Part 1. Awal mula

Mulai dari awal
                                    

Semua yang Inez lakukan selalu salah dimata mereka.

Si kembar sangat tidak menyukai kehadirannya. Ingin rasanya menyerah, ia lelah dengan semua ini. Namun, ia selalu teringat wajah Adhisti yang memohon-mohon padanya agar mau menikah dengan suaminya.

Inez bertahan demi Adhisti yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

Terkadang Inez merasa iri pada kehidupan Adhisti. Memilik suami yang sangat begitu mencintainya dan memiliki anak yang tampan dan cantik, sungguh sempurna hidupnya.

Entah mengapa takdir tak pernah memihak kepadanya. Kapan ia merasakan apa itu bahagia?

Inez yang saat itu sedang melamun sambil berjalan diatas tangga, gadis itu tidak menyadari ada sesuatu di anak tangga yang akan ia injak.

Hingga, Inez menginjak sesuatu itu dan membuatnya terpeleset dan terjatuh dari atas tangga. Darah segar mengalir di pelipisnya tanpa henti, pandangannya menjadi buram namun, ia masih bisa melihat bayangan kedua anak sambungnya yang terlihat syok.

Inez yakin, ini adalah ulah si kembar yang ingin menjahilinya. Namun, mereka tidak tahu saja bahwa tindakannya itu bisa membahayakan nyawa seseorang.

Inez berharap ini adalah akhir hidupnya.

Ia sudah lelah.

***

"Daddy... Kami tidak butuh wanita itu, kami bisa melakukan semuanya sendiri. Untuk apa Daddy masih mempertahankan nya?" ujar seorang bocah laki-laki itu kepada pria dewasa yang disebut Daddy.

Pria itu tak menjawab, ia menatap datar kedua anaknya.

"Betul Daddy, kami tidak butuh dia disini," timpal gadis kecil membenarkan perkataan kakaknya.

Gio mulai bosan mendengar perkataan anak-anaknya yang entah ke berapa kalinya mengatakan itu.

"Diam lah! Apa kalian tak bosan mengatakan itu?" Ucap Gio dengan wajah datarnya menatap sang anak.

Kedua bocah itu menggeleng bersamaan.

"Tidak!" Ucapnya bersamaan.

Gio menghembuskan nafasnya kasar, ia bingung harus bagaimana menghadapi kedua anaknya.

"Jika kalian tak suka, abaikan saja. Anggap saja dia tak ada, seperti keinginan kalian," ucap Gio dingin dan datar.

Pria itu menjadi dingin dan datar setelah kepergian istri tercintanya. Bukan hanya dihadapan orang lain, bahkan dihadapan kedua anaknya pun ia bersikap seperti itu.

Setelah mengatakan itu, pria itu berlalu pergi keluar dari rumah.

"Huh! Selalu saja begitu," seru bocah laki-laki itu bersidekap dada.

Gadis kecil disampingnya hanya menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataan sang kakak.

Tanpa mereka sadari, percakapan ketiganya didengar oleh seseorang yang menjadi topik pembicaraan mereka.

Sakit rasanya, apalagi yang mengatakan itu adalah suaminya sendiri.

Ya, orang itu adalah Inez. Inez mendengar dengan jelas pembicaraan ayah dan anak itu.

Air matanya tak bisa dibendung lagi, sebegitu bencinya kah mereka melihat keberadaan nya?
Apakah ia berbuat kesalahan?

Inez rasa, ia tak pernah berbuat kesalahan kepada mereka. Namun, mengapa mereka bisa membenci dirinya.

Gadis itu melangkah pergi menuju kamarnya kembali.

Suara langkahnya terdengar oleh si kembar.

Kedua bocah itu saling menatap penuh arti.

"Kakak, sepertinya dia mendengar pembicaraan kita," ucap Gemini menatap sang kakak.

"Baguslah kalau begitu," seru Gamaliel dengan santainya.

Gadis kecil itu terus menatap punggung ibu sambungnya yang perlahan menghilang.

"Kakak, apakah kita tidak keterlaluan?" Tanya Gemini seperti merasa bersalah.

Entah apa yang ada dibenak Gemini, sehingga bertanya seperti itu.

Gamaliel menatap sang adik dengan menyelidik,"untuk apa kau bertanya seperti itu?"

"Tentu saja wanita itu pantas mendapatkan nya. Ingat Gemi! Dia yang sudah merebut posisi Mommy dirumah ini," ucap bocah berusia 7 tahun itu dengan tegas, persis seperti Daddy nya.

Pemikiran mereka tidak seperti anak berusia 7 tahun pada umumnya. Mereka bisa memahami keadaan kedua orangtuanya. Dipaksa dewasa sebelum waktunya.

Hingga sore hari, Inez mengurung dirinya didalam kamar. Rasanya ia tak sanggup untuk keluar dan bertemu dengan mereka.

Gadis itu membersihkan dirinya terlebih dahulu. Ia tetap akan luar dan bertemu dengan si kembar.

Tak membutuhkan waktu lama, Inez sudah berganti pakaian. Gadis itu keluar dari kamarnya menuruni anak tangga.

Inez nampak melamun saat berjalan, ia tak melihat kebawah. Hingga....

"Aaaaaaa..." Pekiknya saat kakinya terpeleset dan ia tak bisa menahan diri, sehingga terjatuh dengan terguling sampai lantai bawah.

Darah segar mengalir di pelipisnya tanpa henti. Kepalanya terasa sakit karena terbentur lantai, pandangannya pun menjadi buram namun, ia masih bisa melihat bayangan seseorang yang sedang berdiri cukup jauh, mereka terlihat syok.

Inez yakin, semua ini ulah si kembar.
Gadis itu tersenyum, ia berharap ini adalah akhir hidupnya.

"Semoga ini adalah akhir hidupku," batinnya sebelum semuanya menjadi gelap.

.
.
.







Giovanni's second wife [END/TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang