12. Galau

23 4 18
                                    

YOOK GUYS AKHIRNYA UPDATE LAGII

Ada yang nungguin kah?

HAPPY READING

“Ayo pulang.”

Moza yang baru saja keluar kelas, tersentak mendengar suara familiar. Menoleh kearah samping dan mendapati Helgaza yang bersandar pada dinding, dan menatapnya sembari tersenyum.

“Helga? Lo ngapain disini?” tanya Moza sembari melihat arah sekitar takut ada yang melihat.

“Jemput lo. Apalagi emang?” cowok dengan rambutnya yang berponi menjadi khas seorang Helgaza Raditya. Dengan berkulit hitam manis jika seseorang melihatnya tersenyum pasti akan terbawa pesonanya.

Moza meringis. Jam pulang padahal sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Namun karena dirinya harus menyelesaikan tugasnya, berakhir dia pulang paling akhir di kelas. Membuat Helgaza pasti menunggu lama.

“Sorry, Ga. Buat lo nunggu lama.”

“Santai aja.”

“Sekarang mau langsung pulang?” tanya Moza pada Helgaza.

Helgaza nampak berfikir sesaat. “Enggak. Gimana kalau kerumah gue dulu? Bunda juga udah kangen sama lo.”

Matanya nampak berbinar mendengar ucapan Helgaza. Dengan cepat, Moza mengangguk lalu menarik lengan cowok itu menuju parkiran. “Ayo! Gue juga kangen masakan Tante Fio!”

Diam-diam Helgaza mendengus. “Makanan mulu lo yang dipikirin.”

“Ihhh, biarin! Masakan Bunda lo kan ter—the best! Siapapun yang makan pasti nagih.”

“Diet, Za. Diet. Ingat berat lo.”

Moza menghentikan langkahnya. “Lo ngatain gue gendut?!”

“Gue gak ngomong gitu.”

“Ya tapi—”

“Bawel lo.” potong Helgaza cepat. Cowok itu mengapit leher Moza dan kembali melangkah.

“Ga?”

“Hmm...”

“Gue masih bingung kenapa lo tiba-tiba pindah.”

Helgaza menunduk menatap Moza dan tersenyum kecil. “Nanti gue kasih tau.”

“Kenapa gak sekarang?”

Bukannya menjawab, helgaza mempercepat langkah mereka menuju parkiran. Memakaikan helm ke Moza dengan penuh kasih.

“Cantik, cantik gini kenapa penampilannya kayak tomboi sih? Heran gue sama lo.”

“Suka-suka. Biar beda aja gitu dari yang lain.”

“Biar cowok yang lo suka tertarik sama lo?” tanyanya tersenyum jahil.

“Dih, enggak ya!”

Mereka terus bercanda, sampai tidak menyadari jika sepasang mata menatap mereka dari jauh dengan arti yang sulit.

...

Alfan membanting pintu rumah dengan keras hingga Rana, sang Mamih yang berada didapur terlonjak kaget.

“Alfan!” serunya menatap garang pada si bungsu. “Ngapain kamu banting-banting hah?! Gak takut ganggu tetangga sebelah?!”

“Mamih, aku cape. Marahinnya nanti aja yah.” pintanya memelas. Cowok itu lalu melemparkan dirinya diatas sofa dengan wajah menekuk.

KITA BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang