirnya mengerucut sebal. "Kau membuatku mual. Aku pikir, aku akan merasa seperti sudah mencium monyet atau babi."

Alberto terkekeh kecil. "Yah, begitulah caramu mengetahui kau mencintai orang itu atau tidak. Jika yang kau cium adalah orang yang kau sukai, kau akan suka saat menciumnya. Tapi berbeda jika kau mencium orang yang tidak sukai. Akan terasa berbeda, bukan?"

"Ya. Aku merasa sudah memakan kotoran."

Alberto mendengus geli mendengarnya. Dia lalu berdiri dari duduknya dan mengusap celananya untuk merapikan lipatan. "Kalau begitu, kau kerjakan dulu semuanya. Aku akan kembali memeriksamu setelah pekerjaanku selesai."

Nafelly menganggukkan kepalanya dengan semangat. Alberto mulai berjalan ke arah pintu saat Nafelly mulai kembali fokus pada bukunya. Sampai di depan pintu, Alberto tersadar akan sesuatu dan berbalik. "Nafelly."

"Hm?" respons Nafelly tanpa mengangkat wajahnya.

"Kalau kau tidak tahu apa itu cinta, bagaimana bisa kau tahu kalau kau sudah jatuh cinta pada Samuel?"

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now