Kakak?

109 19 2
                                    


Osamu melirik kearah belakangnya dan melihat Akai bersama satu orang yang sangat mirip dengannya, yaitu kembarannya.

Badan Osamu bergetar, matanya terasa panas dan kepalanya terasa sangat sakit.

"Siapa kau?" ucap Osamu sambil memegang kepalanya yang sakit karena berusaha mencerna apa yang ada di depannya.

"Eeeeh hilang ingatan mu itu menyebalkan sekali, aku ini kakak mu loh."

Tubuh Osamu bergetar hebat hingga dia tak bisa menopang tubuhnya sendiri sampai dia pun terjatuh.

Jantungnya berdebar dan keringat sudah terlihat jelas di wajah Osamu yang memucat.

Kejadian kala itu teringat, kerjadian dimana Atsumu mengalami kecelakaan secara tragis.

Dia juga menjadi korbannya dan dia selamat namun berbanding terbalik dengan kembarannya yang tak terselamatkan, senyum Atsumu kala itu saat dia sekarat terbayang di ingatan Osamu.

"Oi samu kau tak ap-"

Semuanya gelap, hanya itu kalimat yang Osamu dengar dari mulut orang yang berkata dia adalah kembarannya.

Osamu membuka matanya, dia berada di sebuah padang rumput yang luas nan indah.

Rumput menari-nari bagai ombak kala di terpa oleh tiupan angin yang kencang namun lembut seperti sutra saat mengenai wajah.

Dia melirik kebelakang terdapat Atsumu yang sedang tersenyum kepadanya, "Kita bertemu lagi, Samu."

Osamu terbangun dari tidurnya, nafasnya sangat sesak seperti tak bernafas dari tadi.

Bunda langsung memeluk Osamu, "Syukurlah kau sudah bangun sayang, bunda khawatir."

Osamu tak merespon dia kembali menatap kearah Atsumu yang memasang wajah khawatir.

Ingatan tentang kecelakaan itu kembali teringat membuat tubuhnya kembali bergetar.

"Berhenti memandangku seperti kau melihat hantu, aku ini kembaran mu loh."

Osamu diam tak menjawab sama sekali, apa dia harus senang ataupun merasa bersalah.

Dia tau pasti Atsumu yang ada di depannya ini tak mengerti apa yang sedang terjadi.

Di pegang tangannya erat untuk menenangkan dirinya yang terus menerus gemetar.

Bahkan saat makan dia harus di suapi karena tangannya yang tak berdaya memegang sumpit.

-*-*-*-


Atsumu mencari keberadaan kembarannya dan tebakannya benar ternyata kembarannya sedang menatap taman bunga itu.

Dia duduk di samping Osamu dan meletakkan 4 mochi lalu dia memakannya satu.

"Kau tak bosan memandangi itu, Samu?"

"Tidak"

"Mengapa?"

"Itu terlalu indah sampai aku tak bisa mengalihkan atensi ku dari mereka"

Atsumu menghela nafas, "Kau selalu berkata seperti itu, Samu"

Osamu hanya terkekeh geli saja, ternyata sifatnya sama dengan Osamu didunia ini.

Mereka kembali hening dengan pikiran masing-masing, menikmati angin malam dan pemandangan bunga lily dan bunga matahari yang di terangi cahaya bulan purnama.

"Aku memikirkan satu hal yang menurutmu pasti aneh" ucap Atsumu memecahkan keheningan.

"Apa itu?"

"Siapa orang yang akan berdiam diri dimakam ku suatu saat nanti dan jawabannya pasti kau" dia berkata seraya tertawa dan meminum ocha yang barusan di buatkan oleh pelayan mereka.

Osamu hanya tersenyum dan terkikik geli mengingat hal itu dimana dia selalu bersandar di batu nisan Atsumu dan menceritakan segala hal yang dia rasakan.

Atsumu hanya tersenyum memandang Osamu yang akhirnya tertawa juga setelah sekian lama.

Dia kembali menatap bulan, "Aku melakukannya pasti, bagaimana dengan mu jika aku tiada nanti apakah kau akan berdiam diri di depan makam ku?"

Atsumu melirik dan sedikit berfikir, "Ntah lah, lihat saja nanti siapa yang pergi duluan."

"Jangan tinggalkan aku, Tsumu."

"Aku bakal ada dalam diri mu sekalipun jasad ku bakal menghilang, Samu"




Parallel | MiyaTwinsNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