13. Kamu senja saya

Start from the beginning
                                    

Memutar bola mata malas, endingnya Arana juga ikut-ikutan tidak cuci tangan. Dasar.

"Soal tadi, Mas masih marah? Rana minta maaf yaa."

Sebelah alis Pak Aldan terangkat mengingat kejadian 'tadi' yang Arana maksud.

"Kapan saya marah?" tanyanya bingung.

Mencebikkan bibir, Arana jadi sedikit sebal. "Itu tadi di mobil. Ninggalin Rana sendirian, kuncinya aja sampe di lempar. Ini juga dari tadi jangankan buat nyengir, senyum simpul aja belum Rana liat."

Setelah loading, Pak Aldan pun ber-oh ria. Lalu tawanya pecah seketika. "Hahahaha."

Satu kata yang terlintas di benak Arana. Gila(?)

"Itu tadi saya kebelet mau buang air. Kamu aja yang su'udzon," semprot Pak Aldan masih sesekali tertawa.

"Ya gimana nggak su'udzon. Orang mas main asal lempar gitu. Turun mobil pintu dibanting. Siapa yang bisa positif thinking coba?!"

"Kok jadi kamu yang marah?" ledek Pak Aldan terkekeh melihat kondisi wajah Arana saat ini.

"Ya, Rana emosi lah liatnya! Gara-gara mas tadi Rana jadi nggak fokus pas ngerjain kuis."

Tanpa babibu Pak Aldan mengangkat tangan kirinya lalu ia pakai untuk mengelus perut rata istrinya yang sebagian tertutupi khimar. "Ututuu, cebong saya cepet banget jadinya."

•••

"Mau kerumah Umi nggak?"

Gara-gara perkataan Pak Aldan tadi Arana jadi mode ngambek dari siang sampai sore. Pak Aldan bahkan sudah mengerahkan berbagai rayuan agar Arana tidak mendiaminya begini.

"Sayaanggggg," panggil Pak Aldan mendusel pada lengan Arana karena posisi mereka saat ini sedang berbaring di ranjang.

Karena merasa geli Arana mendorong-dorong kepala pria itu agar menjauh. "Apasih, mas."

"Jawab dong makanyaaa." Kini bukan hanya mendusel, tapi beralih memeluk perut Arana erat-erat.

"Ih, sesak tauuu." Ia semakin mendorongnya dengan tenaga.

"Nggak tauuu," ledek Pak Aldan mengikuti nada bicara Arana.

"Maunya apa sih?"

"Jalan-jalan," jawab Pak Aldan cepat.

Walau kesusahan, Arana mencoba bergerak membelakangi. "Males."

"Ya Allah, Ra. Betah banget ngambekan sama saya."

"Huum."

Hening beberapa saat.

Tapi gue bosen juga dirumah mulu, keluar aja kali ya, batin Arana.

"Yaudah ayo jalan-jalan," ujar Arana menyingkirkan tangan Pak Aldan lalu bangkit dan menjulurkan kakinya ke bawah.

Pak Aldan merotasikan matanya dengan kesal. Tadi diajak dianya nggak mau, giliran yang ngajak udah bad mood dianya malah berubah pikiran.

"Oke. Ganti baju."

Arana mendelik "kok datar lagi? Tadi aja, lembut-lembut ngerayu orang," dumel Arana. Dia merasa kesal dengan tingkah om-om yang satu ini.

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now