4. Baikan

191 151 44
                                    

✧﷽✧

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞


سبحان الله ٣٣×

الحمد الله ٣٣×

الله اكبر ٣٣×

استغفر الله ١٠٠×

Ikuti dulu alurnya dan tunggu tanggal mainnya💐

Buat kalian yg baca cerita ini, baca prolognya dulu, terus baca bab 1 dst, biar kalian gak bingung. Baca yg runtut, jangan melengkor sana-sini, kalian gak bakal mudeng kalau bacanya kek gitu.

•SELAMAT MEMBACA🌷•

Arkan. Laki-laki itu mengendarai motor di jalan raya seraya melihat sekeliling, siapa tau ia melihat Anyara. Perasaannya saat ini sangat cemas, risau, khawatir. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Anyara. Walaupun ia masih kecewa, tapi ia tetap peduli. Bahkan ia selalu memantau Anyara dari jauh tanpa sepengetahuan Anyara.

Langit mendung di atas sana tidak begitu nampak, karena hari sudah berganti malam. Hilir angin juga semakin kencang, pasti akan segera turun hujan. Apalagi terdengar suara gemuruh petir dari kejauhan, rasa khawatir Arkan semakin menjadi.

“Anyara, lo di mana? Gue khawatir sama lo, kenapa lo gak pulang ke rumah? Jangan buat gue tambah khawatir Ra” gumam Arkan. 

Arkan pun menambah laju motornya. Ia harus menemukan Anyara secepatnya sebelum hujan.

•🌷•

Anyara berjalan seorang diri di jalanan komplek yang tak jauh dari rumah sakit. Namun jalanan komplek itu nampak sepi. Mungkin hanya beberapa kendaraan yang lewat. Anyara tidak menemukan penjual makanan ataupun warteg di sepanjang jalan yang ia lewati. Mengapa ia tidak membeli makanan di kantin rumah sakit?

Jawabannya adalah, Anyara tidak suka makanan yang berbau obat. Ya, meskipun makanan itu tidak mengandung obat, tapi bau obat-obatan rumah sakit masih tercium olehnya. Itulah yang membuatnya ingin makan makanan di luar.

Terlihat beberapa pemuda seusia Anyara tengah nongkrong di gazebo tak jauh dari posisinya saat ini. Para pemuda itu tengah meminum sesuatu. Anyara tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena tidak ada cahaya di gazebo itu. Anyara mengabaikan apa yang di lakukan para pemuda itu. Ia pun melewati tongkrongan itu dengan cepat, ia takut jika para pemuda itu adalah orang jahat.

Bugh

Tubuh Anyara terjatuh karena terpental sesuatu di depannya. Tubuh tegap nan tinggi itu berdiri di hadapan Anyara. Wajahnya tidak begitu jelas, karena tidak ada cahaya lampu. Lampu sepanjang jalan komplek itu tiba-tiba mati.

“Hai cantik!” sapanya.

Anyara semakin ketakutan. Apalagi tidak ada orang lain selain Anyara dan pemuda yang nongkrong di gazebo itu.

“Sendiri? Mau gue anterin pulang?” tawar pemuda itu.

“Gue bisa pulang sendiri!” tolak Anyara.

Cinta Lewat MayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang