Chapter 9

2K 179 48
                                    

"Lo beneran mau nikah sama Pak Ethan?"

"Memang tampang gue kelihatan lagi bercanda?" Elenor mendongak sejenak pada Serena yang sedari tadi mondar-mandir di depan layar televisi setelah Elenor bertamu ke apartemennya usai pulang bekerja.

"Dan Pak Ethan dengan gampangnya bilang setuju?"

"Yang bener aja Ethan nolak berlian kayak gue. Dia bukan cowok bodoh dan lo jangan sesekali ngeraguin pesona gue."

"Maksud gue bukan gitu, Nor. Pak Ethan itu baru putus. Move on-nya pasti susah, enggak gampang-gampangan gini, mana mau kawin dalam waktu dekat. Gue justru khawatirnya sama elo. Takutnya lo cuma dijadiin pelampiasan supaya mantan pacarnya nyesel dan mau kembali lagi sama dia."

"Bentar, bentar, waktu ini siapa sih yang ngerekomendasi nama Ethan Arshakala ke gue?"

"Gue."

"Ya udah, kenapa lo malah jadi lebay gini?"

"Gue ngiranya Pak Ethan nggak bakal setuju sama ide gila lo ini, Elenor." Serena menjatuhkan bokongnya di sofa sambil memijit kepalanya yang mendadak berkedut. "Kalau Pak Ethan tau gue ngerekomendasi nama dia buat bestie gue yang lagi kebelet kawin, bisa-bisa gue dipecat. Shit!"

"Gue bisa nyuruh Ethan untuk enggak mecat lo."

"Emang dia bakalan nurut?"

"Tentu. Suami harus mengabulkan permintaan Istri kan? Apalagi Istrinya kaya gue. Udahlah, Ren, lo nggak usah mikir yang aneh-aneh. Mending lo bantu gue nyari Wedding Orgenaizer yang bagus mulai sekarang."

"Astaga! Kepala gue makin nyut-nyutan." Serena memijit kepalanya lebih keras. Dia tidak bohong soal itu. Bagaimana bisa Elenor begitu enteng ingin menikah dengan orang yang tidak pernah dia kenal sebelumnya?

Bel apartemen Serena berbunyi. Mereka berdua saling adu tatap. Serena tidak pernah mengundang siapapun. Sedangkan orang yang biasanya datang tanpa diundang kini sudah berada di dalam apartemennya, alias Elenor.

Tak ingin digeluti rasa penasaran, Serena pun berlari kecil untuk membukakan pintu. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat Ethan Arshakala berdiri di depan pintu apartemennya dengan masih menggunakan pakaian kerjanya siang tadi?

"Serena?" Ethan menunjuk perempuan itu dengan raut bingung.

Walau tidak banyak interaksi yang terjadi di antara mereka selama di kantor tapi Ethan tentu amat mengenali wajah Serena karena perempuan itu merupakan adik kelasnya semasa sekolah. Dan itu pula alasan Ethan menerima Serena bekerja di Firmanya.

"Eh...ada Pak Ethan." Serena menggaruk belakang kepalanya, gugup. Dasar Elenor kutu kupret! "Malam, Pak."

"Kamu tinggal disini?"

"Ya, ini apartemen saya. Pak Ethan ada perlu apa datang kemari?"

"Saya mau jemput seseorang. Sebentar, saya cek ulang dulu, mungkin saya salah ketuk pintu apartemen." Ethan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia memperhatikan nomer apartemen yang terdapat di depan pintu. "Nomer dua ratus dua. Benar. Saya nggak salah alamat kok."

"Hai, Ethan."

Kehadiran Elenor yang melambai di balik punggung Serena membuat kening Ethan kian mengerut. Perempuan itu mengenakan sweater juga sebuah tas yang tersampir di salah satu pundaknya.

"Kamu dan Serena saling kenal?"

"Kenal dong. Serena ini sahabat baik aku. Dia karyawan di Firma kamu 'kan?" Elenor melirik Serena yang sudah mendelik agar Elenor tidak semakin banyak bicara. "Serena ini orangnya cerdas. Kinerjanya pasti bagus untuk Firma Hukummu. Kamu jangan sesekali berpikir untuk mecat dia ya."

LOVE OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang