BAGIAN 7

413 17 0
                                    

Wanita ini menatap rumah besar di depannya. Alamat yang diberikan sesuai dengan pesan Elijah. Cila membuka gerbang rumah itu sendiri karena di sana tidak ada penjagaan, jadi dia berinsiatif langsung masuk.

Reynart yang berada di dalam rumah pun merasakan pergerakan di depan. Kemudian di susul dengan ketukan di pintu utama. Pria ini berjalan sendiri ke depan karena faktanya adalah Reynart hanya tinggal sendirian di sana. Tentu dia menghindari interaksi dengan manusia, di mana kemungkinan besar dia tak ingin identitasnya diketahui. Reynart hanya mendatangkan jasa petugas bersih-bersih setiap seminggu sekali. Ya untuk apa lagi kalau bukan membersihkan rumah ini?

Cila menunggu dengan sabar. Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan langsung menampilkan visual Reynart. Kepulangan pria ini ke rumah tentu membuat tanda tanya besar hinggap di kepala Cila. Dia tau bila pria ini masih belum sembuh akibat dari kecelakaan itu, tapi dia bisa menebak juga bila Reynart sendiri yang memaksa pulang.

Reynart masuk ke dalam diikuti oleh Cila. "Duduk," perintah pria itu. Cila pun duduk di salah sofa yang ada di ruang tamu. Sedangkan Reynart menuju ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.

Cila mengamati sekitarnya. Terlihat jelas jika Reynart adalah pengoleksi barang-barang antik. Dan wanita ini bisa menebak juga jika harganya pasti tidak murah. Orang kaya sangat tahu sekali cara menghabiskan uang. Cila tertawa kecil mengingat hal tersebut.

Rumah ini besar dan tampak sepi. Cila juga tak melihat foto terpajang di sana. Apa mungkin Reynart tak memiliki keluarga? Sungguh mustahil. Lamunan wanita ini terhenti ketika melihat Reynart yang sudah kembali sembari membawa sebuah kotak.

Pria itu langsung duduk tepat di samping Cila. Hal ini membuat wanita ini refleks duduk sedikit menjauh. Reynart mengernyit. "Bagaimana bisa kau mengganti perbanku jika berjauhan seperti itu?"

Cila pun baru paham maksud dari atasannya ini. "Bapak tidak bilang kalau saya harus mengganti perban. Baiklah, kita buka perban di kepala Bapak dulu ya."

Reynart tak membalas, Cila langsung melakukan tugasnya itu di mana Reynart berada di posisi duduk, sedangkan Cila memilih untuk berdiri saja karena ini jauh lebih mudah.

"Setelah ini kau belikan aku makanan," kata Reynart. Cila beberapa kali meringis kecil ketika melihat luka di kepala pria ini. Reynart sendiri tak merasakan apa pun, karena sebenarnya dia sudah meminum ramuan penyembuh sebelumnya. Tapi entah kenapa dia yakin bila ada hal yang wanita ini sembunyikan darinya.

"Kenapa tidak memasak saja, Pak? Saya bisa masakkan makanan untuk Bapak."

"Ck, tidak perlu. Saya hanya tinggal sendiri di sini, jadi makanan yang kau masak besoknya akan terbuang ke tempat sampah. Itu hanya membuang-buang uangku."

Cila cemberut di tempatnya. Dia membersihkan lukanya dulu. "Ya sudah. Bapak mau makan apa?"

"Apa saja," jawab Reynart.

"Bagimana dengan sandwich? Untuk sarapan cukup bagus, Pak."

"Yang lain."

Wanita ini memutar bolanya malas. "Nasi goreng?"

"Saya terlalu malas makan nasi."

Cila pun dilanda kebosanan. "Kalau begitu makan ubi saja, Pak. Singkong? Kentang, atau apalah yang penting bukan nasi, kan?" sahut Cila dengan nada tak sabarnya. Wanita ini sedang mencoba menutup luka di kepala Reynart dengan perban. Dan hampir selesai juga.

"Saya katakan apa saja, tapi jangan roti apalagi nasi."

"Dari segi hal sarapan saja Bapak terlalu membingungkan. Bahkan saya saja tidak sarapan pagi dari rumah, Pak. Bapak harusnya bersyukur masih bisa makan enak untuk beli ini dan itu. Jangan terlalu manja deh."

MATE TERAKHIR✔Where stories live. Discover now