"Apa maksud mu tak yakin, apa anak buah memiliki mata minus, kalau itu Gavindra maka katakan itu Gavindra jika bukan maka katakan bukan" sarkas Javas

"Maaf kan saya tuan, anak buah saya melihat anak kecil yang mirip dengan tua muda kecil mengamen di jalanan beberapa jam yang lalu, tapi saat saya memerintahkan untuk mengikuti nya mereka kehilangan jejak"

"Maka buktikan jika itu Gavindra atau bukan !!" Sentak Javas

"Tenang dulu Javas, perintahkan semua anak buah mu untuk mencari tau apa dia benar Gavindra atau bukan, jika memang ia Gavindra maka segera bawa pulang" perintah Dirga di angguki oleh bodyguard itu

Setelahnya Javas dan Dirga pergi dari sana meninggalkan Aris, dan kedua anak Javas, Varka dan Aresta

"Kita juga harus pergi" ucap Varka yang segera pergi dari sana di ikuti oleh Aresta

Aris yang di tinggalkan sendiri mengepalkan tangan nya kuat, kalau begini lebih baik Gavindra tetap di rumah agar ia mendapat seluruh perhatian keluarga Dirgantara, lagipula bukannya bagus Gavindra ada di rumah agar ia bisa membuat anak itu semakin panas..

Kalau begitu ia harus bisa mencari cara agar Gavindra segera kembali dan ia tak lagi di abaikan seperti ini


______________________


"Avin kamu gak papa ? Badan kamu panas" ucap Denis panik, hari semakin terik dan suhu tubuh Avin pun juga ikut naik

Avin beberapa kali memejamkan mata nya, pandangan nya buram

"Kita pulang sekarang aja" Denis lalu menggendong Avin di gendongan belakang, dengan sedikit berlari ia berjalan pulang agar Avin bisa istirahat

Sesampainya di rumah Denis langsung di hadang oleh Aziz

"Ngapain" tanya nya menatap Denis dan Avin datar

"B-bang, Avin sakit boleh gak-"

"Enak aja ! Kalau dia males-malesan kaya gini gimana mau dapet uang !!" Sentak nya kasar

"Hei bocah turun cepat" dengan kasar Aziz mengambil Avin membuat Denis panik

"Bang-"

"Diem, jika kau tak ingin anak ini lebih menderita maka tutup mulut mu"

Lalu Aziz melempar Avin kasar hingga kepala Avin mengenai dinding, Avin meringis pelan kala ia merasa tubuh nya tak nyaman, terisak pelan kala kepala nya sakit dan berdenyut nyeri

"Hiks.. sakit.." lirih Avin pelan

"Bang-"

"Diem !!"

Byuuuurrr

Avin tersentak kala ia merasakan air dingin menyentuh kulit nya, segera membuka mata walaupun tatapan masih kabur

"Bangun, atau ku tarik kau ke kamar mandi" sentak Aziz

"Enggak bang jangan ! Biar Denis bawa Avin kerja, iya kita bakal balik kerja" Denis langsung membantu Avin bangun dan pergi dari sana sebelum Aziz benar-benar menyiksa Avin lebih jauh

Sesampainya mereka di tempat biasa ngamen, Denis mengedarkan pandangan nya ia harus membelikan Avin obat penurun panas setidak jika hanya satu butir pil maka ia tetap harus memberikan nya pada Avin

"Avin tunggu disini sebentar, Abang akan segera kembali oke" Denis mendudukkan Avin di balik pohon besar, sementara ia segera pergi

Denis mulai panik karena tak ada yang mau memberikan nya uang, maka ia mendatangi sebuah mobil mewah dan mengetuk kaca nya membuat seseorang yang di dalam membuka kaca nya

"Paman ! Tolong bantu aku, adik ku sakit" ucap Denis yang menahan tangis

Orang yang ada di dalam sana hanya menatap Denis datar

"Tidak, aku sibuk" ucap nya yang menutup kembali jendela nya, namun Denis segera menahan jendela itu

"Ku mohon paman !! Adik ku sedang demam tinggi, aku harus segera memberikan nya obat ! Ku mohon tolong bantu adik ku !!"

Dirga menghela nafasnya pelan lalu keluar dari mobil, ya dia adalah Dirga pria yang di mintai tolong oleh Denis

Akhirnya mereka berjalan ke tempat dimana Denis menurunkan Avin tadi

"Astaga Gavindra !" Dirga terkejut melihat Gavindra yang begitu pucat dengan nafas yang tersenggal-senggal

Dengan segera Dirga menggendong tubuh kecil Gavindra, benar, tubuh Gavindra begitu panas, wajah Gavindra pucat dengan bibir yang membiru

"Sialan Kim !!!" Teriak Dirga lantang, membuat Kim dan beberapa bodyguard menghampiri tuan mereka

"Cari tau apa yang terjadi dan bawa anak itu untuk di interogasi" perintah Dirga

"Baik tuan"

Gavindra (Tamat) ✔️Där berättelser lever. Upptäck nu