"Gavindra jaga bicara mu pada yang lebih tua, kalau kami tidak mengajari mu apapun bukan berarti kau tidak tau apapun, kau seharusnya juga bisa mempelajari apapun sendiri" ucap Astra menatap Avin tajam membuat Avin memalingkan wajahnya

"Dia pukul kepala Avin pake botol minum" cicit Avin agar ia tak di salahkan lagi

"Lalu kau membalas nya dengan mengatakan jika Aris anak pungut ?" Tanya Astra

"Kan memang benal begitu, dia kan anak pungut-"

Plakkk

Wajah Avin menoleh, rasa perih dan nyeri dapat ia rasakan, keadaan menjadi hening, para maid yang sejak awal ada di sana mulai membubarkan diri setalah perintah dari Kim, hanya tersisa anggota keluarga saja

"Minta maaf Gavindra, bagaimanapun kau bersalah disini, tidak seharusnya kau mengatakan Aris dengan kata-kata yang menyakiti perasaan nya" ucap Javier

Avin terdiam, menunduk, pipi nya panas pun dengan mata nya yang sudah berlinang air mata, air mata yang sudah ia tahan sedari tadi pun akhirnya jatuh juga hanya saja ia menangis dengan menundukkan kepala nya

Ini dua kalinya Javier menampar dirinya dengan masalah yang sama yaitu Aris

Avin tak mengerti, apa yang salah ? Ia mengatakan yang sebenarnya, apa perkataan nya salah ? Tapi dengan menampar dirinya adalah bentuk pembelaan dan semacam nya ?

Avin tak mengerti apapun sejujurnya

"Gavindra-"

"Memang benal, seseolang tak akan bisa dengan mudah bisa belubah, meleka hanya belkata menggunakan lisan bukan hati" ucap Avin memotong ucapan Javier

Semua nya menegang mendengar perkataan Avin

"Sepeltinya memang Avin yang salah disini, lagipula Dali awal juga Avin yang salah, apapun itu mau Avin benal atau tidak tetap Avin yang salah kan jadi buat apa Avin jelasin sesuatu kalau itu bakal jadi pukulan telak buat Avin" Avin mendongak menatap keluarga nya dengan tatapan kecewa

Padahal atas semua sikap lembut Javier dan yang lainnya Avin mau membuka hatinya, setidaknya sedikit saja untuk bisa memaafkan mereka walaupun sulit, tapi justru mereka kembali menebar luka yang nyata nya belum lah tertutup

Haruskah Avin kembali pergi dari mansion ini hanya untuk mendapat kembali perhatian keluarga nya walau hanya sesaat ?

Haruskah ia kembali terluka hanya untuk mendapatkan tatapan teduh dan senyum tulus keluarga nya ?

Sial, semakin di pikir semakin membuat Avin ingin mati saja

"Kalian membuat ku kecewa" ucapan terakhir Gavindra pada keluarga, ia memilih pergi ke kamar nya

Javier dan yang lainnya terdiam membisu, sesuatu mencoba menusuk hati mereka atas semua perkataan Gavindra, perasaan aneh mulai menyelimuti mereka kala Gavindra mengatakan kecewa pada mereka

Maka Javier memberikan Aris pada Kaivan dan segera menyusul Gavin

Avin sendiri sudah mengunci kamar nya rapat-rapat bahkan mengganjal sesuatu di dalam tempat masuk nya kunci agar tak ada yang bisa menganggu nya

Salah nya juga karena terlalu berharap Javier dan anak-anaknya berubah, padahal tak ada seseorang yang bisa berubah dalam sekejap, rasa penyesalan itu jelas ada tapi itu hanya sesaat, setelahnya mereka kembali pada sifat asli nya walau hanya setengah saja

Dalam kamar Avin menangis tentu saja, hati nya sakit, pipi nya sakit, pikiran nya sakit, semua nya sakit, apapun yang ada di tubuh nya semua itu sakit

Apa Dirga dan yang lainnya juga sama seperti Javier dan anak-anaknya ?

Apa mereka selama ini hanya bersandiwara hanya untuk menariknya kembali ke dalam neraka ini ?

"Kamu seharusnya sadar sampai kapan pun keluarga Dirgantara hanya milik aku"

"Aku ragu kamu anak kandung Daddy Javier, nyatanya kamu dan aku kasih sayang mereka jelas berlimpah untuk ku"

"Gavin ayo pulang, Daddy minta maaf"

"Jangan pergi dari mansion kau hanya akan membuat keluarga Dirgantara malu memiliki mu"

"Entah kenapa Mommy melahirkan manusia lemah seperti mu, aku bahkan ragu kau anak Daddy"

"Jangan pergi Gavindra, kau tidak akan pernah bisa pergi dari sini"

"Pergi, pergi sejauh yang kau bisa, aku akan menemukan mu dan menarik mu kembali kesini"

"Nyatanya kau tak akan pernah bisa hidup dengan tenang Gavindra"

Avin menarik rambut nya keras kala suara-suara asing itu memasuki kepala nya, bayang-bayang hitam pun kini mulai menghampiri nya menatap ia dengan tatapan merendahkan, menunjuk ia dengan tangan mereka pun dengan ucapan-ucapan yang menyakiti hati nya

Telinga berdengung luar biasa hingga akhirnya ia jatuh pingsan di lantai dingin itu

Malam yang sebentar lagi akan turun hujan, jendela kamar Avin nyatanya tak di tutup pun AC menyala dengan suhu yang tinggi, berharap saja anak malang ini baik-baik saja esok hari









______________________________


Nah nah gimana konflik nya~

Atau mau yang maenstrim ?

Gavindra (Tamat) ✔️Where stories live. Discover now