Chapter 40

2.1K 157 23
                                    

Usai jam praktik pada malam dimana gerimis mengguyur ibu kota, Elenor yang sudah diijinkan mengendarai mobil oleh Ethan usai kejadian satu minggu yang lalu pun melajukan mobilnya ke arah rumah lamanya untuk menemui Sang Mama.

Elenor duduk santai di ruang tamu, menonton acara reality show yang ditanyangkan pada salah satu stasiun televisi. Sementara Julia menyiapkan minuman serta jajanan kecil untuk menyambut kedatangan sang putri.

Mereka mengobrol, mengabaikan acara televisi. Suasana hangatnya masih sama seperti dulu walau kenyataannya hubungan mereka tidak begitu dekat.

Julia memperhatikan Elenor dengan lekat. Dia tahu betapa tertekannya Elenor ketika masih tinggal di rumah ini. Tapi malam ini, dia benar-benar melihat putrinya bisa tertawa lepas bahkan saat candaannya tidak begitu lucu.

"Elenor."

"Ya, Ma?"

"You look so happy today, maybe not just today, but every day?"

"Really?" Elenor meletakan gelas minumannya sebelum lanjut berbicara. "Aku ngerasa biasa aja sih, Ma."

"No. Jelas banget bedanya. Dulu selama kamu tinggal di rumah ini, Mama jarang banget liat kamu senyum, bahkan ketawa lepas seperti tadi. Menikah buat kamu bahagia ya?"

"Maybe it's not about married, it's about Ethan." Kata Elenor sambil mengangkat kedua bahunya. Sesaat kemudian dia tersadar dengan apa yang dia katakan baru saja. Bagaimana bisa? Dia mengetuk kepalanya sendiri. "Sial. Aku ngomong apa sih tadi?"

Julia tertawa, "Anak Mama lagi jatuh cinta."

Elenor menggelengkan kepalanya cepat. Walau dia tahu sangkalan semacam itu tidak akan pernah dipercaya oleh Julia yang nyatanya begitu mengenalnya.

"Ah, ya, ada yang mau Mama ceritakan ke kamu. Tapi Mama nggak yakin kalau kamu mau dengar ini."

"Aku bakal dengerin apapun yang Mama ceritakan."

"Tapi ini soal Papa."

Ekpersi Elenor perlahan-lahan berubah, seperti dugaan Julia. "Buat ulah apa lagi dia?"

"Dalam seminggu ini Papa pulang dua kali dan sikapnya jadi lebih terkontrol. Dia datang untuk pulang bukan untuk ngajak Mama ribut. Tiap kali Mama membahas soal surat perceraian, Papa pasti selalu mengalihkan pembicaraan seolah-olah dia nggak mau berpisah dari Mama. Sikap Papa yang seperti sekarang ini ngingetin Mama dengan Papa yang dulu, waktu awal-awal menikah." Ucap Julia dengan binar dimatanya yang tampak begitu jelas.

Elenor berdesis, "Terus Mama percaya kalau perbuatan dan perkataan Papa itu tulus?"

"Mama bingung, Ele. Kamu sendiri tahu Papa pernah bilang akan menceraikan Mama setelah kamu menikah karena dia udah nggak memiliki tanggung jawab lagi terhadap Putrinya. Sekarang seharusnya kami sedang mengurus perpisahan tapi Papa kamu bersikap seakan dia ingin mempertahankan."

Elenor menyandarkan punggungnya pada sofa sambil memijit pelipisnya. Dia pernah melihat Papanya bersama perempuan lain dan berkata bahwa pria itu menyesali kehadiran Elenor di hidupnya. Dan dia juga ingat bagaimana Papa tidak ingin haknya direbut oleh Ethan jikalau Papa menceraikan Mama. Bajingan.

"Jangan pernah percaya pada Papa. Dia hanya mencari keuntungan, dia tidak pernah sedikit pun menggunakan hati dalam tindakannya. Aku tahu Mama nggak bodoh. Keputusan berpisah tetap yang terbaik."

"Tapi Mama juga mau bahagia seperti kamu, Elenor."

"Maksud Mama?"

"Masih ada keinginan di dalam lubuk hati Mama untuk mempertahankan pernikahan Mama dan Papa."

LOVE OF MY LIFEWhere stories live. Discover now