TWENTY THREE: The Make Up

2.8K 361 6
                                    

Sekarang jam 10 malam. Eveline baru saja sampai di flatnya sehabis meeting dengan orang-orang dari Nylon Magazine. Eveline akan masuk dan menjadi cover Nylon untuk bulan depannya. Makanya, Eveline diminta untuk melakukan photoshoot dan interview mulai minggu depan.

Eveline oke oke saja dengan itu. Lagipula, Eveline sudah mendapat break dua minggu lebih kemarin.

Eve membuka jaket jeans yang ia kenakan dan menggulung rambutnya ke atas. Ia merogoh tasnya, mencari-cari handphonenya yang sudah ia diamkan sedari tadi.

2 Missed calls from Chloe babe

1 Message from Chloe babe

1 Message from Nandos Horan

Matanya membelalak begitu melihat notifikasi terakhir. Ia segera membuka pesan dari Niall dahulu tanpa mempedulikan pesan dari kakanya.

From: Nandos Horan
I've got your letter. thank you

Eve tersenyum lebar ketika membaca pesan dari Niall. Ini kemajuan besar! Niall mau mengiriminya pesan!

Dengan semangat Eve mendial nomor Niall. Ia tidak memikirkan apapun selain kata-kata yang akan ia sampaikan ke Niall.

Pada dering ke lima, Niall akhirnya mengangkat teleponnya.

"Hello?" Oh Eve sangat merindukan suaranya..

"Niall! Aku baru membaca pesanmu. Aku senang sekali karena akhirnya kau mau mengirimiku pesan..."

"Haha. Tidak masalah. Aku juga senang mendapat surat darimu. Thank you."

Wajah Eve mendadak merah mendengar ucapan Niall. Surat itu benar-benar memalukan menurutnya. Ia menumpahkan semua isi hatinya disitu.. Dan itu berarti Niall tahu Eve mencintainya kan..

"Astaga aku malu. Surat itu benar-benar memalukan. Maafkan ketololanku ini,Ni."

Eve mendengar suara tawa Niall yang seperti alunan surga baginya. Okay perempuan itu mulai berlebihan. "Surat itu tidak tolol, Eve. Aku senang membacanya."

"Hehe. Kalau begitu, Niall.. apa kita bisa bertemu? Aku ingin bicara padamu."

"Tentu saja. Kapan?" Senyuman lebar langsung menghiasi wajah cantik Eve saat mendengar Niall mau bertemu dengannya. Niall tidak marah lagi!

Sekarang pun aku
mau Niall! batin Eveline Parker. "Terserahmu. Aku bisa kapan saja."

"Bagaimana kalau sekarang? Aku bosan di rumah." Astaga Eveline hampir melompat kegirangan mendengar ucapan Niall kali ini!

"Sekarang? Baiklah. Aku tunggu ya. Daaah," Eve menutup telepon dengan Niall dengan senyuman lebar terukir di wajahnya. Ia menjatuhkan dirinya di kasur sambil mendekap handphonenya di dada. Ah senang sekali rasanya!

Niall akan datang kesini dan itu artinya aku harus mengganti bajuku. Tidak enak dong, sudah lama tidak bertemu, tapi aku malah berantakan seperti ini, pikir gadis itu.

Segera ia menuju ke closetnya dan mengambil kaos putih polos dan sweatpants abu-abu untuk dipakai. Lalu ia pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih.

Setelah selesai, ia melepas gulungan rambutnya yang berantakan dan menyisir rambutnya lalu membiarkannya terurai.

Ding!Dong!

Eveline tersenyum begitu mendengar bel flatnya berbunyi. Ia segera ke depan dan mengintip melalui peep hole siapa yang datang walaupun ia yakin itu Niall. Dan benar saja. Pria berambut pirang itu berdiri di balik pintu. Eve membuka pintu flatnya.

"Hi, Eve,"sapa Niall kikuk. Eve menarik Niall masuk ke flatnya dan menutup pintunya sebelum ada yang melihat. Kemudian Eve langsung memeluk Niall dengan erat sebelum mengucapkan sepatah kata pun.

Niall memeluk Eve juga. Mereka berdua saling mengalirkan perasaan rindu yang menyesakkan dada itu.

Mereka berdua berpelukan cukup lama dan mungkin tidak akan menarik diri jika Eve tidak sadar.

Eve melepaskan dirinya dari pelukan mereka. Menjadi nervous sendiri. Ia menunduk dan berpura-pura membenarkan rambutnya.

Kemudian Eve sadar kalau sedaritadi mereka belum berbicara. Maka ia memberanikan diri untuk menatap Niall.

