Perkenalan

902 42 9
                                    

Gayatri Gauspuspita,

Indah sekali nama yang diberikan padanya, seperti sang kuasa memperindah takdir hidupnya.

Nyonya besar Sadewa Senggala Brajadika. Menjadi anak menantu perempuan pertama dari keluarga adidaya macam Brajadika. Berhasil mempermulus jalan hidupnya.

"Gayatri!" Seru menggema bagaikan alarm di setiap harinya.

Tak ada jawaban, tak ada tanda kepatuhan dari nama yang disebut.

Gemanya yang keras bagai tak berarti bagi Gayatri, wanita itu benar-benar berlagak bagai ratu tanpa tata krama.

"Ratu tidak dipanggil dengan keras tuan Sadewa." Ucapnya dengan tenang sembari menuruni anak tangga yang melingkar indah. Rumahnya memang seperti istana.

Laki-laki dibawah sana yang beruntung menjadi suaminya justru mendengus kasar, "Tak ada satupun Ratu yang sudi disamakan dengan mu."

"Tapi kamu menjadi kan ku Ratumu. Ahh--- Salah! Aku menjadi dewi, menemani Sadewa. Betul bukan?" Ucapannya yang melantur, mengundang decakan keras dari sebrang sana.

Apa yang kalian bayangkan dengan kehidupan rumah tangga Gayatri?

Rumah yang indah, penuh cinta dan kasih? Sayangnya itu adalah mimpi buruk bagi pasangan suami istri tersebut.

"Apa yang kamu lakukan dengan menghabiskan uang miliaran dalam hitungan hari!" Tanya tegas Sadewa kepada istrinya, bahkan sebenarnya ia tidak ingin anggap sebagai istri.

Gayatri justru tertawa riang, sembari berjalan kearah pantry dibelakang suaminya. Tak ada niatan sama sekali untuk menjelaskan.

Sadewa yang sudah kesal setengah mati pun mencekal tangan sang istri.

Gayatri yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya menatap datar kearah suaminya, tangannya bahkan masih dicekal dengan sangat keras, mungkin habis ini akan kembali memerah.

"Ada apa dengan tuan Sadewa sekarang? Apakah menikmati hidupku saja menjadi kesalahan untukmu? Kemana suamiku yang tak peduli dengan uangnya? Ah, aku lupa. Suamiku sudah digondol oleh perempuan murahannya." Cecar Gayatri dengan sangat santai, sembari tertawa mengingat momen indah suaminya dengan selingkuhannya.

Sadewa yang melihat kelakuan sang istri hanya menggeleng miris, "Kamu benar-benar menjadi perempuan tidak tau diri."

Gayatri menatap Sadewa dengan dalam dan berujar "Siapa yang membuatku menjadi tidak tau diri, Sadewa?"

Sadewa sama sekali tidak memiliki jawaban. Ia kembali kalah telak dari ucapan sang istri. Tangannya masih mencekal pergelangan Gayatri, dan justru semakin mengencang, tanda bahwa ia melupakan emosinya di sana.

Gayatri sudah biasa, Gayatri bahkan sudah mati rasa. Tidak ada rasa sakit dari pergelangannya ataupun dari hatinya, sudah tidak lagi.

Mereka saling diam, dengan posisi salah satunya menyalurkan rasa sakit yang teramat dalam. Benar-benar menyakitkan jika dilihat dari mata awam.

"Bu, Pak." Panggil suara kecil diujung ruang sana.

Gayatri mencoba melepaskan cekalan sang suami, yang langsung dilepas begitu suaminya mendengar suara putra kesayangan, sangat tidak ingin namanya buruk di mata anaknya.

"Arthur. Ada apa nak?" Tanya Gayatri dengan senyuman yang sangat tulus, ketara bahwa didalam tersimpan banyak sekali cerita.

Anak laki-laki berusia tujuh tahun itupun dengan cepat berlari kedalam pelukan ibunya.

"Bu, Arthur tidak ingin latihan kuda hari ini. Capek bu." Keluhannya yang langsung dapat dimengerti ibunya, anaknya sedari kecil memang sudah dibebani urusan duniawi.

Gayatri GauspuspitaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt