023| Find me

246 54 19
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

FROM U

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

FROM U

•••


Saehan sebenarnya sudah menyiapkan diri oleh kepulangan Jimin, tapi ketika secara mendadak Jimin muncul di hadapanya, dia merasakan sejuta rasa perih menikam jantung, layaknya ribuan anak panah yang meluncur tepat menembus perutnya begitulah yang Saehan rasakan acap kali ingat Jimin telah mencium Reika, memeluk dan curahkan seluruh atensi sampai tak bersisa untuknya. Saehan tidak akan mau menyetuh apa yang telah disentuh Reika, itu yang ada dipikirannya saat memutuskan untuk pergi ke rumah Ayah.

Saat Saehan bayangkan wajah Reika di dalam benaknya terlintas pikiran untuk mencabik-cabik wajah itu, tapi bukankah itu terlalu buang-buang energi? Anggaplah Saehan ini memang pecemburu akut, namun hal itu tidak lebih buruk dibanding Reika yang tak tahu malu berani menyukai suami orang.

Saehan sudah muak oleh semua ini, jika Jimin menganggap rasa cemburunya sebagai hal yang tidak masuk akal, maka pria itu sama bodohnya seperti Thomas si kucing idot di sereal kartun. Jimin hapal betul bagaimana rasa cemburunya pada Reika ini besar seperti gunung es di antartika, tapi seolah tidak penting, Jimin mengabaikan hal itu dan menganggapnya konyol yang tidak masuk logika. Reika wanita, meski dia sepupu Jimin tapi wanita itu gila dan nekat mengajak suami orang menginap di motel. Hal apa yang tidak masuk akal dari itu? Masalah ini sudah cukup membuat Saehan murung, dia juga hampir gila akan akan teror Chris yang menyerangnya. Entah sejak kapan hidupnya terasa menyedihkan dan rumit, Saehan lelah, rasanya dia ingin bertemu dengan ibunya untuk mengadu dan menangis.

"Tidakah kau berpikir putrimu ini membutuhkanmu?" Saehan duduk sambil menekuk lututnya di atas lantai kayu, dia pandangi guci di mana abu ibunya tersimpan dengan baik itu dengan pandangan kuyu seperti dedaunan yang membusuk di atas air.

Meski Saehan telah menyusun rencana untuk pergi ke rumah ayahnya, tapi di tengah perjalanan, mendadak dia merindukan Lim Yoona ibunya, Saehan telah duduk selama satu setengah jam di rumah tempat menyimpanan abu untuk bicara dengan wanita yang telah melahirkanya itu, tapi meskipun telah bicara sebanyak-banyaknya perasaanya tidak kunjung membaik, Saehan harus terima kenyataan bahwa sebanyak apa pun dia bicara, abu ibunya tidak akan pernah bisa menjawab. Seolah sedang bicara pada batu, begitulah dirinya sekarang.

From U [√]Where stories live. Discover now