015| Sweet night

353 57 8
                                    


From U

•••

sebelum baca, aku mau kasih warning
kalo chapter ini cukup dewasa.
jadi tolong bijak dalam memilih bacaan.




Pertamakalinya dalam seumur hidup Saehan merasakan gejolak gairah yang sehebat ini, sekujur daksanya terasa banjir oleh keringat, Jimin menelanjanginya dalam perjalanan menuju kamar, pria itu menciumnya dan langkah mereka tertunda-tunda. Sebentar beciuman di atas sofa, sebentar berciuman di depan pintu kamar. Semua itu dilakukan sambil melucuti satu persatu pakaian Saehan, bahkan dengan tidak sabarnya Jimin mempobong Saehan yang telah telanjang seperti bayi ke dalam kamar, Jimin mengecup-ngecup ringan di bibir dan Saehan merasakan gejolak perasaan yang teramat bahagia sampai dia hanya mampu tertawa-tawa ringan. Jimin juga sama, pria itu keliahan tanpa beban memanjakan lantas merebahkannya selembut mungkin di atas kasur.

"Feeling good?" Jimin bertanya sambil merapikan anak rambut Saehan yang basah karena keringat, diselipkannya rambut itu ke belakang telinga dan Saehan terkikik kegelian lantas merengsek di atas bantal. Jimin menatapi Saehan yang berada di bawahnya, serius Saehan seksi sekali dalam keadaan telanjang.

"Lebih daripada baik, ini menyenangkan." Saehan bicara malu-malu sambil memutus pandangan mereka, dia melihat keadaan tubuh Jimin dan hal itulah yang membuat Saehan makin merona. Jimin tidak mengenakan apa-apa selain celana dalam. Saehan tidak sadar, mereka sudah dalam keadaan yang hampir polos.

Jimin mencium keningnya sebelum kembali
mensejajarkan wajah mereka, pria itu bertumpu pada sikunya di sisi kanan dan kiri bantal. "Kau seksi sekali, aku tidak tahan," kata Jimin sambil merunduk sampai hidung mereka saling bersentuhan.

Jimin pandai bermain-main, karena saat ini Saehan begitu menikmati gesekan di antara hidung mereka yang tanpa distansi. Di momen itu, Saehan mengangkat jari-jarinya untuk mengelusi pipi kanan Jimin, netra mereka bertemu dan menyelam satu sama lain.

"Jimin, a-aku telanjang ini memalukan..." Saehan ingin bilang kalau dia sedang malu dan Saehan ingin sebuah selimut, tetapi kalimat yang mampu dia ucapkan hanya itu.

"Kau terlihat lebih cantik tanpa pakaian," Jimin meraba dada Saehan dengan lembut dan berusaha sebaik mungkin untuk membuat Saehan menikmatinya sentuhannya. Jimin gemas karena ukuran dada Saehan begitu pas dalam genggaman tangannya, Jimin ingin memijat dan meremasnya kencang-kencang, tetapi dia tidak bisa melakukan itu karena Saehan adalah wanita yang memiliki trauma, sebisa mungkin Jimin ingin membuat Saehan menikmati semua ini.

"Kau mesum, pak tua." Saehan berkata begitu sesaat dia merasakan jari Jimin main-main di area sensitif dadanya.

Jimin tersenyum sampai giginya mengintip di balik birai bibir, lantas pria itu meraih jarinya yang berada di pipi dan memasukannya ke dalam mulut untuk dikulum. Saehan tergegau seketika dan ingin segera menarik tangannya dari dalam mulut Jimin yang panas, tetapi Jimin pandai, pria itu membuatnya ketagihan sampai Saehan mengigit bibirnya dan melupakan niat untuk menarik tangan. Saehan berdentum-dentum sekaligus malu, dia memalingkan wajahnya ke samping sambil memejam, jarinya teramat geli karena lidah Jimin menggelitiki ujung jarinya di dalam sana. Lembut, basah sekaligus panas, Saehan merasakan itu semua secara bersamaan. Saehan ingin menyudahi aksi Jimin, tetapi pria itu sudah lebih dulu mengeluarkan jarinya dalam keadaan basah kuyup karena air ludah, anehnya Saehan sama sekali tidak merasakan hal itu menjijikkan. Terlebih lagi sekarang Jimin sedang memeperkan jari-jarinya yang basah ke permukaan pipi, demi apa pun itu seksi sekali.

From U [√]Where stories live. Discover now