"I miss you.."ujar Eve pelan.

Dan betapa mengejutkannya bagi Eve ketika Niall langsung menarik wajahnya dan mencium bibirnya dengan lembut. Eve kaget setengah mati dengan ciuman Niall yang tiba-tiba. Tapi ia mengikutinya karena ini terasa benar..

Niall mengakhiri ciumannya dengan sebuah kecupan manis di pipi, membuat Eve memerah seperti tomat.

"Woah, Eve, aku tidak tahu kau punya kekuatan super untuk berubah menjadi tomat, haha,"ledek Niall. Eve memukul Niall pelan lalu duduk di sofa sambil menutupi wajahnya.

Niall tersenyum melihat kelakuan Eve yang menurutnya sangat lucu itu. Ia menghampiri Eve dan ikut duduk di sebelahnya.

"Eve.. lepaskan tanganmu atau aku yang akan melepaskannya,"ujar Niall. "Ku hitung ya, satu..dua..ti...."Eve dengan berat hati melepaskan tangannya dari wajahnya. Ia memajukan bibir bawahnya dan memasang wajah cemberut. Niall tertawa melihatnya.

"Okay.. jadi kau ingin terus cemberut atau ingin bicara padaku? Kalau kau hanya ingin cemberut maka aku akan pulang sekarang juga,"ancam Niall main-main. Tentu saja ia tidak benar-benar akan pulang dari flat Eve. Pria itu kelewat merindukannya.

"Okay! Okay! Ugh, kenapa sih hari ini kau banyak mengancamku,"gerutu Eve. Niall memelototinya. "Fine! Aku akan bicara,"ujar Eve.

Tapi Eve malah menundukkan kepalanya dan tak kunjung bicara, membuat Niall dengan bingung menatapnya. "Hello? I'm waiting here."

"Aku tidak tahu harus mulai darimana..."

"Katakan semuanya, dari awal, Eveline Freys." Eve langsung mendongak ketika mendengar Niall memanggilnya dengan nama kecilnya itu.

"Okay... jadi.. sebenarnya aku hanya ingin meminta maaf padamu, Ni. Aku yang salah.. aku yang pertama kali memancing emosimu. Aku yang memercikkan api diantara kita. Maafkan aku ya, Ni?" Eveline memandang Niall penuh harap. Yang membuatnya bingung sekarang adalah tiba-tiba Niall menunduk. "Niall, kau masih marah padaku? Kenapa kau menunduk begitu.. Kalau kau marah, bentak saja aku Ni.. Tapi jangan diamkan aku seperti kemarin-kemarin.."ujar Eve pelan.

"Tidak, Eve. Aku tidak marah padamu. Aku marah pada diriku sendiri. Aku memang salah, kita memang tidak terikat hubungan apa-apa.. dan aku tidak berhak untuk cemburu. Dan juga, aku meminta maaf karena aku membuatmu sedih dengan membawa Melissa waktu itu.."ujar Niall. Pria Irish itu memberanikam dirinya untuk menatap lawan bicaranya. "Tapi aku sumpah aku dan Melissa hanya berteman, tidak lebih. Dan maafkan aku juga telah mendiamkanmu selama beberapa hari. Sumpah, aku hanya tidak tahu harus berbicara apa denganmu.. Aku takut aku malah emosi lagi jika bertemu denganmu. Maafkan aku ya? Aku memang egois, Eve."tambah Niall.

"Ya.. aku memaafkanmu tentu saja. Aku juga egois Ni, aku mementingkan kebahagianku sendiri waktu itu. Aku kira, dengan berkata kalau kita hanya berteman dan bebas pergi dengan orang lain dan blablabla tidak akan membuatmu marah seperti itu. Tapi kenyataannya malah berbanding terbalik."ujar Eveline pelan. Niall menarik tubuh Eveline mendekat ke arahnya dan merangkulnya.

"Is it clear now? Kita sudah berbaikan kan?"tanya Niall. Eve mengangguk senang. Niall mencium kepala Eveline. "Lalu kenapa sekarang kita tidak cuddle dan menonton film saja?"ajak Niall. Eve tersenyum lebar dan bangkit dari rangkulan Niall.

"I'll make popcorn. Kau pilih saja filmnya!"seru Eve dari pantry.

---------------------------------------
[A/N]: Hellooo!
Long time no see ahah:p
Maaf ini chapter pendek, karena cuma emang nyeritain rujuknya Neveline hehe.
Lagi ukk nih, jadi kalau jarang update gapapa yaaaa
Vomments dongg:)
p.s can i get 30+ votes for this chapter?

love,
alisonswxft

Change // n.hWhere stories live. Discover now