15 | [೫]

1.2K 270 11
                                    


Sementara itu, Kadita masih saja sering salah tingkah ketika berpapasan dengan Harsa secara tidak sengaja. Pria itu memang seperti tidak peduli akan keberadaan Kadita sejauh ini, bahkan, ia mungkin berusaha untuk tidak berada dalam satu atmosfer dengannya. Bukannya Kadita berharap Harsa akan meliriknya, namun, tingkah terlampau jutek pria itu membuat Kadita frustrasi pula dengan kesepakatan mereka yang belum usai. Perlu Harsa tahu bila Kadita sebenarnya orang yang awkward!

Ya, ya, mereka hanya satu frame ketika sedang waktunya makan saja.

Sudah terhitung empat hari Kadita berada di rumah Wisnu, tentunya sebelum rencana pergi ke hampir seluruh objek wisata Jogja itu telah tercatat dalam buku agenda milik Laras dengan sangat rapi. Setidaknya rencana pergi ke Candi Prambanan sampai Pantai Parangtritis sudah terwacana lugas.

Dan, sampai kini belum juga ada kejelasan bagaimana Harsa dan Kadita akan mengambil kesepakatan akhir──akan berambisi untuk sebuah pembatalan atau hanya berpasrah dengan sebuah hubungan tanpa pengharapan. Lagi pula pertemuan antara keluarga Kanigara dan Yahswant belum terjadwal dengan pasti, setidaknya masih ada sedikit waktu bagi Kadita untuk memaksa otak kerdilnya bisa berpikir, bagaimana caranya ke luar dari jeratan ibunya atau membuat Harsa membuka mata akan kebodohan Kadita.

Pun, pertemuan mereka di rumah Wisnu benar-benar insiden gila. Seperti sebuah perangkap takdir mematikan, yang sanggup menguapkan seluruh kewarasan Kadita begitu saja. Namun, rasanya bila membahas tentang Harsa dan pernikahan, maka Kadita hanya akan teringat pada Wira. Demi apapun, dia dan Wira masih musuhan. Makan pun berjauhan, tidak ingin bersebelahan atau berhadap-hadapan. Jika ada Wira yang berada di perpustakaan pribadi milik Wisnu, maka Kadita harus rela menunggu setidaknya dua jam untuk menanti Wira ke luar. Atau, jika ada Kadita yang sedang bergunjing di dapur dengan Laras, maka Wira akan berpikir untuk bagaimana caranya bisa mengambil air dingin tanpa menyentuh kulkas. Dasar bocah.

Memang, sejauh ini belum ada kemajuan untuk kejelasan hubungan Harsa dan Kadita. Bodoh saja. Toh, Kadita juga sudah berpasrah, menyerahkan semua pilihannya pada Harsa──entah memaksa dibatalkan atau diteruskan saja hingga jenjang pernikahan, terserah pada Harsa. Hidup Kadita memang seputus asa itu. 

"Katanya Mas Harsa mau ngomongin sesuatu. Tapi dari tadi ditunggu-tunggu nggak turun."

Kadita menoleh pada Laras yang menggerutu sambil sesekali menyendok yogurt rendah gula untuk dimasukkan ke dalam mulut. Jelas saja, karena Laras tengah hamil. Gizi Wisnu kecil harus sangat diperhatikan. Kontras dengan Kadita yang memilih membuat caesar salad porsi besar, dengan saus worcestershire yang melebihi takaran dan keju yang sedikit membludak. Kadita ikut menoleh ke arah tangga, pada ruang kosong. Memang benar, digantungkan dengan rasa penasaran adalah hal yang akan mengganggu pikiran.

Sebenarnya beberapa menit yang lalu dia sudah makan masakan Wisnu, khao tom goong, hidangan Thailand, sejenis bubur nasi yang dimasak dengan udang. Kuahnya terasa sedikit pekat dan gurih, aroma rempah yang terhidu tatkala kali pertama Kadita merasakannya tercium begitu kentara. Kata Wisnu, makanan ini bagus untuk dimakan saat masa penyembuhan penyakit. Sayangnya, dikecualikan penyakit hati. Bila saja bisa, maka Kadita akan dengan sangat senang hati menghabiskan satu kuali penuh.

Ah, ironi. Bagaimana rasanya memiliki suami yang pintar masak seperti Wisnu? Kadita jadi iri.

"Di atas sama Pak Wisnu memang lagi ngapain, Mbak?" Kadita ingin tahu. Dengar-dengar, Harsa masih nangkring di ruang kerja Wisnu.

Laras mengangkat bahunya sejenak. "Nggak tahu. Biasalah bapak-bapak, kalau sekalinya udah ngobrol bisa bahas dari zaman mesozoikum sampai zaman Indonesia merdeka."

Kadita hanya tersenyum geli, kembali melanjutkan kegiatan makannya dengan lahap karena moodnya malam ini masih terjaga dengan sangat baik. Nyeletuk, Kadita hanya ingin tahu saja bagaimana rasanya menjadi perempuan yang beruntung seperti Laras.

ASMARALOKA (On Hold)Where stories live. Discover now