BAGIAN 42

191 5 0
                                    


Elijah mengambilkan minuman untuk Reynart dan Cila. Tadi Elijah bertugas sebagai pengemudi mobil. Dia membawa kedua temannya ini ke rumah Reynart. Tampak Reynart yang masih saja terlihat begitu marah semenjak kejadian tadi. Cila juga tak tahu bagaimana cara menenangkan mate nya itu. Dia tentu tidak bisa sembarangan menyentuh Reynart.

Elijah menatap keduanya secara bergantian. Cila menoleh, menatap Elijah seperti meminta bantuan kepada pria itu. Elijah yang kasihan pun akhirnya mengalah.

"Rey. Tenangkan dirimu. Cila sudah aman sekarang, kau tidak perlu mengkhawatirkan perihal pria itu lagi," katanya.

Reynart menoleh, menatap Elijah dengan pandangan dingin. Jika sudah begini Elijah hanya bisa menutup bibirnya. Lalu dia pun menatap jarum jam di pergelangan tangannya, sudah malam dia harus segera pulang karena sang istri pasti sudah menunggunya saat ini.

"Aku pamit pulang, sudah cukup malam. Anak-anak pasti mencariku," ucap Elijah sembari berdiri. Cila pun jadi panik pasalnya dia belum tau bagaimana cara mengatasi Reynart. Lewat matanya Elijah pun menyemangati wanita itu. Elijah yakin bila Cila pasti bisa membuat Reynart tenang.

Setelah kepergian Elijah, keadaan tampak hening di dalam rumah itu. Cila sekali lagi menatap Reynart, lalu pandangannya tertuju kepada minuman yang tadi disiapkan oleh Elijah. Cila pun memiliki ide.

"Rey. Minumlah dulu," ucap Cila sembari memberikan gelas berisi air itu. Reynart menoleh, menatap air di dalam gelas itu, lalu dia pun mengambil alih gelasnya dan meminumnya sedikit. Cila lega, setidaknya pria ini bisa merespon dirinya.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku," ucap Cila. Reynart menatap wanita itu, lalu mengembuskan napas berat. Kemudian Reynart menyandarkan punggungnya di sofa, dia cukup lelah memikirkan apa yang terjadi.

"Inilah yang aku khawatirkan. Ini juga yang aku takutkan. Kamu akan selalu dalam bahaya jika sedikit saja tidak aku awasi."

Cila hanya diam, tak mau membantah perkataan Reynart agar pria itu tak semakin marah. "Aku juga sudah katakan jika jangan terlalu percaya dengan orang baru apalagi pria seperti dia. Segala hal di dunia ini tidak hanya bisa kita lihat dari satu arah saja. Semua pasti memiliki rahasianya masing-masing."

Cila hendak menimpali perkataan itu, namun Reynart masih terus saja mengoceh. "Aku sudah mencurigainya, jadi aku putuskan untuk mengikutimu sejak keluar dari rumah. Untung saja ada Elijah yang membantuku. Jika kita tidak berdua tadi sampai kehilangan mobilnya, mungkin kamu akan semakin mengalami hal buruk."

Cila mengangguk. "Untuk itu aku mengucapkan banyak terima kasih kepadamu, Rey. Kepada Elijah juga. Terima kasih banyak sudah membantuku. Lain kali aku akan berhati-hati lagi untuk tidak percaya dengan orang baru. Maafkan aku juga karena tidak mendengarkan peringatan darimu."

Reynart menghembuskan napas kasarnya, dia menatap Cila dengan pandangan sendu. "Aku hanya tidak ingin kehilangan dirimu. Aku sudah menunggu beratus-ratus tahun lamanya agar kita bisa bertemu. Aku tidak ingin kamu pergi."

Cila bisa merasakan bagaimana rasa cinta Reynart yang besar untuknya. Dia pun bersyukur memiliki mate seperti pria ini.

"Terima kasih. Aku janji akan menjaga diri baik-baik, Rey."

"Bagaimana jika aku masih saja khawatir? Aku akan tetap khawatir setiap saat jika kamu jauh dariku. Bagaimana jika kamu pindah ke rumah ini?"

Wanita itu pun melotot setelah mendengar pertanyaan Reynart. "Pi-pindah? Bagaimana dengan ibu dan adikku?"

"Mereka juga pindah," jawab Reynart dengan santai. "Lagi pula aku hanya tinggal sendirian di rumah besar ini. Selain aku bisa menjagamu, dengan adanya kalian semua rumahnya tak akan terasa begitu sepi."

MATE TERAKHIR✔Where stories live. Discover now