LOVE OF MY LIFE

Chapter 50

Tiga hari hidup bak orang asing yang tinggal seatap tidak menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi siapapun—terutama Ethan, entah bagaimana dengan Elenor, menurut Ethan mungkin perempuan itu justru menikmati keterdiamannya alih-alih menanyakan; 'Kenapa kamu belakangan ini lebih banyak diem, Than?'

Ethan tahu rentenan kejadian ini bermula dari dirinya. Ya, ini kesalahannya dan dia tidak malu untuk meminta maaf agar semuanya kembali seperti semula. Tapi disisi lain sikap dan perkataan Elenor kerap kali membekas dan berputar-putar di kepalanya.

Mungkin ini sedikit berlebihan tapi Ethan sering kali merasa Elenor menodai egonya sebagai seorang laki-laki.

Masuk ke dalam mobil usai menyibukan diri dengan berbagai pekerjaan yang bisa membuatnya sejenak lupa akan sikap Elenor belakangan ini, Ethan berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Apakah dia harus menurunkan egonya lagi atau dia akan menunggu Elenor bicara duluan—yang sepertinya tidak mungkin terjadi sampai bumi ini kiamat.

Ethan memilih menenangkan diri sejenak di sebuah kedai kopi—yang masih berada di daerah dekat kantor—namun tidak pernah dia datangi karena terlalu sibuk.

Harapannya melambung begitu tinggi ketika dia mengecek ponsel—sembari menunggu kopinya datang—barangkali ada notifikasi dari Elenor. Jika dia mendapatkan satu saja mungkin dia akan berteriak seperti orang sinting. Namun faktanya tidak ada.

Memangnya apa yang bisa Ethan harapkan? Sial. Dia menjadi pria yang menyedihkan.

Ethan menerima kopinya dan mengangkat kepala, seseorang yang berdiri di depan kasir sambil menunjuk papan menu membuat Ethan mengerutkan kening. Itu Reno—Papa mertuanya—sedang merangkul seorang wanita di sebelahnya.

Secara tak sengaja Reno menoleh ke arahnya. Cukup terkejut namun dia mengulas senyum miring dengan cepat. Dua cup kopinya sudah datang dan dia membisikan sesuatu ke telinga wanita di sebelahnya sehingga wanita itu berlalu keluar terlebih dahulu.

Reno melangkah menghampirinya dan Ethan langsung bangkit berdiri untuk menyambut dengan santun.

"Halo, Pa." Ethan mengulurkan tangan kanannya, "Sudah lama kita nggak ketemu, gimana kabar Papa?"

"Enggak usah sok baik kamu di depan saya." Balas Reno ketus yang membuat Ethan menarik tangan kanannya secara perlahan-lahan. "Kenapa kamu sendirian? Mana Putri saya?"

Ethan mengela napas sejenak usai mendengar ketidak sopanan Papa mertuanya.

"Kalian lagi ribut?" Reno terkekeh sambil menyimpan tangannya dikedua saku dengan angkuh. Tampaknya itu berupa gambaran kebahagiaan tersendiri bagi Reno. "Saya doakan kalian bercerai."

Ethan tergelak tidak percaya, "Kenapa Papa bicara seperti itu?"

"Karena saya benci kamu. Kamu orang kemarin sore yang baru bergabung ke keluarga Davis lalu mendapatkan pujian sana sini. Terutama dari mertua saya, Reymond. Si tua bangka itu berkata akan mempercayakan seluruh asetnya kepada cucu menantunya jika dia sudah mati, bukan kepada menantunya. Sialan. Saya tidak akan membiarkan kamu menyerobot posisi saya setelah banyak hal yang korbankan untuk menikah dengan Putrinya."

Reno menepuk pundak Ethan, "Tapi sepertinya saya tidak perlu terlalu khawatir, karena tanpa mengotori tangan sendiri, sepertinya Elenor sudah tahu lelaki macam apa yang dia nikahi. Saya bisa jamin rumah tangga kalian yang masih seumur jagung ini cepat atau lambat akan bubar. Saya tunggu kabar baik berikutnya."

Tangan Ethan terkepal dikedua sisi. Mati-matian menahan diri untuk tidak menonjok wajah menyebalkan Reno di dekatnya. Brengsek, orang tua macam apa Reno ini?

"Itu enggak akan pernah terjadi, Pa." Balas Ethan, suaranya terdengar sedikit bergetar menahan amarah. "Dua orang yang saling mencintai tentu akan berusaha mempertahankan rumah tangannya sampai mati. Kenapa bukan Papa saja yang bercerai dengan Mama? Papa segitu takut kehilangan aset keluarga Davis?"