Camari

1 0 0
                                    

Kadang, aku cukup resah mendengar atau membaca segelintir pesan dari orang-orang dekat yang berkata bahwa aku adalah orang baik.

Aku merasa aku tidak pernah jadi sebaik itu. Kadang, yang kulakukan hanya mengikuti hati nurani dan segala yang kuperbuat hanyalah hal-hal yang manusia biasa akan lakukan.

Aku merasa mereka terlalu berlebihan tentangku. Segala hal yang kulakukan hanyalah bentuk dari tidak adanya kerugian. Aku hanya tidak ingin merugikan dan dirugikan.

Namun, manusia itu makhluk yang naif bukan? Aku kadang menolak mengakui bahwa aku cukup mampu untuk memanipulasi keadaan. Namun, kadang-kadang aku penasaran dan jadilah sedikit menguji orang-orang. Manusia itu makhluk yang mudah mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang mereka lihat dan dengar.

Padahal, apa yang mereka lihat dan dengar itu bisa saja dibuat oleh manusia lainnya untuk membentengi diri dari radar negatif padahal aslinya busuk semua.

Manusia adalah makhluk yang sama sekali tidak stagnan. Aku saja kadang tidak mengerti manusia ini ada berapa jenisnya meski Adam dan Hawa sama-sama nenek moyang kami.

Aku terlalu berpikir jujur dan terus terang jika dalam mode normal. Aku tidak tahu cara bereaksi cepat jika ada sesuatu yang tidak mengenakkan atau diluar kemampuanku terjadi, dan kurasa, itulah kenapa aku menjadi sosok yang membosankan begini.

Aku kadang-kadang selalu iri saat memperhatikan bagaiman temanku mencairkan suasana dan saling melempar candaan dengan orang asing dan segera mempertanyakan kenapa aku tidak bisa berpikir secepat dan seasik itu saat memberi respon?

Entah aslinya otakku memang karatan, atau memang aku seharusnya jadi patung pancoran saja. Anehnya, dengan semua kekurangan yang seharusnya tidak dimiliki oleh makhluk sosial itu, aku malah mendapat pengakuan bahwa aku orang baik, aku orang yang asik, aku orang yang tulus, dan segelintir ucapan terima kasih. Padahal, yang kulakukan hanya merenung dan berpikir kenapa aku bisa jadi manusia sekaku dan semembosankan ini?

Namun, entahlah. Sudah kubilang manusia itu makhluk yang cepat mengambil kesimpulan. Mereka melihat, mereka mendengar, lalu mulai membangun ekspektasi dan menarik kesimpulan atas apa yang dilihat dan didengarnya. Lalu saat fakta tidak sesuai dengan bayangan mereka, yang mereka lakukan hanya berkata, "Wah, aku nggak nyangka ternyata kamu bisa begini juga, aku pikir—teett!"

Siapa yang menyuruhmu mengambil kesimpulan begitu, Ubi Jalar?! Aku tidak pernah mengklaim dan menempatkan diriku pada posisi dan karakter tertentu. Kamu saja yang termakan isi kepalamu sendiri tentang orang lain. Huft!

AsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang