{33}

20 2 0
                                    

Nami menunjukkan wajah penasaran menunggu Mingi meneruskan ucapannya

Mingi terdiam sesaat memandang bekas lukanya itu dan mencoba menelan ludah nya sendiri, tenggorokan nya tercekat, mengingat bekas luka itu mungkin sudah sembuh tapi luka batinnya masih basah dan mungkin tidak akan pernah bisa disembuhkan

Nami melihat mata Mingi sudah berembun
"Dulu saat umur ku hampir menginjak enam tahun, Papa ku amat tertekan karena kematian Ayah ku, dia mencoba melompat dari balkon dengan turut membawaku, agar bisa mati bersamanya!"

Nami membelalakkan matanya dan menutup mulutnya

"Tapi Eomma Nana berhasil menyelamatkan ku dan luka ini disebabkan oleh kuku Eomma Nana yang tengah panjang waktu itu!"
Mingi meneteskan air matanya dan mengendalikan nafas

Nami menarik Mingi kedalam dekapannya dan menepuk nepuk punggung Mingi
"Dengan mata kepala ku sendiri aku menyaksikan papaku tewas mengenaskan, Papa putih cantik ku meninggal diantara tumpukan salju putih itu!"
Nami merasakan pundak nya basah lalu Nami melepas pelukannya untuk menatap Mingi kembali

"Sebesar itu cinta Papa mu pada Ayah mu, aku bisa mengerti kesedihan nya, kau tidak membenci Papa mu sendiri kan Mingi-ah?"

Mingi menggeleng
"Tidak mungkin aku membencinya, aku tahu pasti penyebab Papa ku melakukan itu semua, kenapa hal buruk ini terjadi pada ku, kenapa Tuhan mengambil mereka semua dari ku!"

"Sudah, jangan bersedih, kau jadi tidak swag jika menangis pucat, itu membuat mu tidak keren!" Ucap Nami sambil menghapus lelehan air mata di pipi putih Mingi

"Mereka sudah bahagia diatas sana kecuali jika mereka melihat mu bersedih disini, mereka jadi tidak bahagia, apa kau tahu Mingi-ah, I would have done the same thing your Papa would have done if I were in his shoes, if I lost you!"

"Jika kau mengucapkan itu lagi aku akan memukulmu!" Ancam Mingi sambil menepuk bibir Nami main main

"Wah kau semakin pintar berbahasa Inggris rupanya, aku sangat bangga padamu dan baiklah, maafkan aku, jangan bersedih lagi, yang lalu biarlah berlalu! Aku selalu disini, di sampingmu"

Mingi tersenyum tulus

"Fenomena terjadi saat ini, Park pucat ku tersenyum tulus tanpa paksaan, wah aku harus mengabadikan nya!"

Sudah kesekian kalinya Nami mengambil potret kebersamaan nya dengan Mingi hari ini, sungguh hari yang indah

Mereka pun berkemas dan meninggalkan lokasi dan menuju ke restoran
.

.
.

.

"Ayo dimakan makanan nya, pucat, ini enak enak lho!"

Mingi tetap diam dan jelas jelas dia terlihat gelisah
"Kau mencintaiku Nami- ah?"

"Kenapa tanya? Tumben sekali!"

"Jawab saja, kenapa sih?"

"Tidak! aku tidak mencintaimu, kau ini bodoh atau keterbelakangan sih? Tentu saja aku mencintaimu, aku tergila-gila pada mu, mengejar mu seperti orang bodoh!"

"Kau akan menikah dengan ku?" Tanya Mingi lirih

Nami membelalakkan matanya dan hampir tersedak makanan nya

"Kau melamar ku?".

"Tidak lah, bodoh!" Wajah kesal Mingi berubah menjadi raut kesedihan lagi

"Dari kecil kau terbiasa dengan kehidupan di manja dan loyal, kau bisa membeli mobil mewah hanya dengan menyisihkan uang jajan dan hari ini kau menyewa seluruh restoran mahal ini agar menjadi sepi, hanya karena aku tak suka keramaian!"

Bonito Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang