Satya

0 0 0
                                    

Tahun ini usiaku sembilan belas tahun. Sedikit lagi menyentuh kepala dua. Kupikir, sembilan belas hanyalah angka dengan bagian sembilan yang terbalik, karna bagiku, aku masih tertinggal dan termenung di sana, di pojok angka lima belas akhir.

Agaknya, aku memang masih tidak bisa membiasakan diri dengan segala perubahan yang terjadi dalam hidupku. Aku masih kesulitan memahami manusia dan eksistensinya. Aku masih belajar untuk tidak menganggap semua yang terjadi dalam interaksiku dengan manusia lain hanyalah candaan semata yang akan hilang setelah tawa reda.

Di usia segini dan sebagai perempuan muda, aku tidak bisa bohong bahwa aku juga ingin merasakan yang namanya jatuh cinta dan dicintai. Diharapkan eksistensinya oleh pujaan hati dan menjadi sosok yang ditunggu kabarnya oleh seseorang. Namun, seringnya aku menepis pikiran seperti itu, karena aku tahu pada kenyataannya aku hanya penasaran dan sedikit kesepian.

Sebelumnya, aku sudah sering bilang bahwa aku punya masalah kepercayaan dengan manusia. Aku juga punya masalah dengan rasa percaya diriku. Bagiku, aku seseorang yang tidak masuk daftar harus berkencan dan merasakan merah mudanya dunia remaja. Aku tidak masuk kriteria.

Aku selalu berpikir bahwa aku tidak menarik dan membosankan. Aku tidak berharap ada seseorang yang akan tertarik padaku dan malah berusaha menjadi gadis yang tidak akan dipilih dalam hal asmara.

Aku hanya merasa tidak pantas untuk siapa pun.

Namun, dunia tidak bisa berjalan sesuai rencana manusia bukan? Meski aku bilang aku tidak mungkin masuk kriteria lelaki manapun, nyatanya dari selentingan bisik-bisik teman, aku tau ada satu atau dua yang tertarik.

Setidaknya mereka hanya tertarik saja. Aku menyebutknya penasaran. Aku meyakini bahwa mereka semua hanya penasaran dan akan pergi sendiri setelah bosan. Penasaran itu manusiawi. Jadi, aku memilih untuk pura-pura tidak peduli dan tidak menanggapi.

Di umur segini, jikapun ada yang menyatakan perasaan padaku, mungkin aku akan menyuruhnya untuk berpikir berkali-kali. Sebab, berpikir dua kali saja tidak cukup untuk membuatnya sadar. Di umur segini, seharusnya lelaki memacari gadis paling cantik atau gadis paling menarik.

Di umur segini, lelaki harus menghabiskan waktu mudanya untuk bertemu gadis-gadis menawan. Di umur segini juga gadis-gadis cantik seharusnya bertemu pria tampan.

Manusia sepertiku yang malah lebih sering mengklaim diri sebagai ikan betutu atau kangkung darat ini tidak punya tempat di sana. Aku lebih cocok jadi penonton dan penikmat keindahan masa muda manusia seusiaku. Menurutku, di umur semuda ini, aku bukan sosok yang ingin mereka ajak bicara. Bukan sosok yang bisa membantu memenuhi gairah masa muda mereka. Bukan sosok yang bisa dipamerkan kepada teman seusia mereka.

Jadi, jika dalam tiga atau empat tahun ke depan aku masih saja sendiri dan tidak punya pacar, tidak usah keheranan. Sebab, bagiku hidupku tidak ada di bidang sana. Hidup itu hanya sebentar, dan seseorang akan muak menghabiskan waktunya bersamaku.

Jika pun ada yang mau melewati tembok-tembok yang kubangun hanya demi seseorang sepertiku, kuharap dia akan menyesal kemudian lalu pergi. Namun, jika dia bertahan, agaknya aku memang sosok bajingan. Jadi, jika kelak umurku dua puluh lima atau tiga puluh dan seseorang datang, kuharap dia benar-benar seseorang yang bisa kuajak bicara, seseorang yang tidak masalah dengan sisi konyol dan absurd-ku, seseorang yang tidak menghakimiku dan cara pikirku, seseorang yang bisa menghargai mimpi-mimpi kecilku, dan seseorang yang punya mimpi sehingga aku bisa membantu merengkuh mimpinya juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang