1. Legenda Batu Pengantin (a)

40.6K 2.6K 198
                                    

Jika seseorang berdiri di jalan gunung yang merupakan jalur lintas utama, mereka akan melihat sebuah kota kecil di lembah. Karena lokasi itu terletak di atas gunung, lembahnya sendiri berada di ketinggian 1.200 m dari permukaan laut, sehingga dapat dikategorikan sebagai kota dataran tinggi.

Sebagai kabupaten yang memiliki beberapa sumber daya, kota kecil itu kini juga sedang mengembangkan area pariwisatanya, sehingga meskipun bukan kota yang terkenal, tapi memiliki keindahan eksotis tersendiri yang akan menarik banyak turis lokal atau manca negara.

Jalannya ramai, pasarnya apalagi, adapun tempat-tempat hiburan seperti taman kota atau bioskop kecil yang merupakan satu-satunya di kota tersebut, biasanya hanya dikunjungi saat menjelang sore dan akan penuh ketika hari libur. Jauh di sudut kota, terdapat juga desa-desa kecil dengan akses yang lebih sulit, tapi bukannya tidak pernah dikunjungi para pendatang karena pemandangan yang disuguhkan sepadan dengan usaha yang dikeluarkan.

"Kami menyebutnya Batu Pengantin, karena kadang di malam hari pada waktu tertentu, orang akan mendengar suara merintih atau meratap dari tempat ini, yang dipercaya adalah suara seorang pengantin wanita yang tidak jadi menikah di masa lalu." Ametys berbicara menggunakan bahasa Inggris standar pada dua turis asing yang nekat datang ke tempat itu tanpa pemandu.

Menurut perkenalan singkat sebelumnya, pasangan asing itu berasal dari Hongaria, dan sedang dalam perjalanan bulan madu mereka. Karena keduanya adalah pecinta alam dan suka menjelajah ke tempat-tempat paling jauh di negara lain, mereka pun sampai di desa ini. Tentu saja, keduanya bukan yang pertama dan pastinya bukan yang terakhir juga, karena meski lebih sering dikunjungi oleh wisatawan lokal, tapi akan terlihat orang-orang dengan karakteristik tubuh tinggi dan berambut terang setahun sekali atau dua kali.

"Apakah ada legendanya?" Wanita itu, Lilike, bertanya dengan penasaran.

Ketika mereka memutuskan untuk datang ke Indonesia, sudah ada beberapa tempat yang dikunjungi lebih dulu. Mulai dari lokasi terkenal dengan pantai yang indah, gunung tinggi, sampai desa di dalam hutan. Kebetulan, seorang sesama wisatawan memberi tahu mereka tentang kota di dataran tinggi ini yang dikatakan tidak hanya lanskapnya yang menakjubkan, tapi makanan khasnya juga lezat, sehingga setelah melalui perjalanan yang sulit, pasangan suami istri itu sampai ke tempat ini.

Jadi ketika gadis muda yang mengenalkan dirinya dengan nama Ametys itu berkata bahwa batu itu bisa menangis, Lilike dan Nemet yang sudah disuguhi dengan banyak cerita mistis selama kunjungan mereka ke berbagai tempat di negara ini tidak bisa tidak bertanya.

"Ada," Ametys mengangguk. "Dikatakan bahwa dahulu kala, lokasi tempat ini lebih tinggi dari sekarang dan ketika seseorang berdiri di atas batu," Gadis itu menepuk dinding Batu Pengantin yang tingginya lebih dari empat meter. "... mereka bisa melihat sampai ke kota. Ketika masa penjajahan, ada sepasang anak muda yang akan menikah, namun pemuda itu harus pergi berperang, meninggalkan calon istrinya yang cantik. Gadis itu setiap hari akan berdiri di atas batu dan melihat ke lembah, menunggu calon suaminya kembali dan menangis sedih setiap kali tidak melihat siapa pun.

"Setelah penantian dalam tahun-tahun yang panjang, gadis itu masih tetap setia menunggu lelaki yang dicintainya. Teman-temannya menikah dan memiliki anak, mereka semua semakin tua, tapi dia sendiri tetap menunggu di sana." Ametys menghela napasnya, menambah suasana sedih dalam cerita itu. "Belakangan, ketika penduduk desa menemukan gadis itu, tubuhnya sudah mengering di atas batu, meninggalkan tulang yang tetap berdiri tegak dan menatap jauh ke lembah.

"Lantas di kemudian hari, ketika seseorang baik lelaki atau perempuan putus cinta dan tidak bisa menahan kesedihan mereka, orang-orang itu akan datang ke tempat ini untuk bunuh diri," jelas Ametys lagi. "Hanya setelah orang-orang berubah dan pengetahuan semakin baik, praktik seperti itu ditinggalkan. Namun, lambat laun tempat ini dianggap menjadi lokasi angker, karena kadang kala seseorang akan mendengar suara tangisan sedih atau ratapan marah, dan ketika asal suara ditelusuri, mereka sadar bahwa itu datang dari dari batu besar yang ada di atas bukit ini."

Syahdan ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz