06 | [೫]

1.4K 265 4
                                    

"Kau berkata jika kau ingin sekali melihat rembulan bersamaku, bukan? Mari lakukan itu untuk yang pertama dan terakhir kali," senyuman pada bibir Hayam adalah sebuah senyuman pasrah. "Setelah ini aku akan membawamu ke tempat di mana kau bisa menyentuh rembulanmu."

Harsa berdiri di belakang, menumpukkan tangannya pada punggung kursi ergonomis yang diduduki Reagan. Mata memicing pada layar monitor karena minus. Melihat pada sebuah aplikasi yang tertampil dalam bentuk web──berisikan rekomendasi novel-novel best seller. Yang dia cari hanyalah nama pengguna calon tunangannya. Menemukannya sepersekian detik setelah Reagan dengan lincahnya mengetikkan nama lengkap gadis itu pada keyboard.

Kadita B. Yashwant
3.890 followers
Author from Indonesia

Kadita B. Yashwant's Books
Avg rating: 4,58 • 99. 870 ratings • 7. 655 reviews

Sendyakalaning Asmara, Bulan dalam Sangkar, Rinai Hujan Akhir Tahun, Oktober Mendatang.

"Penulis romansa." Harsa bergumam dengan menyeringai. "Dia cukup terkenal."

"Beliau pernah jadi penulis terkenal di salah satu platform novel online sebelum dikontrak penerbit mayor. Sampai sekarang Beliau masih di bawah naungan Holoseum, anak perusahaan Olympus Media. Ada banyak piagam lomba menulis yang beliau punya semenjak sekolah dasar. Salah satu yang paling menarik adalah juara tingkat nasional menulis cerpen kategori Teenlit tahun 2011.

"Di laman blog yang saya tinjau sehari yang lalu, beliau juga piawai dalam musik klasik ... yang paling menonjol adalah biola. Dulu, beliau pernah tergabung dalam salah satu grup orkestra Indonesia. Beliau sejatinya seorang penari balet. Beliau pernah memenangkan kategori solo pada Dance Prix Indonesia, kemudian  merambah pada Asian Elite Dance Competition di Hongkong. Saya heran kenapa beliau tidak mengambil beasiswa untuk akademi ballet.  But to be honest, she's awesome."

Harsa samar-samar dapat mendengar suara kecil Reagan di akhir laporan. "Itu masih belum semua, 'kan?"

"Iya," Reagan memutar kursinya, menatap Harsa yang menyandarkan pinggulnya pada meja, "Masih ada beberapa lagi, mungkin masih banyak. Bapak mau saya bacakan lagi prestasi Bu Kadita?"

Harsa mengangkat tangannya, "Mulut kamu bisa berbusa. Kirim dokumennya saja. Nanti saya baca sendiri track record Kadita."

"Bapak nggak seperti biasanya."

"Saya hanya ingin tahu track record Kadita saja."  Harsa menjeda ucapannya sejenak dengan melirik pada ponselnya yang mati. "Untung. Perempuan itu adalah Kadita." 

Hidupnya menjadi kian rumit dengan ini. Sungguh. Harsa bukan hanya ingin mengundurkan diri dari Kanigara, namun, ia bahkan juga ingin mengundurkan diri dari kehidupan.

"Ah," Reagan manggut-manggut, "Merlliah Yashwant dengan skandal seks, dan Indira Drisana Yashwant dengan skandal penggelapan dana yayasan. Keduanya memang bisa berada di posisi yang sekarang karena mereka bagian keluarga Yashwant. Bukan karena jejak pengalaman yang menjanjikan. Minus perusahaan keluarga memang seperti itu."

"Tapi, saya juga nggak ngerti, Pak. Kenapa cuma Bu Kadita yang berani keluar dari rules Yashwant. Beliau seorang novelis, kontras dengan idealisme Yashwant turun-temurun pada bidang bisnis. Merliah dan Indira memang memiliki skandal, tapi mereka seorang eksekutif──lebih terdengar masuk akal jika Bapak dinikahkan dengan Merliah atau Indira. Tapi, keluarga Yashwant malah memberikan pada Bapak anak tunggal dari mendiang Santanu Yashwant."

Reagan mengetuk-ngetuk dagunya, "Apa mungkin ada rencana terselubung dari pihak Yashwant?"

"Edgar sudah sepenuhnya membuat Yashwant Holding ada dalam kendali kita. Jadi, mungkin saja alasan pribadi," jawabnya penuh kecurigaan. "Membiarkan seorang anak tunggal untuk mengambil hal di luar standard keluarga, maksudnya, bisnis dan sastra adalah dua hal yang sangat berbeda. Dan dengan begitu saja keluarganya membiarkan Kadita mengejar apa yang gadis itu impikan ... tidak masuk akal. Saya yakin seratus persen, ini alasan pribadi."

Harsa melepas dasinya secara lancang, mengganti jas luarannya dengan jaket double rider dan mengangkat tas kerjanya untuk diberikan pada Reagan, "Saya bukan cenayang, tapi saya pikir, keberadaan Kadita seperti tidak dibutuhkan di dalam Yashwant. Mereka bukan mendukung, tapi hanya tidak peduli pada apapun yang dilakukan oleh Kadita. Saya rasa, mereka memberikan Kadita pada saya bukan karena Kadita adalah partner eksekutif yang sepadan. Tapi, hanya sebagai sebuah hadiah. Kadita adalah upeti."

Harsa secara mendadak berhenti sejenak, termangu dan mengatupkan bibir untuk menerka. Perlahan tangannya meraba dada, merasakan sebuah degupan yang berdebar. Jari-jarinya sedikit memberikan penekanan pada keanehan atas gejolak asing yang menggerayangi tiba-tiba saja. "Upeti ..." kata itu terdengar seperti deja vu.

"Apa ..." Harsa kembali berbalik pada Reagan yang tengah membereskan meja kerja miliknya, "... sebelumnya Yashwant pernah memberikan 'upeti' yang lain?"

Reagan mengerling, kemudian menggeleng kepala. "Yahswant belum pernah menjalin kerja sama apapun dengan Kanigara Capital sebelumnya, Pak."

"Oh," Harsa mengusap dahinya sendiri, terheran. "Baik."

"Sudah mau berangkat sekarang, Pak?" Reagan menimpali begitu saja. Tak sadar bila Harsa sebenarnya belum bersiap, masih hanya membenahkan dirinya sendiri. Seinchipun ia belum menyentuh backpack yang seharusnya akan diisi iPad, laptop dan, entah──barang lain. Juga folder purse yang akan berisi kertas-kertas dokumen untuk ia masukkan ke dalam koper. Dasar workaholic.

Harsa hanya menganggukkan kepalanya sekali. Kali ini, tangannya benar-benar memasukkan barang-barang ke dalam backpack──baru saja. Karena pikirannya lagi-lagi harus terbagi. Mati-matian ia berusaha menjadi agak bodoh dengan sedikit mempercayai primbon, atau bersemedi selama lima menit untuk berharap agar mimpi-mimpi anehnya tak kembali. Konyol. Baru kali ini Harsa kehilangan wibawanya.

Namun, sungguh nahas bila Harsa malah mendapat skenario baru atas mimpinya. Potongan reka yang cukup singkat menyanggah alam bawah sadar. Sayangnya, lagi dan lagi, Harsa tak bisa melihat bagaimana rupa si gadis belia. Yang jelas, sejarah. Begitu tak warasnya. Ini sudah kesekian puluh kalinya Harsa bermimpi bila ia berada dalam wujud Hayam Wuruk. Benar, ia perlu pergi ke psikiater diam-diam.

Tidak. Mungkin ini hanya efek kelebihan beban mental. Pekerjaan yang terus menderu sekeras ombak Antartika itu pasti memunculkan delusi gila pemakan logika. Benar, Harsa butuh udara segar Yogyakarta.



❛ ━━・❪ Ꭺ᥉ꪑᥲɾᥲᥣꪮkᥲ ❫ ・━━ ❜

ASMARALOKA (On Hold)Where stories live. Discover now