21. Lagi dan lagi

25 2 0
                                    

Assalamualaikum!!

Selamat menjalani ibadah puasa yang menjalankan... Jangan sampai bolong ya kalian❤

HAPPY READING


Sudah beberapa hari Alfan menginap dirumah sakit. Dan baru kemarin pula cowok itu keluar dari bangunan itu. Alfan merasa bebannya hilang setelah keluar dari tempat yang dia benci.

Dan hari ini, dia berencana untuk masuk kembali kesekolah. Padahal kesehatannya belum terlalu vit jika dilihat.

“Fan, kamu yang bener aja sih? Udah deh, mending dirumah aja dulu. Nurut apa kata Mamih.” omel Rana sekian kalinya saat mereka berada dimeja makan.

“Aku udah sembuh. Udah gak kenapa-kenapa Mih.”

Rana berkacak pinggang menatap anaknya. Baik Alan maupun Alfan sama-sama keras kepala jika diberi tahu.

“Kok kamu ngeyel?”

“Ya Alfan mau sekolah kok.”

“Tapi Mamih kan suruh kamu tetap dirumah. Istirahat.” Rana menekan kalimat akhirnya.

Ardi memijat pangkal hidungnya, pusing. Pria yang sudah berumur dan duduk di ujung meja itu hanya dapat menyaksikan perdebatan keduanya tanpa berniat melerai.

“Pih, Istrinya nih. Masa anaknya sekolah gak dibolehin.” adu Alfan.

“Apaan sih kamu. Ngadu mulu bisanya. Mamih kan kayak gini juga buat kebaikan kamu, Alfan.”

“Ya tapi kan aku udah sehat, Mamih. Lagian, Mamih mau aku ketinggalan pelajaran terus gak bisa ikut ujian sekolah nantinya?”

Alfan tersenyum senang kala melihat sang ibu yang terdiam. Cowok itu berfikir jika Rana mengijinkannya masuk sekolah.

“Ya kan Mih—”

“Enggak!” senyum sumringah Alfan lamgsung luntur begitu saja. “Mamih tetap gak ijinin kamu.”

“Mamih.”

Stop it!” Alan yang sedari tadi diam kini mulai angkat bicara. “Biarin Alfan berangkat Mih. Nanti biar Alan yang jaga disana.” katanya berusaha menengahi.

“Tapi—”

“10 menit lagi masuk. Aku sama Alfan berangkat dulu. Assalamualaikum.”

Alfan kembali tersenyum cerah. Dia ikut bangkit dari duduknya dan ikut menyalimi kedua orang tuanya. “Mamih cantik, aku berangkat dulu yah.”

Tidak ada sahutan apapun dari Rana. Nyatanya wanita itu masih terlihat kesal karena Alfan yang tidak menuruti perintahnya.

“Mih.”

“Alfan, udah mending kamu berangkat aja. Mamih kamu ini biar Papih yang urus.” ujar Ardi memberi perintah.

“Siap komandan.”

“Hati-hati.”

Setelah kedua anaknya beranjak keluar, barulah Rana menatap suaminya tajam. Ardi yang tidak mengerti apapun hanya menatpnya bingung.

“Kenapa sayang?”

“Kenapa malah ijinin Alfan berangkat sih? Kalau sampai terjadi apa-apa gimana? Aku tuh khawatir sama dia tau!”

“Biarin aja sayang. Lagian dia udah besar. Ada Alan juga yang jagain. Udah gak usah khawatir. Percaya sama aku.”

“Ish.”

...

“Belajar yang bener.”

“Iya.”

KITA BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang