003| Gigant

285 57 18
                                    

[ A story fanfiction ][ Saehan • Jimin ]By veronisa

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

[ A story fanfiction ]
[ Saehan • Jimin ]
By veronisa



Saehan berhasil, dia sukses membuat Jimin beri penilaian buruk. Jika dilihat dari rencana awal, harusnya Saehan senang akan hal itu, tujuannya memang membuat Jimin begitu. Saehan rela merias wajahnya tebal-tebal, dia juga rela memakai pakaian kurang bahan di siang bolong, dalam cuaca dingin pula. Semuanya demi mengacaukan pertemuan mereka, tetapi hal ini justru membuat Saehan macam perempuan idiot.

Sekarang punggung Jimin sudah hilang dari jarak pandang setelah pria itu lenyap di balik pohon-pohon boxwood. Sementara Saehan, masih di posisi awal, yang dilakukannya cuma menghampur napas dalam-dalam di sini. Perasaanya teraduk-aduk, dadanya riuh-ricuh seperti orang demo. Semua ini karena Jimin, dan Saehan merasa malu, dia sempat salah tingkah karena pria Shin itu begitu menawan.

Ini memang agak klise, dia pikir hal-hal semacam cinta pada pandangan pertama itu hanya ada pada film. Seperti Juliet yang pertama kali bertemu Romeo, seperti Jack yang pertama kali menyelamatkan Rose kemudian mereka jatuh cinta. Dalam pikirannya sebelum ini, dia pikir itu kelihatan tidak masuk akal, bagaimana mungkin cuma dalam pertemuan pertama bisa memantik gejolak cinta? Namun Saehan tidak dapat berkilah, nyatanya Saehan berdiri di sini. Satu bukti nyata kalau cinta memang tidak butuh logika.

Perasaanya seperti pantai yang diserang tsunami, muas teraduk-aduk, kacau dan berdentum-dentum. Jimin seperti ombak besar yang memporak-porandakkan wilayahnya, sampai hancur, sampai jadi berkeping-keping, sampai luluh lantak dalam sekejap. Lebih daripada itu, Saehan suka sensasi detakan di dadanya ini, terasa nikmat dan menyenangkan. Saehan meraba dadanya yang ricuh dari dalam, lantas dia mengulum bibir dan tersenyum. Oke, jadi begini rasanya jatuh cinta?

Jimin bilang dia jelek, dan itu membuat perasaan Saehan agak mendidih tetapi sedetik kemudian hal itu membuatnya tertawa. Jelek? Astaga, belum pernah Saehan dikatai begitu oleh seorang pria. Secara terang-terangan Jimin menunjukan ketidak sukaanya.

Nyatanya pria itu tahu, semua ini Saehan lakukan cuma demi dapat citra buruk, dan selamat Jimin memujinya jelek sebelum pergi.
Dia tidak bisa banyak berkutik, sebab Jimin begitu di luar kepalanya. Rasanya Saehan seperti diborgol, dicekik dan dihipnotis. Rotasi waktu seolah macet saat matanya menatap Jimin. Pria Shin itu, punya aura yang mendominasi. Harus dia akui. Jimin itu lumayan, kalau tahu Jimin semenarik ini. Saehan tidak masalah dijodohkan dengannya, Saehan suka pria yang punya karakter seperti Jimin. Pria itu menantang, dan entah kenapa ini membangkitkan adrenalinya.

Seperti orang sinting, dia bertekad untuk menyusul Jimin. Jangan sampai Saehan salah tingkah lagi seperti tadi, dia harap Jimin belum pulang, karena Saehan masih ingin bicara dengan Jimin lebih lama lagi. Tarik semua ucapan buruknya mengenai Jimin sebelum ini, dia menyesal telah banyak mengatai-ngatai Jimin.

From U [√]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora