6 | Mencoba Netral

2K 170 6
                                    

"Teluh beras kuning?" tanya Raja, seraya menatap Ziva yang ada di sampingnya sejak tadi.


"Mm, teluh beras kuning. Teluh yang digunakan untuk mencelakai seseorang, yang dinilai memiliki usaha cukup berhasil. Dengan mengirimkan teluh beras kuning itu, maka si pemilik usaha akan sakit dan usahanya akan mengalami kebangkrutan dengan cepat," jawab Ziva.

"Jadi berarti memang ada satu tujuan khusus dari si pengirim makhluk-makhluk yang kalian lihat semalam, sehingga makhluk-makhluk kirimannya mengelilingi desa ini. Lalu, sebaiknya kita melakukan apa sekarang? Si pengirim teluh itu tampaknya masih belum juga menampakkan diri meski kamu sudah mengundangnya," Mika tampak ingin tahu langkah selanjutnya.

"Mari kita pergi ke tempat usaha orang-orang yang menjadi korban teluh beras kuning itu. Kita bagi menjadi tiga kelompok, lalu kita saling melaporkan mengenai apa saja yang terlihat pada tempat usaha mereka," saran Ziva.

"Oke. Itu ide yang cukup potensial untuk kita jalani saat ini. Mari segera tentukan kelompoknya," pinta Rasyid.

"Hani akan pergi dengan Mika, Rasyid akan pergi dengan Ziva, dan aku akan pergi dengan Raja. Bagaimana? Setuju?" tanya Tari.

Raja tampak tidak bisa menerima keputusan itu.

"Tapi aku 'kan partnernya Ziva. Kenapa sekarang aku malah dipisah dari dia?" tanya Raja.

"Ya ampun, Raja ... cuma sebentar doang, bro. Nanti juga kamu akan jadi partnernya Ziva lagi kalau tugas yang ini sudah selesai," ujar Rasyid.

"Tahu, nih. Baru juga dekat selama beberapa jam, sudah langsung enggak mau dipisahkan saja," goda Mika, sengaja.

Ziva pun memutar kedua bola matanya karena sebal dengan apa yang Mika katakan.

"Jangan didengar, Ja. Abaikan saja kalau Mika menggodamu seperti itu," saran Ziva, yang kemudian segera berjalan bersama Rasyid.

Raja tampak benar-benar kesal karena Ziva tetap pergi bersama Rasyid. Mau tidak mau, dirinya harus membonceng Tari dan Batagor yang selalu ikut ke mana-mana. Saat motor yang dibawa oleh Raja melewati Rasyid dan Ziva yang berjalan kaki, Raja hanya bisa melirik kesal kepada dua orang tersebut. Terlebih saat ini Raja bisa melihat kalau Rasyid sedang berjalan sambil merangkul Ziva dengan santai.

"Cih! Harus betul, ya, jalannya sambil merangkul?" desis Raja, geram.

PLAK!

"Kamu kenapa, Ja?" tanya Tari, usai menepuk keras punggung Raja.

"Enggak apa-apa," jawab Raja, berbohong.

"Kamu cemburu lihat Ziva jalan sama Rasyid dan Rasyid merangkul Ziva?" tebak Tari.

"Enggak! Ngapain juga aku harus cemburu sama mereka?" elak Raja.

"Terus kenapa kamu harus menggerutu saat lihat mereka berdua?"

"Karena harusnya enggak cuma Gani yang disalahkan soal perselingkuhan. Ziva juga harusnya disalahkan soal perselingkuhan, karena ternyata kelakuan dia kalau lagi kerja tuh, ya, seperti yang aku lihat barusan," jawab Raja, blak-blakan.

"Astaghfirullah, Raja. Kamu itu harusnya jangan cepat su'udzon. Tanya dulu, apa hubungannya antara Rasyid dan Ziva. Jangan asal menuduh yang tidak benar. Itu namanya kamu memfitnah," ujar Tari.

"Maksudmu?" Raja tidak paham.

"Rasyid itu Kakak sepupunya Ziva dari pihak Ibu, Raja. Rasyid juga sudah menikah. Dia Suamiku. Aku menikah dengan Rasyid setelah menerima saran dari Ziva. Ziva itu sahabat dekatku dan aku tahu persis setiap perbuatan yang dilakukan oleh Ziva selama ini. Setiap hari kami bekerja sama-sama. Kalau kamu lihat Rasyid merangkulnya, itu tandanya Ziva sedang tidak baik-baik saja dan butuh untuk ditenangkan. Rasyid sudah tinggal di rumah keluarganya Ziva sejak masih kecil, karena Ibu dan Ayahnya meninggal akibat sakit. Jangan su'udzon, Ja. Kasihanilah Ziva. Dia itu benar-benar polos dan tidak pernah sama sekali membuka dirinya seenak hati. Bahkan dia punya hubungan dengan Gani pun setelah didorong mati-matian oleh kedua orangtuanya dan kedua orangtua Gani yang ingin sekali mencoba menjodohkan mereka. Ziva itu enggak pernah macam-macam, Ja. Demi Allah yang akan jadi saksiku jika memang aku harus mempertanggungjawabkan semua ucapanku saat ini," jelas Tari, agar Raja berhenti berpikiran negatif terhadap Ziva.

Raja pun terdiam dengan wajah pucat setelah mendengar penjelasan Tari tentang Ziva. Perasaannya mendadak tidak enak karena telah menuduh sembarangan terhadap wanita itu. Ia tak pernah mengenal dekat siapa Ziva, namun ia telah berani menilainya secara sepihak tanpa mencari tahu lebih dulu tentang hal yang benar.

"Maaf," ucap Raja, pelan.

"Jangan minta maaf padaku. Berdoa minta taubat saja sama Allah. Jangan sampai ucapanmu tadi itu terdengar oleh Malaikat dan Malaikat mencatatnya jadi bagian dari dosamu. Ingat, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dosanya besar, Ja. Hati-hati," pesan Tari.

Raja pun mengangguk. Mereka pun meneruskan perjalanan itu dalam diam dan tak lagi membahas soal Ziva ataupun Gani. Perasaan Raja tengah bercampur aduk saat itu, sehingga memutuskan untuk selalu netral terhadap kedua-duanya.

Ziva menahan langkah Rasyid ketika baru akan sampai di toko milik salah satu korban yang mendadak sakit. Ia melihat kalau toko itu sudah dikelilingi oleh makhluk-makhluk kiriman dari si pengirim teluh beras kuning.

"Ada apa, Ziv?" tanya Rasyid.

"Telepon Tari dan Hani, Ras. Peringatkan mereka untuk tidak terlalu dekat dengan toko milik korban," pinta Ziva.

Rasyid pun segera memenuhi apa yang diminta oleh Ziva saat itu. Ziva sendiri langsung mengeluarkan sebotol air dari dalam tas miliknya, ia membacakan doa pada air yang ada di dalam botol tersebut, lalu menyiram air itu pada bagian depan toko milik salah satu korban. Ia sengaja menyiram air di depan toko itu, agar tempat yang menjadi tempat disebarnya teluh beras kuning menjadi netral kembali secara perlahan. Makhluk-makhluk tadi yang dilihat oleh Ziva pun mulai menghilang satu persatu. Rasyid kembali mendekat pada Ziva setelah selesai menelepon pada Tari dan Hani.

"Sudah aku peringatkan mereka, Ziv," ujar Rasyid.

"Kalau begitu ayo, kita harus susul mereka. Aku harus mengusir semua makhluk kiriman dari si pengirim teluh, agar si pengirim teluh itu bisa segera muncul ke hadapan kita," sahut Ziva.

"Kalau begitu kita sebaiknya naik ojek. Lokasi toko yang lain agak jauh daripada toko yang kita datangi ini," saran Rasyid.

"Mm, kita naik ojek saja."

Raja bisa melihat betapa banyaknya makhluk-makhluk yang mengelilingi toko salah satu korban. Untung saja Tari segera menerima telepon dari Rasyid, karena jika tidak, maka mereka akan memaksa untuk mendekat ke toko itu.

"Menurut Ziva itu area berbahaya. Kita tidak boleh berada terlalu dekat sebelum semua makhluk-makhluk yang kamu lihat itu diusir," jelas Tari.

"Dan kalau pun kita mendekat, yang ada sama saja seperti kita menantang mereka untuk berbuat sesuatu kepada kita. Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Raja.

"Menunggu. Rasyid dan Ziva dalam perjalanan ke sini. Setelah makhluk-makhluk itu diusir, barulah kita akan menyusul Hani dan Mika," jawab Tari.

"Mereka mau ke sini jalan kaki? Toko ini lebih jauh daripada toko yang mereka kunjungi loh, Tar," protes Raja.

Dua ojek tampak berhenti tak lama kemudian di tempat Raja dan Tari berada saat itu. Rasyid dan Ziva turun setelah membayar ongkosnya.

"Andai aku tahu mau ada pengeluaran untuk ojek, maka aku akan ikut menyewa motor seperti yang Raja lakukan," gerutu Rasyid.

Ziva tak menanggapi dan justru langsung mengeluarkan sisa air yang tadi sudah didoakan untuk menetralkan tempat bekas disebarnya teluh beras kuning. Semua makhluk-makhluk yang mengelilingi toko di hadapan mereka kemudian pergi satu persatu. Raja yang berdiri tepat di belakang Ziva bisa melihat bahwa makhluk-makhluk tadi yang dilihatnya mulai menghilang seperti yang terjadi semalam.

"Ayo, Ja. Bawa aku ke tempat Mika dan Hani berada," pinta Ziva.

"Loh? Terus kita berdua gimana?" protes Tari.

"Suruh Suamimu sewa motor," jawab Ziva, dengan enteng.

* * *

TELUH BERAS KUNINGWhere stories live. Discover now