BAB 25 : Identiti

10 2 8
                                    

Segenap ruangan putih membeku telah kembali pada keadaan sediakala dengan kemunculan lantai, kerusi, meja belajar, tingkap dan semua yang ada penuh di bilik. Entah mengapa dan bagaimana atas semua yang terjadi telah membuka kelopak matanya seluas dengan tangisan yang terhenti di pipi.

"Apa yang jadi?" getus hatinya bingung dengan sekeliling namun tatapan wajahnya tidak sengaja menampakkan susuk gadis berambut hijau yang perlahan berubah menjadi merah.

"Yuu awak tak apa-apa? Kenapa menangis." kata kekasihnya lembut sambil jari-jemari mengusap pipi.

"Maaf, aku tak ingat semalam. Apa jadi Flick?" soal Yuu buat Flick tersenyum manis dengan tatapan wajah yang aneh.

"Kita tidur bersama lepas awak kata penat sangat lepas cari saya." ucapan itu telah mengejutkan diri Yuu dengan tersipu malu.

"Aku tidur dengan kau?! Flick..." tergamam Yuu mula lesap apabila dirinya perlahan cuba mengingati kejadian semalam dengan ingatan kabur pelukan dan tangisan kekasih seolah satu dialog luahan yang diucapkan.

"Yuu, saya tak ada masa untuk sekarang apapun balik dari kelas memasak saya akan masak enak-enak untuk awak." ujar Flick seolah tergesa-gesa lalu bibirnya laju melontarkan ciuman di pipi buat Yuu hilang fokus atas hanyutanya.

Lantas itu Flick terus melangkahkan kakinya ke pintu keluar dengan ukiran senyuman namun saat dibelakang Yuu matanya berubah dingin sambil bergetus dalam hatinya yang kosong dan sepi itu.

Mujur awak tak gunakan kemampuan mutlak memori kalau tidak... Tunggu saya dapatkan tubuh ni penuh walau apapun yang jadi, semua takkan ganggu kita berdua.

"Kenapa dia buat macam tu?!" kata Yuu mula berdebar namun tidak begitu lama tika melihat rambut merah Flick yang seharusnya merah menyala telah menjadi pudar bahkan ciuman di pipi itu juga terasa agak dingin.

Setengah jam setelah mandi dan sarapan dirinya dipenuhi dengan kekosongan untuk lakukan aktiviti apa di menara bahkan terasa bosan dikala tidak bersama kekasihnya yang garang itu.

"Bosan, aku nak keluar ambil angin sekejap." kata bibirnya sendiri mengeluh terus melangkahkan kaki menuju keluar menara.

Saat berjalan-jalan sekitar kawasan taman, dirinya terduduk di bangku bawah naungan pohon dari terikan matahari, biji matanya teralih memandang sekuntum bunga yang berada di celah lantai jalan tanpa sedar seorang wanita mula menjelaskan padanya.

"Bunga yang kau lihat tu bernama dandelion ia memiliki dua warna yakni kuning dan putih, boleh kata dandelion putih adalah bunga yang mekar yang dapat terbang disekeliling tempat dan langit." jelas wanita itu turut membengkok tubuhnya seperti Yuu.

"Saya tak sedar." tersentak Yuu pada wanita bertopi itu.

"Hahaha aku yang patut minta maaf tapi tak sangka boleh berjumpa dengan kau. Seorang pewaris dan pembaiki langit retak." yakin perempuan itu buat Yuu berjaga-jaga.

"Kau tahu jadi..." belum sempat dia berkata tekah dipintas oleh perempuan itu.

"Aku Guren pewaris ketiga dalam menara Rinko, tapi kita tak boleh bertarung di sini." ujar Guren sambil menjelirkan lidahnya yang menampakkan simbol angka nombor yang membuktikan dirinya benar-benar pewaris.

"Apa?"

"Untuk siang hari aku nak berehat saja jadi malam ni saja kita bertarung. Yuu nama kau kan."

"Betul."

"Apa yang kau mahukan bila dapatkan doa mustajab abadi itu? Ganjaran tu sekali seumur hidup." soal Guren ingin tahu.

"Aku tak ada apa-apa yang boleh dibayar untuknya aku dah cukup dengan bersyukur seadanya apapun mengapa doa mustajab itu penting pada semua pewaris?"

UNKNOWN STORY : 7 HEIRS (C)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum