Parfum

243 17 5
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

a Sasusaku fanfiction





Hujan yang teramat deras membasahi jalanan kota Konoha beberapa hari terakhir, suasana kota Konoha yang biasanya ramai kini menjadi sepi karena sebagian warganya lebih memilih berdiam diri di rumah bersama orang terkasih mereka, tak terkecuali Uchiha Sakura. Dia menatap langit Konoha yang gelap dari dalam kamar megahnya, tatapannya begitu kosong seolah jiwanya mengembara meninggalkan raganya. Rumahnya begitu sepi karena putri tunggalnya sedang pergi keluar dengan teman-temannya sedangkan sang suami —Sasuke Uchiha hanya terdiam sejak tadi. Entah apakah dia sedang menikmati suasana hujan ataukah dia sedang memikirkan sesuatu, entahlah, Sakura sampai sekarang belum bisa memahami sepenuhnya isi hati dan pikiran sang suami.



Bosan melihat hujan yang tak kunjung reda, Sakura berjalan pelan menghampiri suaminya yang sejak tadi duduk di pinggir ranjang mereka, dan tanpa aba-aba Sakura langsung memeluk suaminya tersebut. Sasuke hanya diam, tak membalas atau menolak pelukan istrinya tersebut. Gemas karena tak mendapat respon yang dia inginkan Sakura memeluk suaminya lebih erat dan mencium lekukan leher Sasuke, spot favorit Sakura.




"Hm......kamu memakai parfum favoritku ya, sayang?" Sakura makin mengeratkan pelukannya sambil mengendus badan sang suami karena dia memakai parfum yang sering Sasuke gunakan ketika mereka akan memadu cinta, parfum itu menjadi kesukaan Sakura karena mengingkatkannya akan percintaan mereka yang begitu menggairahkan. Mengingatnya saja membuatnya pipinya merah dan tersipu malu, terkadang masih kaget karena Sasuke bisa melakukan hal-hal romantis seperti itu.



Sasuke yang tidak merespon ucapan Sakura membuatnya jengkel, apakah dia membuat suaminya marah hingga dia didiamkan seperti ini? Rasanya tidak, karena semalam mereka masih memadu cinta begitu mesranya hingga membuat keduanya enggan keluar dari kamar mereka.






'Mungkin ada masalah di tempat kerja Sasuke?' Sakura membatin sambil terus mengendus aroma parfum yang melekat ditubuh suaminya tersebut. Tanpa aba-aba Sasuke berdiri sambil memeluk tubuh istrinya erat, kemudian mengajaknya berdansa mengelilingi kamar mereka. Sakura yang kaget hanya bisa mengikuti gerakan dansa suaminya, tapi lama-kelamaan dia ikut menikmati dansa tersebut diikuti dengan tawa bahagia keluar dari mulutnya.






Entah sudah berapa lama mereka berdansa, Sakura bahkan tak peduli jika nanti kakinya akan pegal setelah ini, yang dia pedulikan hanyalah ekspresi lembut suaminya dan senyum kebahagiaan yang terbentuk di bibir Sasuke. Air matanya menetes ketika Sasuke mengucapkan kata 'aku mencintaimu' dan tentu saja dibalas dengan kecupan mesra oleh Sakura, tanpa menyadari tatapan horor yang dilayangkan Sarada ke arah mereka berdua.



Sarada POV

Sarada sebal sekali hari ini, hujan tidak berhenti dari semalam sehingga membuat rencana bermainnya dengan Inojin batal karena cuaca yang semakin tidak mendukung. Dengan perasaan jengkel akhirnya dia melajukan mobilnya ke arah perumahan keluarga Uchiha. Hujan yang semakin deras membuat penglihatannya semakin terbatas, dan mau tak mau dia harus lebih pelan-pelan melajukan mobilnya jika tak ingin mengalami kecelakaan.



Ketika memasuki komplek rumahnya dia heran melihat lampu rumahnya yang belum menyala padahal hari sudah petang, apalagi kalau mama dan papanya berada di rumah.
"Apakah mama dan papa pergi keluar rumah, ya?" tapi rasanya tak mungkin, karena sewaktu dia pergi tadi pagi mamanya tak mengatakan akan pergi keluar, dan beliau juga tidak menghubungi Sarada jika akan keluar rumah mendadak. Tiba-tiba terbersit dibenaknya kalau mama dan papanya seharian bermesraan hingga lupa waktu, karena hal ini sering terjadi dan Sarada sudah sangat terbiasa oleh hal itu, hingga dia tak lagi memusingkan hal tersebut.


Sarada tak menaruh curiga ketika pintu rumahnya tak terkunci, semakin yakin bahwa orang tuanya 'bermain' hingga lupa waktu, dan saat menyalakan lampu di ruang tamu jantung Sarada seakan copot kala melihat barang-barang berhamburan di ruang tamu. Secepat tenaga dia berlari mengelilingi rumahnya untuk mencari keberadaan orang tuanya, dan matanya membelalak ketakutan ketika melihat mamanya berdansa dengan jasad papanya yang masih bersimbah darah, dan katana yang masih menancap di punggung papanya, Sarada menjerit ketakutan, dan hal yang dia ingat sebelum pingsan adalah senyuman mamanya yang begitu menyeramkan.

End







a.n:
Sebenernya ini bukan fanfic baru, tapi fanfic lama yang aku tulis untuk banjir tomat ceri 2022 dan aku upload di ffn, dan kayaknya nanti beberapa fanfic yang udah aku up di ffn dan Twitter akan aku upload juga disini ^^
Terima kasih untuk yang mau baca fanficku, kritik dan saran akan aku terima dengan sepenuh hati 🤗🤗

SasuSaku AU ShortficsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang