MIDNIGHT RAIN

284 33 4
                                    

Jeon Jungkook asKaffa Ardira Putra

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Jeon Jungkook as
Kaffa Ardira Putra

Kim Yerim as
Abellia Rosalyn

*****

*****

"Sometimes love Just ain't Enough"

Namanya Kaffa, pemuda sempurna yang telah menemaniku dalam jangkauan tahun yang telah melebihi banyaknya jemari tanganku. Kalau kalian pernah membaca novel romantis, atau menonton film tentang persahabatan yang kelak menjadi kisah cinta, maka itulah yang terjadi di dalam bentangan takdirku dan Kaffa yang terkadang penuh jenaka, hingga pernuh air mata.

Tahu peribahasa asam dan garam bertemu di belanga?

Ku kira kisahku sesempurna itu. Sampai-sampai aku merasa bahwa Kaffa adalah sosok yang padanya jemariku terikat benang merah. Sebuah pemikiran konyol yang jika ku ingat sekarang, rasanya hampir terasa seperti anekdot penuh sarkasme. Yah, mungkin di antara suramnya hari-hariku, gersangnya pandangan hidupku, Kaffa adalah oasis berkilauan. Sebuah luksuri pribadi yang tak ingin aku lepaskan walau itu yang akhirnya ku lakukan.

Di kisah hidupku yang bermandikan cahaya bintang, Kaffa adalah rembulanku.

Jika senyum sudah menjadi tak bermakna bagiku yang kerap menebar senyum tanpa pandang suasana hati. Kaffa satu-satunya yang tersenyum tulus sekali, sampai-sampai melihatnya saja membuatku ingin menangis. Terlalu baik, terlalu sempurnanya pemuda itu, untukku yang penuh kepalsuan, ambisi melangit, dan lebam yang disamarkan dengan tawa dan lambaian tangan pada jutaan orang asing yang menjadikanku bak permata.

"Congratulations, Abel! Song of the year! Crazy!"

Aku ingat raut wajahnya, mungkin senyum yang muncul di wajahnya tepat ketika aku membuka pintu itu jauh lebih lebar dibandingkan senyum yang ku pertontonkan di atas panggung dengan gemuruh tepuk tangan yang suaranya masih bergaung di telingaku.

"My favorite singer, my star Abellia."

Ah ucapan itu, hanya memikirkannya membuat aku memejam dalam penyesalan tak berujung.

"Mau makan? Aku masak makanan kesukaan kamu."

Mungkin seharusnya aku menurutinya saat itu, sekedar menggangguk saja jelas sudah cukup baginya yang tak pernah menuntut apapun.

EnchantedWo Geschichten leben. Entdecke jetzt