12. the truth.

139 18 0
                                    

happy reading !

warning, harsh word!

••

Kanaya bangun lebih dulu, ia membereskan dahulu tempat tidurnya lalu membersihkan badannya.

hari ini sekolah diliburkan karna, adanya urusan penting. Okay, forget about that.

setelah membersihkan badannya dan berpakaian casual, Kanaya turun kebawah dan pergi kedapur.

"jika kamu membutuhkan sesuatu, ambil saja yaa? dan jika kau lapar dimalam hari kau bisa masak apapun" ujar tifani sambil mengelus rambut halus Kanaya.

Kanaya mengangguk mengerti lalu tersenyum. "terimakasi tante, I appreciate your kind offer." balas Kanaya.

Kanaya mengingat perkataan semalam, tak berfikir lama Kanaya langsung membuat roti panggang, udang asam manis.

jangan ragukan Kanaya, dia hebat dalam hal itu.

selang 20 menit, Kanaya sudah menyiapkan semua nya dimeja makan. "okey, final touch"

"ouhh perfect!"

"astaga sayang, kau yang memasak ini semua?" Tifani datang menghampiri Kanaya.

"hehe iya, itung itung belajar aja sih tan" balas Kanaya, tak lupa dengan senyumannya yang sangat indah!

Tifani tertawa kecil "pinter banget sih, ga heran juga tapii, kan anaknya irena" entah mengapa Tifani juga merasa bangga dengan kerja kerasnya Kanaya. dia berandai andai, jika Kanaya akan menjadi menantunya nanti.

Tifani duduk dikursi lalu mencoba masakan hasil kerja keras Kanaya. "Oh my! This is so good, where did you learn from? Kanaya! I'm not lying, it's really good!!!" tifani terkagum kagum dengan itu, tidak bisa dipercaya, Kanaya memang sangat pintar dalam hal apapun.

Kanaya merasa malu setelah dipuji oleh tifani. "thanks tan, naya senang kalau tante suka."

"good joobb baby girl!"

"aduh mamaa, ada apasih teriak teriak teruss" ujar devan, ayah dari Janar dan Janita.

fyi, bagi yang belum tau, Janita itu kakaknya Janar!

"Hurry up and try the food cooked by Kanaya. It tastes really good." suruh Tifani kepada Devan dan Janar.

tidak ada tempat duduk yang cukup jauh dengan Kanaya, Janar terpaksa duduk disamping Kanaya.

"lebay banget, cuman masakan biasa juga" batin Janar, Janar padahal sering sekali memasak untuk mama nya, tetapi reaksinya berbeda.

ketika Janar memasukkan udang asam manis nya kemulut, rasanya sangat luar biasa!

"mama knows Janar, kamu juga takjub kan dengan rasa nya?" ucap tifani dengan tawa.

"b aja"

"tantee, sebelum nya terimakasih banget, aku menghargai pujian itu tpi, kanaya minta jangan terlalu sering muji kanaya yaa tan—"

"KAMUU PANTAS DIPUJI!" seru Devan, kali ini devan juga takjub dengan rasanya.

tifani tersenyum lebar mendengarnya. "see? kamu itu sangat pantas dipuji sayang"

Kanaya menghargai itu, namun menurutnya ini sangat berlebihan. Kanaya takut jika dia akan dibanding banding kan dengan perempuan diluar sana. bukan dibanding bandingkan karna perempuan yang lain bisa, tapi kanaya takut menjadi contoh bagi perempuan yang lain, dan nantinya Kanaya akan menjadi bahan pembicaraan oleh orang lain. bukan bahan pembicaraan biasa, tpi pembicaraan yang buruk.

Wait for me || JenrinaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora