@@@@@@@



Setelah sampai di kampung halamannya, Indah benar-benar disambut dengan bahagia oleh keluarganya.

Bahkan saking tenggelamnya ia dengan uforia itu, Indah menjadi sedikit lupa dengan masalahnya. Karena itu pula, semangat untuk membangun kehidupannya sendiri di kampung halamannya menjadi semakin membara.

Orang tua dan adik-adiknya begitu berseri-seri semenjak kedatangannya, terlebih dengan hadirnya Haidar. Indah tidak tega membayangkan bagaimana ia membuat wajah-wajah bahagia itu menjadi sedih dan sendu akibat fakta rumah tangganya yang selalu ia sembunyikan.

Sementara itu, tentang neneknya yang sakit, Indah tidak sepenuhnya berbohong pada Haikal. Wanita yang sudah amat renta itu memang sakit, namun syukurnya tidak begitu parah sampai harus ditunggui berhai-hari.

Wanita tua itu bahkan langsung bugar sehari setelah kedatangan Indah dan sang anak. Sepertinya sang nenek hanya sekedar kesepian, karena sehari-harinya kedua orang tua Indah sibuk berdagang dan adik-adiknya sibuk bersekolah maupun dengan sibuk kegiatan masing-masing.

Mengenai Haikal, Indah sebisa mungkin bersikap abai dengan tidak menghubungi pria itu lebih dulu.

Indah merasa satu-satunya alasan mereka berkomunikasi ialah hanya karena Haidar. Maka dari itu, setiap kali Haikal menelpon ataupun melakukan vidio call, Indah dengan segera menyerahkan ponselnya pada sang anak bahkan tanpa menyapa pria itu lebih dulu.

Ia hanya akan menonton sang anak yang dengan bicaranya yang masih belepotan menceritakan hari-harinya dikampung halaman Indah pada sang ayah.

Pernah Haikal meminta untuk berbicara dengannya, tapi Indah tetap kekeh dengan berbagai alasan yang ia karang. Ia tidak ingin menjadi lemah dan terintimidasi oleh pria itu seperti yang biasa terjadi padanya jika sudah dihadapkan dengan Haikal.

Akan tetapi, akhir-akhir ini Haikal sudah jarang menghubunginya. Kini sudah lewat dari waktu yang diijinkan pria itu, Indah bahkan sudah menyiapkan alasan jika Haikal memintanya untuk segera pulang. Tapi nyatanya Haikal justru menghilang.

Indah merasa rencananya mungkin berjalan lancar, Haikal sepertinya sudah sibuk dengan hidupnya dan dan gadis itu sehingga pria itu perlahan mulai lupa dengan mereka.

Indah sadar ini adalah keinginannya, tujuan dari pelariannya yang entah sampai kapan. Akan tetapi, ada rasa sakit juga kecewa yang menggerogoti hatinya ketika ia mempercayai pemikirannya sendiri, bahwa Haikal mungkin memang sudah bahagia dengan gadis itu.

Padahal jika Indah mengesampingkan egonya, ia bisa saja menghubungi pria itu lebih dulu dan bertanya langsung mengenai alasan pria itu jarang menghubunginya, ah... bukan menghubunginya melainkan sang anak. Mungkin saja Haikal sakit, atau teralu sibuk dengan pekerjaannya atau....

"kakak nangis?" sang adik tiba-tiba saja muncul dihadapannya dan memergokinya.

Indah yang tidak sadar sedari tadi sudah menitihkan air mata, dengan cepat mengusap matanya yang memang basah. Ia kemudian menatap sebal sang adik yang muncul dengan begitu tiba-tiba.

"kamu tuh ya, main masuk aja, ketuk kek, salam kek" omel Indah.

"yaelah perkara masuk kamar doang, lagian cuma ada kakak ini" Indah mendengus mendengar adiknya yang sangat pandai beralasan.

"itu si abang kayaknya ngantuk, rengekannya gak berhenti" lapor adiknya yang bernama bunga itu.

"kenapa gak langsung dibawa kesini aja?"

My Short StoryHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin