07

67.2K 6.9K 172
                                    

Benar kata dua pengawal tadi jika mansion Javier berada di tengah hutan dan jauh dari kota, buktinya entah sudah berapa lama Avin berjalan tapi tak kunjung menemukan kota yang di maksud pun ia mulai kelelahan, mulai haus, laper dan ingin menangis

Jalanan yang ia lalui juga hanya pohon dan pohon tak ada apapun, atau minimal penjual kaki lima, ia hanya ingin membeli minum

Avin mulai ingin menangis, kaki nya sakit karena berjalan sudah jauh, ia bahkan tau dirinya ada dimana sekarang, yang ia tau jalanan ini sedari tadi hanya jalanan lurus tanpa cabang

"A-ayah.." lirih Avin pelan

Tangan nya sakit membawa laptop Abang nya, apalagi laptop itu berat pun ia tak tau bisa di jual atau tidak karena laptop itu lecet saat ia memukul mobil Javier tadi

Mengingat nama Javier langsung saja air mata nya turun, ia terduduk di sisi jalan melempar laptop nya asal, menundukkan kepala nya menangis, cuaca juga mulai sore, ia kelaparan tolong

"Dasal Javiel jelek" gerutu Avin kesal

Sekarang ia tak tau harus bagaimana, mana mau ia balik ke mansion neraka itu, gengsi woi

Apalagi saat tak ada siapapun yang lewat jalan ini seolah jalan ini memang di buat khusus untuk ke tempat kediaman nya Javier

"Lapel.." lirih Avin lagi

"Hei" Avin menoleh melihat pria yang mungkin berusia awal 40 tahunan

"Kenapa kau disini ? Dimana orang tua mu ?" Tanya pria itu

Avin menunduk, ia takut apalagi wajah pria itu ada bekas luka melintang di mata pun mata nya yang berwarna putih semua

"Jangan takut, bagaimana jika kau ikut dengan ku dulu sambil menunggu orang tua mu" ucap nya lagi membuat Avin menoleh

"Gak mau, Avin mau sendili jangan ganggu Avin"

"Jangan seperti itu, hari sudah mau sore dan kau lihat ? Sepanjang jalan ini tak ada lampu jalan apa kau berani sendiri di sini ?" Avin terdiam, rasanya ia ingin menangis lagi, apa ia salah memilih kabur seperti ini ?

"Avin lapel, Avin mau makan" cicit Avin

"Tentu aku akan membelikan makanan apapun yang kau mau, nah kalau begitu ayo kita pergi"

Pria asing itu dengan cepat menggendong Avin pun membawa laptop yang tergeletak di jalan, mobil yang di kendarai adalah mobil pick up, ternyata pria asing itu tak sendiri ada teman nya yang menyetir, bertubuh besar dengan raut wajah yang juga menyeramkan

Avin meringsut untuk lebih dekat dengan pria yang menggendong nya

"Tak apa ia tak akan melukai mu" ucap pria asing itu

"Nah siapa nama mu anak manis"

"Avin"

"Hanya Avin ?" Avin mengangguk, entah ini salah atau tidak ia tak menyebutkan marga nya

Mobil berlalu membelah jalanan, dan benar saja sesuai dugaan Avin jika memang sepanjang jalanan ini hanya ada pohon dan pohon tak ada apapun bahkan lampu jalan pun tak ada, mungkin Avin bersyukur karena ada yang menemui nya

"Paman apa masih jauh ?" Tanya Avin mendongak

"Tidak, sudah dekat kok, tujuan mu ke kota bukan ?" Avin mengangguk pelan

"Lalu kenapa kau bisa ada di jalanan sepi itu sendirian ? Apa kau di buang oleh keluarga mu ?" Avin terdiam, tak tau harus menjawab apa akhirnya ia memilih untuk tak menjawab nya

Dan benar saja mereka mulai memasuki jalanan yang ramai akan kendaraan, mata Avin berbinar ketika ia mulai melihat pemandangan kota yang menajubkan, dengan lampu-lampu yang bersinar indah

Gavindra (Tamat) ✔️Where stories live. Discover now