Chapter 2 🍉

8.7K 559 20
                                    

Rumah Citra Hadjiwijaya memang mewah, bergaya eropa modern dengan pilar-pilar besar dan tinggi. Lantainya beralaskan marmer yang harganya fantastis.

Luasnya juga jangan di tanya, beberapa pegawainya menginap atau bahkan tidur di rumah itu. Termasuk satpam yang bekerja disana. Ada juga yang memilih pulang, itupun yang sudah berkeluarga seperti supir atau beberapa pegawai yang memutuskan untuk tidak memilih tinggal disana.

Tapi, yang tadi Revan liat—si pria yang ia ketahui bernama Aksa itu adalah suami Aluna. Memang sih, satpamnya yang satu itu berparas tampan. Mungkin itulah yang membuat Aluna jatuh hati?

Tapi menurutnya, keduanya cocok dan serasi. Revan tertawa pelan membayangkan keduanya. Yang satu pelayan, yang satunya lagi satpam. Memang tidak ada yang salah dengan cinta.

Tapi ngomong-ngomong, kapan mereka menikah?

Kenapa dia tidak pernah mendapatkan undangan dari keduanya?

***

Aluna membawakan cemilan untuk satpam di post depan. Ada pisang goreng dan juga singkong rebus, biasanya mereka suka dengan makanan semacam ini.

"Buatan Mbak Luna ini?"

"Bukan.. saya cuma bawakan saja," seloroh Luna. "Dimakan, Pak!" Kata Luna usai menyodorkan sepiring pisang goreng dan sepiring singkong rebus di atas meja. Mereka berada di luar pos satpam.

"Mas Aksa, sini keluar. Mbak Luna bawakan pisang goreng dan singkong rebus," kata Pak Rudi pada pria berpawakan tinggi yang sejak tadi berada di dalam ruangan pos.

Di dalam ruangan itu ada monitor cctv, sedangkan di luar biasanya mereka akan nongkrong dan bersantai ria seperti saat ini.

"Wah, makanan enak, nih..." Aksa mencomot pisang goreng yang masih hangat itu sambil duduk di sebelah Pak Rudi.

"Mbak Luna jangan terlalu capek, dulu waktu istri saya hamil juga enggak di bolehin kerja yang berat-berat," beritahu Pak Rudi dengan mulut penuh makanan. "Jaga kandungannya baik-baik walaupun begini keadaannya..."

Luna hanya mengangguk sambil mengulum senyum. "Iya, Pak. Saya akan menjaga anak ini dengan baik..."

"Musibah memang nggak ada yang tahu ya, Mbak. Saya sangat menyayangkan sekali..."

Luna dan Aksa saling melempar pandangan, lantas salah satu dari keduanya berdeham keras.

"Saya masuk dulu, Pak. Harus beresin kamar Bu Citra," pamit Luna berbalik pergi. Di saat yang sama, mobil Revan baru saja melewati pos satpam. Melihat Aluna yang baru saja datang darisana, ia semakin yakin bahwa suami gadis itu adalah Aksa.

***

Citra memiliki satu butik, wanita itu mempunyai bakat menggambar sejak kecil, dari keahliannya itu—Citra menciptakan lapangan pekerjaan dari usahanya. Semasa muda, pakaian hasil dari rancangannya di gunakan beberapa model dan artis papan atas. Karyanya banyak di puji oleh khalayak ramai. Maka, bisnis itu ia kembangkan.

Wanita cantik itu masih terlihat muda meski usianya sudah memasuki kepala lima. Yaps, tahun ini usia Citra menginjak 50 tahun. Meski begitu, wajah ayunya masih terawat alih-alih di hiasi beberapa keriput di wajahnya meski tak begitu kentara karena wanita itu rajin pergi ke salon untuk melakukan berbagai macam treatment kecantikan.

Usahanya sampai detik ini masih berjalan, sejak suaminya meninggal—perusahaan yang di bangun oleh sang suami di ambil alih oleh anak-anaknya. Terutama Revan, si sulung yang saat ini menjabat sebagai Direktur utama di perusahaannya.

"Aku suka gambar yang ini," tunjuk Aluna pada sebuah gambar di layar tablet yang sedang di geser-geser oleh Citra. Seketika Citra menghentikan gerakan tangannya.

Our Baby Where stories live. Discover now