05 - Di Dekat Jendela

5 4 0
                                    

Aku tidak akan lupa kejadian saat aku, kamu, dan jendela perpustakaan waktu itu. Dengan ditemani semilir angin dan dedaunan kering jatuh yang menjadi saksinya.
Ariska Khairunnisa







OMORFOS GANG'S KELAS XI

{Kenangan Dekat Jendela}





"Ska, mau kemana?"

Ariska menoleh kebelakang, ternyata sudah ada Nanda yang tersenyum lebar kearahnya lalu menghampiri nya."Ska, ska budeg ya? Masa aku ngomong ga dijawab." Kata Nanda seraya merangkul pundak Ariska.

"Sembarangan kalo ngomong. Telinga ku masih normal, aku ni mau ke perpus. Mau cari buku, buat belajar. Biar pinter kek kamu, Nan." Kata Ariska mulai sewot.

"Cih?! Kesambet setan apaan? Tumben-tumbenan mau pergi ke perpus buat belajar. Palingan juga Ska cuma mau numpang tidur molor di perpus, kan?"

Ariska mulai merasa hipertensi menghadapi Nanda. Ia memijat keningnya memikirkan alasan yang tepat. Sebenarnya, ia ke perpus bukan untuk belajar, melainkan untuk berisitirahat sejenak di perpus.

Perpus itu adalah tempat istirahat kedua setelah kelas jika tidak ada guru. Di jam kosong seperti ini, ia lebih memilih tidur di perpus ketimbang ghibah di kelas. Jika ia tidur di kelas, mungkin tidak akan nyenyak karena teman-teman sekelasnya berisik jika sedang free class.

"Itu tau. Ya udah aku pergi dulu, bye!"

Ariska lantas minggat dari kelas nya yang sudah berisik sedari tadi. Ditambah lagi Galang, si Ketua Kelas yang selalu menjadi biang keonaran kelas mereka. Dialah yang biasanya memulai ribut di kelas jika free class.

Setibanya di perpustakaan. Ia pura-pura mencari buku, padahal sebenarnya ia menggunakan buku itu sebagai bantal agar lebih nyenyak tidurnya. Setelah menemukan buku yang tebal, ia pergi ke dekat jendela.

Meja dan kursi yang biasa digunakan untuk membaca itu berada di dekat jendela agar siswa-siswi yang ingin membaca dapat membaca dengan cahaya yang terang. Namun, Ariska menyulap nya menjadi meja dan kursi yang nyaman untuk dirinya tidur.

"Selamat tidur, Ariska." Dirinya berujar sendiri.

Ariska menguap lalu tertidur nyenyak. Tampak nya dia langsung berpindah ke alam mimpi. Mungkin saat ini iler nya sudah menetes ke buku yang dia pinjam. Sungguh malang nasib siswa atau siswi yang nantinya meminjam buku itu, karena terdapat bekas iler Ariska di buku itu.

Tanpa ia sadari seseorang duduk di sampingnya dan masih terfokus pada buku yang dibacanya. Tampak nya orang itu belum sadar keberadaan Ariska di dekatnya yang sudah tertidur nyenyak dan bermimpi indah.

"Ariska?"

Ariska tak sadar orang itu menyadari keberadaan nya dan memanggil namanya lembut. Iqbal, cowok itu lah yang memanggil Ariska dan membaca buku di sebelah Ariska. Mungkin jika cowok lain sudah ilfeel bila melihat Ariska, gadis yang katanya kalem namun malah tidur di perpustakaan. Mana sudah ngiler lagi.

Tapi Iqbal, ia justru lekat memperhatikan setiap jengkal wajah gadis itu dengan seksama. Hal itu mampu membuat bibir Iqbal tersungging manis karena senyuman tipis nya saat melihat wajah damai Ariska yang sudah terlelap.

IQBAL AUZHAVINI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang