Bahkan mulut kecil itu selalu bergumam indah atau semacam nya, ia juga melihat banyak makanan yang di jual di kaki lima pun di tempat-tempat yang bagus

"Paman, Avin mau itu !!" Ucap Avin menunjuk penjual bakso keliling yang ramai oleh pelanggan

"Tentu" balas pria asing itu

Mereka bertiga turun bersama dengan Avin yang berada di gendongan nya

"Bakso nya 1" ucap pria yang menggendong Avin

"Paman gak makan ?"

"Untuk mu saja, setelah ini kita harus segera pulang, nanti kau juga akan bertemu dengan teman-teman mu, kalian seumuran ku rasa jadi pasti tak akan canggung" Avin hanya mengangguk saja

Bakso yang ia tunggu pun datang, dengan cepat ia memakan nya tentu saja di suapi oleh pria yang memangku nya

Hanya butuh 15 menit akhirnya mereka sampai di sebuah rumah kumuh, Avin menatap sekitar rumah tersebut yang begitu jorok dengan ilalang yang tinggi, terlihat seperti rumah yang tak terurus

Memasuki rumah itu ternyata tak begitu buruk, cukup nyaman dan rapi walaupun ada cat rumah yang sudah jelek dan lantai keramik yang pecah-pecah

"Semuanya berkumpul !!" Teriak pria gendut itu

Avin pun di turun kan dari gendongan nya, terlihat ada sekitar 10 orang anak datang dengan pakaian yang lusuh dan tubuh yang kotor

"Kalian punya teman baru namanya Avin, dan sekarang dia akan bekerja bersama kalian, jadi kau bimbing dia sampai bisa" ucap pria yang tadi menggendong nya, mendorong Avin pada anak-anak itu

"Nih roti buat kalian, sedikit ada jamur tapi masih bisa lah di makan" ucap pria gendut melempar kantong kresek yang berisi roti

"Ta-tapi.. Avin-"

"Diam atau aku akan mengembalikan mu ke jalan tadi" Avin langsung menutup mulut nya dengan tangan kecil nya dan menggeleng pelan

Setelah itu kedua pria itu pergi dari sana entah kemana, Avin merasa ia salah berada di suasana ini

"Hai Avin" Avin menoleh melihat 2 pria yang menghampiri nya

"Selamat datang di sini, kamu akan jadi keluarga kami, nama aku Denis sebagai yang tertua, aku 15 tahun dan ini adik aku Dandi 13 tahun" ucap Denis

Avin terdiam, mata nya berkaca-kaca, ia tak bodoh untuk tak mengerti keadaan, ia di culik !!!!

"Hiks.." Avin terisak mengingat nasib nya sungguh sial

"Eh ? Jangan nangis, kalau kamu nangis terus di dengar sama mereka kamu bakal di hukum" ucap Denis mengusap punggung Avin lembut

"Ayo masuk, waktu nya tidur biar besok gak terlambat kerja"

"Kerja ?"

"Iya kerja, setiap hari dari jam 7 sampai jam 5 sore kita akan mengamen di beberapa tempat seperti lampu merah, toko-toko atau bahkan jalanan yang ramai orang" jelas Dandi

Tuh kan bener apa yang Avin pikirkan !!!

"Hiks... Daddy... Hiks... Sial kenapa malah manggil Javiel sih hiks.."







_________________

Dan benar saja saat pagi datang anak-anak pengamen itu langsung di beri arahan di mana mereka harus mengamen, pun di beri kresek bekas permen sebagai wadah nya, ada juga yang memakai baju badut atau segala macam

"Sudah sana pergi"

Mereka langsung pergi keluar berpencar, Avin memilih pergi bersama Denis dan Dandi, ia tak tau apapun tolong !!

Mereka sampai di lampu merah, jalanan tentu ramai

"Avin kamu duduk disini dulu aja, liat kita dulu ya baru nanti kamu ikut" Avin mengangguk, ia duduk di sisi jalan memperhatikan Denis dan Dandi yang mengamen, dengan Denis yang bernyanyi dan Dandi yang memainkan gitar kecil

Avin menunduk, ia ingin menangis rasanya, seharusnya ia tak kabur, ia seharusnya diam saja dan menerima hukuman dari Javier jadi ia tak perlu mengalami seperti ini

Tak sengaja Avin menoleh melihat seorang ibu dan anak yang nampak bercanda di dalam mobil dengan kaca mobil yang di turunkan

Avin iri...

Karena saat ia menjadi Alvian dulu juga ia tak tau siapa ibu nya, ayah nya bilang sang ibu sudah bersama bintang di langit menjaga nya dari atas, ia tak tau bagaimana hangat nya sentuhan seorang ibu, bagaimana lembut nya suara ibu, dan bagaimana dekapan ibu yang katanya bisa menenangkan hati yang gelisah

Avin... Tak pernah merasakan itu, yang ia punya dulu hanya ayah nya

Kalau seperti ini ia mau kok balik lagi sama Javier, gak papa deh ia balik lagi jadi bayangan dari pada harus hidup Luntang lantung begini

Ia kembali mengingat dimana laptop dan ponsel Abang nya di ambil oleh pria sialan itu semalam, hanya tersisa kartu yang Avin tak tau cara menggunakan nya jadi ia buang tadi begitu saja

Sementara itu suasana di keluarga Dirgantara suram, semenjak Avin pergi kemarin, sang keluarga Javier Dirgantara tak mengucapkan satupun kata semenjak ia membentak putra bungsu nya

Tunggu...

Putra bungsu ?

Pun saat Aris mengajak Javier bicara pria tua itu hanya diam dan diam, lebih memilih menghabiskan waktunya dengan pekerjaan

Keluarga yang lain pun tak mau menganggu Javier yang sedang dalam suasana hati yang buruk atau nyawa melayang

Seperti pagi ini, suasana di meja makan suram dan dingin karena Javier, sejak ia datang dan duduk di tempat nya aura dingin sudah menyelimuti nya, ia juga tak membalas sapaan Aris atau yang lainnya

Entahlah, ia merasa aneh sejak Avin memilih meninggalkan mansion

"Daddy kenapa ?" Tanya Aris namun lagi-lagi Javier mengabaikan nya

"Ada apa dengan mu Javier, sudah cukup hidup seperti zombie, apa yang membuat mu seperti ini ha" ucap Dirga dingin namun lagi-lagi juga Javier mengabaikan nya

Seolah ia tak mendengarkan suara apapun saat ini, ia seolah berada di tempat yang gelap dan sempit, hanya ada kegelapan dan kesunyian

Seketika Javier mendongakkan kepala nya menatap semua anggota keluarga yang juga tengah menatap nya

"Dimana Gavindra ? Seharusnya ia sudah ada disini, kenapa tak ada yang memanggil nya untuk sarapan ?" Pertanyaan Javier jelas membuat semua nya terdiam

Maksud nya, apa Javier hilang ingatan ? Kan dia sendiri yang mengusir anak nya kenapa sekarang malah bertanya ?

Javier meneggang saat ia baru tersadar jika anak yang ia cari tak akan pernah ada disini lagi, ia baru ingat jika dirinya mengusir Gavindra kemarin

"Aku selesai" ucap Javier dingin yang segera pergi dari sana

Gavindra (Tamat) ✔️Where stories live. Discover now