Chapter 23 💕

6.8K 514 14
                                    

Rima memasuki kamar Aluna. Beruntung para pelayan sedang mengerjakan tugas masing-masing hingga tidak ada satupun yang menyadari bahwa ia telah memasuki kamar gadis kampung itu!

Rima berpikir sejenak, akan ia apakan dompet, ponsel dan juga jam tangan milik Citra ini. Apakah ia harus memasukkannya ke dalam lemari?

Tapi ekor matanya melihat sebuah tas yang berada di atas ranjang. Tanpa berpikir panjang, Rima membuka retsleting dan memasukkan beberapa barangnya disana.

"Beres... setelah ini, aku tidak akan melihatmu berada di sekitar Revan!" kata Rima sambil bergerak pergi meninggalkan kamar Aluna. Tidak lupa bahwa perempuan itu menutup kembali kamar tersebut.

Tapi, tanpa di ketahui oleh Rima, Reyhan yang tadinya hendak mengambil minum ke dapur melihat sosok Rima yang bergerak mengendap-ngendap menuju salah satu kamar pelayannya itu membuat pria itu mengekori Rima, dan bersembunyi saat melihat wanita itu keluar. Senyum Rima membuatnya memiliki prasangka buruk. Dan benar saja...

Kejadian ini sama sekali tidak terelakkan... ketakutan Aluna, senyum sinis Rima dan kemarahan di mata Revan membuat Reyhan merasa muak dengan keadaan ini. Kenapa yang lemah harus kalah?

"Mama," panggil Reyhan lembut, membuat Citra menoleh. "Bisa aku bicara sama mama sebentar saja." Di antara kebimbangan yang menggelayuti benak Citra, wanita itu menatap putranya.

"Ada apa, Rey?" Tanya Citra mendekat.

Tanpa menghiraukan Aluna yang kini sedang berada dalam pelukan Bu Rahma yang menenangkannya, serta tatapan mencemooh dari pelayan lain yang menyaksikan Aluna di permalukan,  Reyhan menggiring mamanya agak menjauh dari keributan yang terjadi lantas mengeluarkan ponsel dan menunjukkan sesuatu pada Citra.

Sebuah video yang menunjukkan bahwa Rima memasuki kamar Aluna  secara diam-diam itu di putar oleh Reyhan di depan mamanya.

"Dia tidak mencuri, Ma. Tapi, di jebak!" Beritahu Reyhan. Pria itu berkata lirih agar tidak ada siapapun yang mendengarnya.

Citra mendesah dengan keras. Wanita itu juga sempat berpikir bahwa Aluna pasti di jebak, tapi tak menduga bahwa Rima adalah orang yang melakukannya. Selama dua bulan Aluna bekerja disini, tidak ada kejadian apapun yang merugikannya. Tapi, kejadian ini sangat membuatnya ragu!

"Mama akan bereskan!" Sahut Citra pada Reyhan yang kembali menyimpan ponselnya. Wanita itu lantas kembali ke ruangan dimana semua orang sedang menghakimi Aluna dengan tatapan mereka.

"Aluna... masuk ke dalam kamarmu..." perintah Citra tegas. "Semua orang bubar, kembali ke tempat kalian masing-masing dan lanjutkan pekerjaan kalian!" Ketegasan dalam suara Citra membuat semua orang berbalik pergi, termasuk Aksa yang menatap prihatin kepada Aluna.

"Bu..." Aluna kembali mendekati Citra dengan keadaan bersimpuh di depan wanita itu. Sementara Citra berjongkok agar tinggi mereka sama lantas menyentuh pundak gadis malang di depannya.

Tatapan memelas gadis di depannya membuat Citra merasa iba.

"Ambil pakaianmu, Lun... ambil jatah liburmu... kembalilah setelah semuanya membaik," pinta Citra lembut.

Aluna yang masih meneteskan air matanya pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi, Bu.. saya tidak mencuri! Tolong, jangan pecat saya!"

Jika Aluna di pecat, bagaimana dengan mimpinya? Bagaimana dengan adik-adiknya di panti?

"Saya tahu, Aluna... kamu tidak akan di pecat!"

Mendengar jawaban Citra, baik Revan maupun Rima terkejut dengan keputusan wanita itu.

"Mama..." protes Revan. Pria itu menatap Citra dengan pandangan yang sulit di percaya! "Dia mencuri uang pacarku dan jam tangan mama!"

Citra berdiri, lantas menatap  putranya dengan sorot kecewa, apalagi saat tatapannya bertemu dengan Rima.

Our Baby Where stories live. Discover now