Pria itu buru-buru bangun, kemudian membantu istrinya duduk. Tapi karena wanita itu mengalami sakit yang sangat mengerikan di perutnya, mereka tidak bisa bergerak banyak. Pada akhirnya, sebelum wanita itu bisa mengatakan apa pun, matanya sudah terbalik dengan mulut berbusa.

Ketika wanita itu bangun kembali, dia melihat bahwa itu adalah ruangan di rumah sakit. Hanya suaminya yang ada di sana untuk menunggu, terkantuk-kantuk sampai hampir tersungkur dari kursi.

Kaget, pria itu buru-buru duduk dengan benar, lantas melihat jika istrinya telah bangun. "Oh, kamu sudah sadar?"

"Kenapa kamu membawaku ke rumah sakit?" tanya wanita itu.

"Kamu memuntahkan banyak darah, ke mana lagi aku harus membawamu?" tanya sang suami bingung.

Wanita itu berdecak. Sangat menyesal dia dulu mengguna-guna pria ini karena melihat yang lain tampan, tapi sebenarnya tidak berguna. "Aku tidak sakit, jadi urus kepulanganku segera," perintahnya.

"Dokter berkata kamu setidaknya harus diobservasi setidaknya satu hari lagi," jawab pria itu. "Mereka masih mencari tahu apa yang menjadi penyebab kamu memuntahkan darah sebanyak itu, hasil lab-nya baru akan keluar sore ini."

"Itulah sebabnya aku katakan aku tidak sakit!" teriak wanita itu kesal. Dia jelas tahu bahwa dirinya hanya bisa menjadi seperti ini karena disantet oleh dukun lain atau terkena tulah dari ilmu hitam yang gagal.

"Jangan marah, dokter berkata kamu terlalu stres. Kamu harus tenang--"

"Diam!" Wanita itu meraung. "Jika kamu tidak membawaku pulang, aku akan mengusirmu dari rumah!" Karena telalu banyak mengeluarkan tenaga, wanita itu terbatuk-batuk dan darah kembali tumpah di atas selimut. Itu sangat mencolok di atas latar putih bersih sehingga menatapnya saja membuat orang merinding.

Pria itu panik dan hendak memanggil dokter saat pintu ruang rawat inap didorong dari luar. Putri mereka masuk sambil memegang ponsel di telinganya, bertanya, "Apa yang terjadi? Suara kalian terdengar sampai di luar!"

"Kamu juga bodoh, kenapa mengkuti ayahmu membawaku ke sini!?" Wanita itu tak ketinggalan memarahi putrinya.

Sementara itu, sang putri yang tengah berbicara dengan temannya melalui telepon mendadak berhenti. "Apa kamu bilang?" tanyanya pada orang di seberang.

Ratmi, yang menghubungi temannya karena teringat pesan Ametys, mengulang, "Guna-guna ibumu gagal. Dan seseorang di sini berkata bahwa kita telah menyinggung roh alam yang tinggal di Batu Pengantin." Dengan takut dia melanjutkan, "Dia menyuruhku menyampaikan pesan pada ibumu, 'tunggu saja ganjarannya sendiri'. Itulah yang dia katakan."

Gadis itu tercengang, kemudian menatap ibunya yang masih memuntahkan darah dan ayahnya yang panik. Selama ini dia tahu jika ibunya adalah dukun yang disegani oleh orang lain, tidak ada yang berani menyinggungnnya karena takut celaka. Namun, sekarang temannya berkata bahwa guna-guna ibunya gagal. Lebih buruknya, mereka telah menyinggung roh alam dari suatu tempat?

Dia pernah mendengar ibunya mengatakan sesuatu di masa lalu. Di dunia ini, ada dua yang tidak bisa disinggung secara sembarangan. Satu, orang yang memiliki banyak uang dan kedua, roh alam, atau yang sering disebut orang-orang sebagai 'penunggu' tempat.

Yang pertama mungkin masih bisa diatasi karena mereka berwujud, tapi yang terakhir, biasanya hanya ada bencana yang menanti.

"Mak," panggil gadis itu dengan wajah pucat. "Kita sudah tamat!"

Wanita itu hanya menatap anaknya bingung, tidak sempat menanggapi, sebelum pingsan kembali.

* * * * *

Syahdan ✓Where stories live. Discover now