DIS-21-Can You Wrap Your Head Around This?

10.8K 1.4K 393
                                    

Narendra's.


Who could have predicted that this would happen in my life? Memang ini terkesan hal yang biasa buat orang lain, tapi bagi gue—gimana, ya, gue bilangnya? I've never done anything like this to a woman before.

Gue serius.

Kalau memang kami janjian ketemu, biasanya cuma sekedar makan dan mengantarkan mereka pulang.

Semenjak gue jadi Menteri dan ada nama baik keluarga besar yang harus gue jaga, gue memang diwanti-wanti buat berhati-hati kalau deket sama perempuan.

Kalau mereka ngajak jalan, gue biasanya mencoba menolak dengan sopan. Tempat seperti mall, dan ruang publik lain yang biasanya ramai sama masyarakat umum bukan teman baik gue setelah dulu gue sempet kena rumor yang nggak-nggak gara-gara ketauan jalan sama beberapa perempuan yang berbeda—dan semuanya cuma kenalan gue.

Setelahnya, gue nggak mau lagi mengulang kesalahan yang sama. Hampir aja gue kena bogem Bapak yang waktu itu masih menjabat sebagai Presiden.

Dan sekarang, keadaannya benar-benar berbeda. Gue nggak tau apa karena gue merasa santai karena jalan bareng sama Adelia, tapi rasanya rada aneh waktu gue sadar kalau sejak tadi bukannya duduk dan menikmati makanan—seperti biasanya—gue malah ngikutin Adelia memilih coklat.

"Makan dulu sana." Adelia bergerak risih waktu tau gue mengikuti di belakangnya.

Ya, kan? Adelia aja heran. Apalagi gue? "Kamu jadi beli coklat? Buat saya?" Nggak berniat mengindahkan pertanyaannya, gue malah melemparkan pertanyaan lain.

Adelia yang tadinya sedikit membungkuk karena ingin melihat barisan coklat yang berada di rak bawah langsung menegakkan tubuhnya. "Kamu mau?" Gue mengangguk. "Yang mana?"

"Sekalian beli buat Mama, sama Ibu. Yang ini aja," kata gue, mengambil 4 artisan box berisikan 16 coklat.

"Nggak kebanyakan?" tanya Adelia.

Gue buru-buru menghindar waktu dia mau mengambil box coklat yang gue pegang—tebakan gue kayaknya dia mau ambil buat dikembaliin. "Enggak. Udah pas. Satu buat Mama, Ibu, saya, sama kamu."

Bentar, barusan gue ngomong apa?

Gue liat Adelia sempat salah tingkah, menatap ke gue lalu ke box coklat secara bergantian sebelum membalikkan tubuh—menatap tumpukan coklat di rak lain.

"Bisa saya bantu untuk taruh di kasir, ya, Pak?" Gue mengangguk, memberikan box pesanan gue ke pramusaji yang memang sebelumnya mengikuti Adelia.

Setelahnya, gue kembali menyusul Adelia—tetap sambil berdiri di belakangnya. "Kamu mau beli segitu banyaknya buat siapa?"

Waktu gue sampai di The RR Chocolate, gue sempet kaget waktu liat belanjaan Adelia yang numpuk di meja kasir.

"Buat rekan-rekan dosen di Surabaya, sama sekalian mau beliin buat orang kantormu."

Oh, omongannya tadi sebelum dia ngobrol sama Pak Darmawan ternyata bukan basa-basi?

"Kalau buat orang kantor saya nggak perlu dibelikan yang box-box gitu." Adelia ikut menatap box coklat di meja kasir yang gue tunjuk. "Beli yang Dragees selection aja. Pilih varian rasa yang beda-beda," tambahku memberikan ide.

Adelia nggak langsung setuju, wanita itu sempat berjalan ke kasir—meminta pesanan boxnya di cancel. Dengan cepat, gue memilih tiap rasa varian yang berbeda dan memberikannya ke pramusaji untuk diletakkan di kasir

"Masih mau beli lagi?" Sebanyak apa wanita ini akan belanja? Gue mencoba menahan ekspresi ngeri ketika melihat tumpukan coklat di meja kasir.

Polosnya, Adelia mengangguk sambil mengambil bungkusan coklat lainnya. "Mau kasih ke Waya sekalian sama pacarnya juga."

DISCONNECTED (COMPLETED)Where stories live. Discover now