🚪

166 19 0
                                    

Osamu berjalan sambil membawa sebuket bunga matahari, dia menggunakan topi untuk menutupi wajahnya agar tak terkena panas sang surya.

Dia berdiri di sebuah makam dengan nama depan yang mirip dengannya, Osamu telah merelakan kepergian kembarannya.

"Lo tenang ya disana, Tsum."

Bunga matahari ini memperindah makam dari kembarannya, Atsumu sangat menyukai bunga matahari.

Di usapnya batu bertuliskan nama kembarannya itu dan dia memeluk batu itu untuk sementara lalu melepaskannya.

Osamu melangkah menjauhi makam dan memutuskan untuk mencari cemilan untuknya.

Sesampainya di rumah ayah dan bunda bilang kalau mereka akan pergi ke rumah kakek nya.

Osamu membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah sang kakek yang sudah lama tak berkunjung.

Perjalanan memakan waktu 3 jam dengan mobil, saat sampai mereka langsung di sambut oleh neneknya yang sudah menunggu dari tadi.

Neneknya mencium cucunya tanpa henti sambil sesekali memeluknya dan menyuruh Osamu untuk makan.

Osamu hanya nurut dan memakan masakan neneknya yang sangat amat enak.

Tapi dia ga berani berkata enak kalau tidak besoknya satu meja makan semuanya penuh dengan makanan itu.

Kakek nya masuk dan mengusap rambut cucunya, dia duduk di kursi didepan Osamu.

"Tadi ada pintu tua di kebun belakang rumah itu pintu apa, Kek?."

"Kalau penasaran cek aja sendiri, mana ada pintu dikebun."

Osamu tadi sempat ke belakang dan menemukan pintu tua yang membuatnya tertarik untuk melihat.

Sebelum dia memegang pintu itu, neneknya memanggilnya untuk mencicipi makanan yang neneknya buat.

Dan disini lah Osamu sekarang, berada di depan pintu tua itu dengan tatapan penasaran.

Dia menyingkirkan tanaman² liar yang menutupi pintu itu dan membuat telapak tangannya berdarah.

Osamu bodo amat dan dia memegang gagang pintu itu lalu ia buka dan.....




Parallel | MiyaTwinsWhere stories live. Discover now