9

28 8 0
                                    

Athena memutuskan untuk pulang. Setelah menceritakan segalanya kepada Zora, Athena merasa ia tidak perlu melarikan diri dari apapun. Kini ia duduk disebelah Daniel yang fokus mengendarai mobil, bajunya sudah terganti dengan sweater putih dengan celana hitam yang terlihat sangat pas dengan dirinya. Daniel sempat memberitaunya bahwa Anya dan Aira masih berada diluar, jadi ia tidak perlu takut dan bingung bagaimana menghadapi mamanya saat pulang nanti, entah ia tau darimana itu terserah Daniel.

Sungguh Athena merasa beruntung kali ini karena yang menemukannya adalah Daniel. Pria itu tidak bertanya apapun, mulai dari alasannya meninggalkan rumah, alasannya menangis, alasan bibirnya berdarah atau bahkan luka ditangannya, Daniel sama sekali tidak bertanya dan memilih menonton mendengar segalanya dalam diam.

Tak terasa, mereka kini telah sampai di depan rumah Athena. Athena bersiap untuk keluar dari mobil tersebut, namun satu hal mengalihkan perhatiannya, kendaraan roda empat yang sangat jarang ia lihat kini terparkir rapih di halaman rumahnya bersama kendaraan lainnya. itu, mobil milik papanya bukan?

"Athena?" vokal Daniel mengalihkan perhatiannya. Athena akhirnya tersadar dari lamunannya dan keluar dari mobil tersebut setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan kepada pria disampingnya.

Tidak ada bagian Athena berjalanan terburu buru atau berlari untuk segera sampai di dalam rumah. Athena berjalan sambil sibuk berpikir bagaimana keadaan di dalam sana. Dan setelah membuka pintu, ia menemukan hal yang lebih mengejutkan. Radeo Abraham dan Dirga Wijaya kini duduk santai di ruang tamu sambil berbincang hangat. "Eh adek? sudah pulang?" Dirga akhirnya menyapanya.

"Papa? kok tidak bilang kalau papa pulang? Abang juga." tanya Athena sambil berjalan menuju mereka dan menyalimi tangan ayah beserta kakaknya yang sama sama jarang pulang itu.

"Surprise sayang, bagaimana kabarnya anak papa satu ini?" Dirga Wijaya mencium dahi sang anak penuh cinta dan kasih sayang, menumpahkan rasa rindunya sedangkan Deo mengusap kepala Athena lembut.

Athena tersenyum manis. "Baik banget pa." setidaknya untuk saat ini. Athena memutuskan untuk melupakan sakitnya yang terjadi hari ini. Untuk sekarang, ia merasa sangat baik baik saja. Dimulai dari Daniel, bunda, kak Zora, Deo hingga Dirga yang datang tak terduga. "Papa bagaimana kerjanya? Aman?" Athena balik bertanya.

"Aman sayang." Jawab Dirga lalu membawa Athena duduk di sampingnya ikut menonton. Athena bersandar di dada sang papa dan mengangkat kakinya keatas paha Deo. Awalnya pria itu menolak dan memukul kakinya, namun selanjutnya ia pasrah menerima semua perlakuan adik satu satunya tersebut.

Athena terlihat sangat menikmati tontonan mereka di televisi sambil sesekali menjawab ketika kakak atau papanya mengajaknya bicara dan tanpa bosan menerima suapan kerupuk dari kakaknya. Namun sayangnya, ini tidak berlangsung lama ketika Anya dan Aira masuk bersamaan ke dalam rumah dengan menenteng beberapa tas belanja. Athena berniat menurunkan kakinya dari paha sang kakak, namun ditahan oleh Deo.

Athena mentap pria itu bingung, sedangkan Deo hanya menjawab dengan gelengan sambil tangannya tetap berada di kedua kaki sang adik, menahannya untuk tidak turun. Mimik wajah kakaknya terlihat berubah menjadi tidak bersahabat, memandang Aira yang kini ikut salim kepada Dirga dengan senyuman yang sangat bahagia. Sedangkan Dirga? ia terlihat tidak terganggu dengan anaknya terus bersandar.

"Mama dari jalan sama Aira, tadi ujiannya dapat sembilan puluh lo pah." Anya berucap bangga kepada Dirga.

"Oh yah? Wah keren, selamat ya Aira." Dirga berucap menanggapi istrinya.

Mendengar hal itu, senyum Aira semakin melebar. Aura bahagia terpancar dari wajahnya. "Makasih pa. Nilai Athena juga tinggi kok." kini Aira menatap Athena, menunggu wanita itu menunggu Athena untuk bicara.

AORTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang